Liputan6.com, Jakarta - PT Wijaya Cahaya Timber Tbk, perusahaan yang bergerak di industri kayu lapos menawarkan saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO) dengan menerbitkan 375 juta saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham.
Jumlah saham yang ditawarkan ke publik tersebut setara 20 persen saham dari total modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Perseroan menawarkan harga saham perdana di kisaran Rp 108-Rp 118 per saham. Dengan demikian, potensi dana IPO yang diraup sekitar Rp 40,50 miliar-Rp 44,25 miliar.
Baca Juga
Pemakaian dana IPO tersebut antara lain sekitar 79 persen untuk belanja modal berupa pembelian mesin produksi utama, sekitar 16 persen untuk belanja modal berupa pembelian mesin produksi pendukung, dan sisanya akan dipakai untuk modal kerja sehingga mendukung operasional perseroan.
Advertisement
Perseroan telah menunjuk PT Lotus Andalan Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Adapun pemegang saham perseroan setelah IPO antara lain PT Fortuna Anugrah Sumber Terpadu sebesar 57,34 persen, PT Mandiri Sejahtera Jaya Abadi sebesar 21,34 persen, Budi Tjahjadi sebesar 0,66 persen, Aris Sunarko sebesar 0,66 persen dan masyarakat sebesar 20 persen.
Hingga 31 Juli 2022, perseroan mencatat penjualan Rp 508,28 miliar. Penjualan naik 49,17 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 340,72 miliar. Laba periode atau tahun berjalan susut 21,6 persen dari Rp 32,12 miliar hingga 31 Juli 2021 menjadi Rp 25,18 miliar hingga 31 Juli 2022.
Total ekuitas perseroan naik menjadi Rp 215,74 miliar hingga 31 Juli 2022 dari periode Desember 2021 sebesar Rp 190,76 miliar.Total liabilitas naik menjadi Rp 177,4 miliar hingga 31 Juli 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 156,73 miliar.
Wijaya Cahaya Timbermencatat aset naik menjadi Rp 393,20 miliar hingga 31 Juli 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 347,50 miliar. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 21,02 miliar hingga 31 Juli 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 21,03 miliar.
Kebijakan Dividen dan Jadwal IPO
Untuk kebijakan dividen, setelah IPO, perseroan akan membagikan dividen maksimal 30 persen mulai 2023 berdasarkan laba bersih 2022. Pembagian dividen tetap memperhatikan persetujuan RUPS perseroan. Selain itu, bergantung pada berbagai faktor antara lain laba ditahan, kinerja operasional dan keuangan serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Jadwal IPO:
-Masa penawaran awal pada 9-16 Januari 2023
-Perkiraan tanggal efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 24 Januari 2023
-Perkiraan masa penawaran umum pada 26-30 Januari 2023
-Perkiraan tanggal penjatahan pada 30 Januari 2023
-Perkiraan tanggal distribusi saham secara elektronik pada 31 Januari 2023
-Perkiraan tanggal pencatatan di BEI pada 1 Februari 2023
Advertisement
OJK Bidik Penghimpunan Dana di Pasar Modal Sentuh Rp 170 Triliun
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membidik penghimpunan dana di pasar modal sebesar Rp 170 triliun pada 2023
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi menuturkan, terdapat rencana penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) yang dilakukan calon emiten baru sebanyak 58 perusahaan pada 2023.
"Di pipeline 84 rencana penawaran umum dengan emisi Rp 81,41 triliun yang di antaranya merupakan rencana IPO akan dilakukan emiten baru sebanyak 58 perusahaan," kata Inarno dalam RDK OJK, Senin (2/1/2022).
Dia menuturkan, pada tahun lalu penghimpunan dana mencapai Rp 260 triliun. Dengan demikian, penghimpunan dana pada tahun ini ditargetkan Rp 170 triliun.
"Target untuk 2023 Rp 170 triliun dan kalau dibandingkan 2022 memang extraordinary mencapai Rp 260 triliun. Apabila keluarkan out layer GOTO dkk, tetap ada growth positif, tapi kira-kita berimbang antara 2022 dan 2023," kata dia.
Dia menambahkan, minat untuk penghimpunan dana di pasar modal hingga 30 Desember 2022 masih terjaga tinggi, yaitu sebesar Rp267,73 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 71 emiten yang merupakan rekor tertinggi jumlah emiten baru.
Penggalangan Dana Lewat SCF
Sedangkan untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UMKM, telah terdapat 14 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 337 Penerbit, 136.779 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar Rp721,84 miliar.
Sementara itu, bursa saham hingga 30 Desember 2022 melemah 3,26 persen mtd ke level 6.850,62 dengan non-resident mencatatkan outflow sebesar Rp20,91triliun mtd.
Secara year to date (Ytd), IHSG tercatat menguat sebesar 4,09 persen dengan non-resident membukukan net buy sebesar Rp60,58 triliun.
"Pada 2022, jumlah investor pasar modal telah mencapai 10,31 juta investor yang merupakan milestone baru bagi industri pasar modal," kata Inarno.
Dukungan kemudahan masyarakat mengakses instrumen pasar modal dan perluasan kanal distribusi terutama secara digital mendukung lonjakan pertumbuhan investor sebesar 37,68 persen (yoy).
Advertisement
OJK: 64 Perusahaan Antre Himpun Dana di Pasar Modal, Ada IPO Jumbo pada 2023
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan terdapat penawaran umum perdana saham (initial public offering/ IPO) bernilai lebih dari Rp1 triliun di bursa pada 2023.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi menuturkan, IPO di atas Rp1 triliun masih dalam proses dan ada di pipeline OJK. Kemungkinan, IPO tersebut masuknya tahun depan.
"Tidak hanya satu, masih dalam proses dan pipeline. Kapan akan masuknya, Insya Allah masuk pada tahun depan," kata Inarno dalam Konferensi Pers Akhir Tahun 2022, ditulis Jumat (30/12/2022).
Inarno menuturkan, rencana tersebut masih bergantung dengan calon emiten, kondisi pasar dan lainnya.
"Tentunya tergantung daripada emitennya juga, pasarnya juga dan tentunya masih banyak kemungkinan yang terjadi," kata dia.
Dia menyebutkan, terdapat 64 calon emiten yang berada di pipeline OJK pada 2023.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan, penggalangan dana di pasar modal sudah mencapai Rp 226,49 triliun hingga 30 November 2022. Saat ini juga masih ada pipeline sejumlah 91 perusahaan dengan nilai Rp 96,2 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi mengatakan, untuk penggalangan dana di pasar modal mencapai Rp 226 triliun hingga akhir November 2022.
"Untuk yang fundrise, saat ini kita sudah mencapai Rp 226 triliun sampai dengan 30 November 2022 dan saat ini pun itu masih ada pipeline sejumlah 91 perusahaan dengan nilai sampai saat ini Rp 96,2 triliun,” kata Inarno dalam RDK OJK, Selasa, 6 Desember 2022.