Liputan6.com, Jakarta - Kontraktor tambang, PT Hillcon Tbk akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2023.Penawaran umum perdana saham (initial public offering atau IPO) Hillcon sempat tertunda pada 2022.
Hillcon sempat melakukan proses IPO pada Juni tahu lalu. Namun, IPO tersebut dibatalkan karena time table yang tidak masuk untuk efektif. Artinya, batalnya IPO Hillcon ini tidak ada kaitannya dengan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) dari anak usahanya, PT Hillcon Jaya Sakti (HS).
Baca Juga
PKPU tersebut diajukan oleh PT Intraco Penta Prima Servis yang merupakan anak usaha PT Intraco Penta Tbk (INTA). Permohonan PKPU itu terdaftar di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Selain itu, manajemen Hillcon menegaskan, status PKPU sudah dicabut. Sementara itu, terdapat perubahan dalam skema IPO HILL saat ini.
Advertisement
Merujuk prospektus awal, Hillcon akan menawarkan saham perdana atau initial public offering (IPO) sebanyak-banyaknya 2,21 miliar saham dengan nilai nominal Rp 20.
Jumlah saham Hillcon yang ditawarkan tersebut setara 15 persen dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO. Perseroan menawarkan harga IPO Rp 250-Rp 400 per saham. Dengan demikian, perseroan akan meraup dana sebanyak-banyaknya Rp 884,60 miliar.
Sedangkan, pada prospektus terbaru, Hillcon akan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Calon emiten berkode HILL akan menawarkan maksimal 442,3 juta saham baru.
Jumlah tersebut sebanyak-banyaknya 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan setelah IPO dengan nilai nominal Rp 100 per saham.
Adapun, harga penawaran tersebut Rp 1.250 - Rp 2.000 setiap saham. Dengan demikian, dana yang akan diraup calon emiten ini sebanyak Rp 884,6 miliar.
Jika dibandingkan, persentase keduanya masih sama. Namun, kali ini jumlah saham yang diterbitkan lebih sedikit dari sebelumnya.
Kemudian, harga penawaran saham HILL senilai Rp 1.250-2.000. Dengan demikian, target dana yang diraih masih sama sekitar Rp 552,9-884,6 miliar.
Dana IPO
Sebagai catatan, Hillcon saat ini berada di tahap bookbuilding dan akan mencatatkan saham nya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 15 Februari 2023 mendatang.
Adapun, seluruh dana hasil IPO, setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan digunakan untuk memberikan pinjaman kepada anak usaha Perseroan, yaitu PT Hillconjaya Sakti (HS) dengan rincian sekitar 55 persen untuk modal kerja HS terkait dengan biaya produksi, pengembangan, termasuk di antaranya biaya terkait bahan bakar, biaya overhead, dan pemeliharaan seluruh alat-alat berat.
Selain itu, sisanya sekitar 45 persen akan digunakan untuk belanja modal yang terdiri atas pembelian alat-alat untuk mendukung kegiatan operasional HS di sektor nikel. Jenis alat yang akan dibeli, yaitu berupa alat berat (main fleet dan supporting fleet) beserta sarana penunjang lainnya.
Dalam deretan direksi, ada sesuatu yang menarik seiring salah satu direkturnya baru berusia 23 tahun. Stanley Qiu menjabat sebagai direktur Hillcon dan baru berusia 23 tahun. Ia lulus dari Nanyang Technological University, Singapura. Stanley Qiu menjadi pemegang saham 5 persen Hillcon Equity Management
Hersan Qiu diketahui menjadi pengendali sekaligus direktur utama Hillcon yang juga pemegang 42,5 persen saham Hillcon Equity Management.
Kemudian, Caecilia Sulistiowati menduduki posisi komisaris Hillcon yang juga pemegang 42,5 persen saham Hillcon Equity Management.
Advertisement
Hillcon Siapkan Belanja Modal hingga Rp 1 Triliun pada 2023
Sebelumnya, PT Hillcon Tbk yang akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) hingga Rp 1 triliun pada 2023.
Direktur Hillcon, Jaya Angdika mengatakan, belanja modal yang disiapkan sekitar Rp 800 miliar hingga Rp 1 triliun. Dana tersebut berasal dari beragam sumber, antara lain dari hasil penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) maupun institusi keuangan.
"Capexnya akan ada penggabungan dengan pinjaman dari institusi, capex sekitar Rp 800 miliar-Rp 1 triliun. Kita masih perlu dana yang lain, dari institusi keuangan seperti bank atau multifinance," kata Jaya dalam konferensi pers, Jumat (13/1/2023).
Hillcon akan melepas saham sebanyak-banyaknya 442,3 juta saham biasa atas nama, atau sebanyak-banyaknya 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan setelah IPO dengan nilai nominal Rp 100 per saham.
Adapun, harga penawaran tersebut Rp 1.250 - Rp 2.000 setiap saham. Dengan demikian, dana yang akan diraup calon emiten ini sebanyak Rp 884,6 miliar.
Seluruh dana hasil IPO, setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan digunakan untuk memberikan pinjaman kepada anak usaha Perseroan, yaitu PT Hillconjaya Sakti (HS) dengan rincian sekitar 55 persen untuk modal kerja HS terkait dengan biaya produksi, pengembangan, termasuk di antaranya biaya terkait bahan bakar, biaya overhead, dan pemeliharaan seluruh alat-alat berat.
Selain itu, sisanya sekitar 45 persen akan digunakan untuk belanja modal yang terdiri atas pembelian alat-alat untuk mendukung kegiatan operasional HS di sektor nikel. Jenis alat yang akan dibeli, yaitu berupa alat berat (main fleet dan supporting fleet) beserta sarana penunjang lainnya.
Perkuat Industri Nikel
Presiden Direktur Hillcon Hersan Qiu menuturkan, melalui IPO ini Hillcon dapat ikut memperkuat industri nikel.
"Rencana IPO Hillcon ini merupakan bagian dari upaya mengembangkan bisnis, menciptakan nilai yang optimal bagi Perseroan dan stakeholder serta demi mewujudkan ekosistem industri nikel Indonesia dan global. Itu sebabnya, kami melakukan roadshow untuk menawarkan saham ke publik,” kata Hersan.
Hersan berharap, Hillcon mampu menarik investor untuk menginvestasikan dana di Indonesia demi memperkuat perekonomian nasional dan pembukaan lapangan kerja.
"Hillcon memiliki potensi pertumbuhan yang baik seiring dengan perkembangan teknologi. Hal ini memantapkan langkah Hillcon menjadi pemain industri nikel,” katanya.
Menurut Hersan, sebagai perusahaan infrastruktur pertambangan batubara, nikel dan pekerjaan sipil terkemuka yang menyediakan jasa konstruksi untuk sektor publik dan swasta, Hillcon memiliki ekosistem bisnis nikel yang lengkap. Ini seiring pertumbuhan penjualan mobil listrik dan peningkatan konsumsi nickel metal industri baterai.
"Ekosistem ini didukung oleh produsen nikel dalam negeri. Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia," ujar dia.
Advertisement
Aset
Ia menegaskan, jangkauan geografis Hillcon memungkinkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya di lokasi yang beragam, dan memberi Hillcon keuntungan dalam memenangkan proyek di seluruh negeri.
Saat ini Hillcon beroperasi di sejumlah lokasi, yaitu di Kalimantan, Sulawesi dan Maluku Utara. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di beragam lokasi di seluruh Indonesia.
"Jangkauan geografis ini juga memberi Hillcon kemampuan untuk menyebarkan sumber daya ke proyek-proyek baru di seluruh negeri dengan lebih cepat, meningkatkan keunggulan kompetitifnya dalam memenangkan proyek-proyek baru,” kata dia.
Hingga September 2022, Hillcon mengalami pertumbuhan pendapatan yang signifikan. Ini didorong oleh peningkatan produksi pertambangan. Perseroan juga mampu mempertahankan margin kotor yang kuat sebesar 27 persen per September 2022.
Hillcon berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp2,17 triliun per September 2022, meningkat 68,22 persen dibandingkan periode sama pada 2021 sebesar Rp1,29 triliun.
Laba kotor Hillcon melesat sebesar 10,39 persen, dari Rp524,6 miliar per September 2021 menjadi Rp579,1 miliar per September 2022.
Sementara total aset Hillcon meningkat 28,75 persen dari Rp2,40 triliun pada 2021 menjadi Rp3,09 triliun per September 2022.