Liputan6.com, Jakarta - PT Aviana Sinar Abadi Tbk atau AVIANA, perusahaan teknologi berbasis integrated digital IT Hub akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Januari 2023.
"AVIANA menargetkan dana segar dari penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) senilai Rp 100 miliar, atau USD 6,4 juta (asumsi kurs Rp 15.400 per dolar AS)," kata Direktur Utama Aviana Sinar Abadi, Panji Pramana dalam keterangan resminya, Rabu (11/1/2023).
Baca Juga
Aviana Sinar Abadi menawarkan saham perdana sebanyak-banyaknya 1 miliar lembar saham dengan kisaran harga IPO Rp100 - Rp101 per lembar saham. Secara bersamaan AVIANA juga akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 1.400.000.000 atau 1,4 miliar waran seri I dengan perbandingan 5 saham baru mendapatkan 7 waran seri I.
Advertisement
Selain itu, Perseroan bermaksud untuk menggunakan keseluruhan dana yang akan diperoleh dari IPO, setelah dikurangi biaya emisi, sekitar 51,02 persen sebagai modal kerja dan belanja modal bagi entitas anak perseroan, yaitu DNK (PT Digital Nata Karya).
Sekitar 27,55 persen untuk modal kerja dan belanja modal bagi entitas anak perseroan yang lain, yaitu ASA (PT Aviana Sinar Anugerah).
Sedangkan, sisanya sekitar 21,43 persen akan digunakan oleh Perseroan sebagai modal kerja dan belanja modal.
Melansir laman e-ipo, Aviana Sinar Abadi telah menunjuk PT Shinhan Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek dan penjamin emisi efek akan ditentukan kemudian.
Dengan demikian, penjamin pelaksana emisi efek dan penjamin emisi efek menjamin dengan kesanggupan penuh terhadap penawaran umum saham perdana atau IPO.
AVIANA adalah Integrated Digital IT Hub yang menghubungkan bisnis dengan teknologi. Perusahaan ini berdiri sejak 2013, AVIANA memiliki pengalaman intensif dalam dunia pengembangan teknologi perangkat lunak untuk bisnis digital.
AVIANA telah mempunyai lebih dari 1.200 partner digital, dan pengelolaan transaksi hingga lebih dari 180 juta transaksi setiap bulannya. Melalui ekosistem digitalnya, AVIANA berhasil melestarikan dan membuka lebih dari 450.000 UMKM Digital di seluruh Indonesia.
Perseroan bergerak dalam penggembangan layanan teknologi dari front-end service, back-end service, hingga supporting system service.
Kegiatan Usaha
Kegiatan usaha utama Perseroan yaitu melalui IRSX, adalah platform software product management yang memiliki fitur lengkap untuk menjalankan bisnis digital. Fitur-fitur yang dimiliki, seperti pengaturan produk, harga, tampilan, hingga pembukuan dapat diakses melalui software yang dikembangkan AVIANA.
Selain itu, AVIANA juga menggembangkan add-on feature atau bisa menjadi produk stand-alone yang dapat di “plug-and-play” kan ke dalam platform IRSX. Fitur-fitur tersebut adalah Cloud Service atau dinamakan IRS Cloud, Sales Management atau dinamakan IRS Salesforce, Inter-Transactional Platform atau dinamakan IRS Market, dan masih banyak lagi.
Dalam melaksanakan kegiatan usahanya, AVIANA memiliki visi untuk mendorong digitalisasi bisnis di seluruh Indonesia hingga ke pelosok pedalaman.
“Kami percaya bahwa kesuksesan berawal dari sebuah mimpi, di mana mimpi tersebut kami realisasikan melalui perusahaan kami yaitu AVIANA. Kami harap dengan langkah yang kami ambil ini, dapat membawa dampak yang positif bagi digitalisasi bisnis di Indonesia," kata Panji.
Jadwal:
Perkiraan Masa Penawaran Awal : 11– 17 Januari 2023
Perkiraan Tanggal Efektif : 25 Januari 2023
Perkiraan Masa Penawaran Umum : 27 - 31 Januari 2023
Perkiraan Tanggal Penjatahan : 31 Januari 2023
Perkiraan Tanggal Distribusi Saham dan Waran Seri I : 1 Februari 2023
Perkiraan Tanggal Pencatatan Saham dan Waran Seri I : 2 Februari 2023
Advertisement
OJK: 64 Perusahaan Antre Himpun Dana di Pasar Modal, Ada IPO Jumbo pada 2023
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan terdapat penawaran umum perdana saham (initial public offering/ IPO) bernilai lebih dari Rp1 triliun di bursa pada 2023.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi menuturkan, IPO di atas Rp1 triliun masih dalam proses dan ada di pipeline OJK. Kemungkinan, IPO tersebut masuknya tahun depan.
"Tidak hanya satu, masih dalam proses dan pipeline. Kapan akan masuknya, Insya Allah masuk pada tahun depan," kata Inarno dalam Konferensi Pers Akhir Tahun 2022, ditulis Jumat (30/12/2022).
Inarno menuturkan, rencana tersebut masih bergantung dengan calon emiten, kondisi pasar dan lainnya.
"Tentunya tergantung daripada emitennya juga, pasarnya juga dan tentunya masih banyak kemungkinan yang terjadi," kata dia.
Dia menyebutkan, terdapat 64 calon emiten yang berada di pipeline OJK pada 2023.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan, penggalangan dana di pasar modal sudah mencapai Rp 226,49 triliun hingga 30 November 2022. Saat ini juga masih ada pipeline sejumlah 91 perusahaan dengan nilai Rp 96,2 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi mengatakan, untuk penggalangan dana di pasar modal mencapai Rp 226 triliun hingga akhir November 2022.
"Untuk yang fundrise, saat ini kita sudah mencapai Rp 226 triliun sampai dengan 30 November 2022 dan saat ini pun itu masih ada pipeline sejumlah 91 perusahaan dengan nilai sampai saat ini Rp 96,2 triliun,” kata Inarno dalam RDK OJK, Selasa, 6 Desember 2022.
OJK Optimistis pada 2023
Dengan demikian, OJK cukup optimistis pertumbuhan pada 2023. "Jadi kalau dikatakan bagaimana dengan 2023 kami masih cukup optimis growthnya cukup baik, karena dari pipeline 91. Saya rasa tidak bisa terakomodir semua pada 2022, dan akan di carry over pada 2023,” kata dia.
Inarno juga mengatakan, target penggalangan dana pada tahun depan masih cukup optimistis mengingat pipeline masih ada 91 perusahaan.
"Kami masih cukup optimis mengingat saat ini di pipeline juga masih ada 91 company dimana total amount nya sekitar Rp 96,2 triliun dan juga kami lihat di pipeline saat ini untuk IPO masih ada 57 company yang akan listing di pipeline, kemungkinan besar akan di carry over 2023,” kata dia.
Dia menambahkan, pada 2023, OJK optimistis menargetkan Rp 152,7 triliun terdiri dari EBUS Rp 109,47 triliun, lalu IPO Rp 22,1 triliun dan PUT Rp 21,5 triliun.
"Jadi tentunya ini kita masih cukup optimis mengingat pipeline yang ada saat ini juga masih cukup banyak,” ujar dia.
Advertisement