Liputan6.com, Jakarta - PT Gudang Garam Tbk (GGRM) menyetor modal kepada anak usaha yang bergerak di sektor konstruksi.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa, 10 Januari 2023, PT Gudang Garam Tbk menyuntik modal PT Surya Kerta Agung pada 9 Januari 2023. Perseroan menyuntik modal kepada anak usaha dengan mengambil bagian dari saham yang diterbitkan sebesar 7 juta saham dengan nilai Rp 7 triliun.
Baca Juga
Perseroan bersama PT Suryaduta Investama mendirikan anak usaha bernama PT Surya Kerta Agung yang berkedudukan di Kediri pada 26 Juli 2019. PT Surya Kerta Agung bergerak dalam bidang pembangunan, peningkatan, pemeliharaan, perbaikan jalan, jalan raya, dan jalan tol. Kemudian jembatan, jalan laying, termasuk kegiatan pembangunan, peningkatan, pemeliharaan penunjang, pelengkap dan perlengkapan jalan, jembatan dan jalan layang.
Advertisement
Perseroan memiliki saham sebanyak 99,99 persen di PT SKA dan PT Suryaduta Investama memiliki satu saham.
Pada penutupan perdagangan Selasa, 10 Januari 2023, saham GGRM melemah 1,83 persen ke posisi Rp 17.475 per saham. Saham GGRM berada di level tertinggi Rp 17.800 dan terendah Rp 17.125 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.461 kali dengan volume perdagangan 6.371 kali. Nilai transaksi Rp 11 miliar.
Bangun Bandara, Perseroan Kembali Setor Modal Rp 2 Triliun
Sebelumnya, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) kembali setor modal kepada anak usaha perseroan PT Surya Dhoho Investama (SDHI) sebesar Rp 2 triliun untuk mendukung pembangunan bandara di Kediri, Jawa Timur.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Gudang Garam Tbk mengambil alih saham-saham baru yang dikeluarkan oleh SDHI sejumlah 2 juta saham dengan penyetoran tambahan modal oleh perseroan sebesar Rp 2 triliun. Dengan demikian, modal ditempatkan dan modal disetor SDHI menjadi Rp 10 triliun dari sebelumnya Rp 8 triliun.
Kepemilikan oleh perseroan seluruhnya sebanyak 9.999.999 saham atau sebesar Rp 9,99 triliun dan kepemilikan PT Surya Duta Investama sebanyak satu saham atau sebesar Rp 1 juta. Modal dasar SDHI juga ditingkatkan dari semula Rp 9 triliun menjadi Rp 10 triliun. Hal itu telah disetujui dalam keputusan di luar Rapat Umum Pemegang Saham SDHI pada 31 Oktober 2022.
Perseroan menyatakan penambahan modal dan pengambilan saham baru SDHI oleh perseroan termasuk salah satu transaksi afiliasi yang hanya wajib dilaporkan oleh perseroan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam ketentuan pasal 6 ayat 2 POJK 42.
Perseroan menyatakan, penyetoran tambahan modal ditempatkan dan modal disetor tersebut akan dilakukan secara bertahap yang dimulai dengan penyetoran awal sebesar Rp 200 miliar pada 10 November 2022, dan sisanya disetor secara bertahap sampai seluruhnya disetor paling lambat akhir Maret 2023.
“Transaksi afiliasi bertujuan meningkatkan modal SDHI tersebut, dilakukan untuk mendukung kelanjutan proses pembangunan bandar udara terpadu di Kediri, Jawa Timur yang dibangun oleh perseroan melalui SDHI,” tulis perseroan.
Advertisement
Alasan Bangun Bandara Kediri
PT Gudang Garam Tbk (GGRM) tegaskan tak ada keterkaitan nasib industri rokok dengan proyek pembangunan Bandara Dhoho, Kediri, Jawa Timur.
Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Gudang Garam, Heru Budiman menegaskan, pembangunan bandara di Kediri ini tidak ada kaitannya dengan exit strategi perseroan dari industri rokok.
Heru mengakui adanya penurunan kinerja, utamanya sejak pandemi covid-19. Bersamaan dengan itu, pemerintah menaikkan tarif cukai hasil tembakau hingga 23 persen pada 2020, sehingga kinerja perseroan tergerus signifikan. Kendati begitu, ia menjelaskan bahwa pembangunan bandara ini telah diinisiasi bahkan sebelum pandemi covid-19.
“Bandara itu punya tujuan. Tentu kita harapkan profit, tapi lebih banyak tujuannya itu menyediakan airport di Kediri. Sehingga penduduk atau semua yang di sekitar bisa dapatkan manfaat jangka panjang, dan GGRM juga akan nikmati. “Yang jelas, airport itu tidak ada hubungannya dengan industri rokok ini,” kata Heru dalam Public Expose Live 2022, Jumat (16/9/2022).
Proyek Bandara Kediri ini akan memiliki landasan pacu atau runway dibuat sepanjang 3.300 meter, disebut mampu didarati oleh Boeing 777. Meski diakui terdapat sejumlah hambatan, tetapi Heru memastikan proses pembangunan tetap berlanjut, dan ditargetkan rampung tahun depan.
“Memang mungkin ada gangguan sedikit, yaitu cuaca atau curah hujan atau covid-19, tapi proyek bandara akan tetap jalan dan diperkirakan bisa selesai di akhir tahun 2023. Mudah-mudahan,” kata Heru.
Kinerja hingga Kuartal III 2022
Sebelumnya, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatatkan kinerja perseroan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2022. Pada periode ini, perseroan mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp 93,92 triliun.
Raihan itu naik 2,01 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 92,07 triliun. Bersamaan dengan itu, beban pokok penjualan naik menjadi Rp 86,23 triliun dari Rp 81,67 triliun pada September 2021. Sehingga laba bruto perseroan pada September 2022 turun menjadi Rp 7,69 triliun dari Rp 10,19 triliun pada September 2021.
Pada periode ini, perseroan mencatatkan pendapatan lainnya sebesar Rp 170,58 miliar, beban usaha Rp 5,74 triliun beban lainnya Rp 2,9 miliar dan laba kurs Rp 27,67 miliar. Dari rincian itu, laba usaha perseroan merosot jadi Rp 2,15 triliun dari Rp 5,32 triliun pada September 2021.
Beban bunga juga bengkak menjadi Rp 204,92 miliar dari Rp 41,57 miliar pada September 2021. Setelah dikurangi pajak, perseroan mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,5 triliun. Laba ini turun 63,78 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 4,13 triliun.
Dari sisi aset Gudang Garam, hingga September 2022 tercatat sebesar Rp 83,7 triliun, turun dibanding posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 89,96 triliun. Terdiri dari aset lancar Rp 51,23 triliun dan aset tidak lancar Rp 32,47 triliun.
Liabilitas hingga September 2022 tercatat sebesar Rp 27,24 triliun, turun dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 30,68 triliun. Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 24,95 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp 2,29 triliun. Sementara ekuitas sampai dengan September 2022 turun menjadi Rp 56,46 triliun dari Rp 59,29 triliun.
Advertisement