Liputan6.com, Jakarta - Penyanyi dan anggota boyband BTS Jimin ditunjuk menjadi duta merek global terbaru untuk Dior. Jimin BTS mengikuti sesama artis K-pop Jisoo BLACKPINK, Sehun EXO, dan Cha Eunwoo Astro.
Mengutip Yahoo Finance, hubungan BTS dengan rumah mewah Prancis tersebut dimulai pada 2019. Saat itu desainer pakaian pria Dior Kim Jones merancang pakaian panggung untuk tur dunia “Love Yoursel:Speak Yourself”.
Baca Juga
Sebelumnya BTS telah bekerja sama dengan merek-merek termasuk McDonald’s, Coca-Cola, Samsung dan Louis Vuitton pada April 2021. Namun, kontrak BTS dengan Louis Vuitton kini telah berakhir. Baik Vuitton dan Dior milik konglomerat Prancis LVMH Moet Hennessy Louis Vuitton.
Advertisement
"Penyanyi, penari dan penulis lagu Jimin dari BTS sekarang menjadi duta global Dior. Ikatan khusus ini mengikat lebih dari sebelumnya. Persahabatan dengan Dior dan Kim Jones, yang telah merancang pada 2019, pakaian panggung band BTS,” demikian pernyataan Dior seperti dikutip dari Yahoo, Senin (16/1/2023).
Dior juga menyatakan, artis baru Korea Selatan ini mewujudkan semangat dan keunikan gaya modernitas Dior dengan ciri khas yang tak lekang oleh waktu. Dengan Jimin secara individu menandatangani merek Dior, ini berarti anggota lain dapat melakukan hal sama dengan rumah mode lainnya seperti Blackpink dan NewJeans.
Hingga kini tidak jelas seperti apa kemitraan ini ke depan seiring anggota BTS berencana mendaftar wajib militer di Korea Selatan setelah umumkan hiatus yang tidak terbatas. Namun, perlu dicatat Jimin tidak harus bergabung dengan militer hingga 2025 mengingat usianya. Sejauh ini, Jin satu-satunya anggota yang sudah daftar wajib milider.
Rumah mode Dior tidak asing dengan kekuatan K-pop. Jisoo, anggota Blackpink telah membuat banyak orang heboh sejak bergabung dengan Dior sebagai duta global untuk fashion dan kecantikan pada Maret 2021. Berdasarkan data perusahaan dan Launchmetrics, unggahan Dior dan Jisoo telah beberapa kali cetak nilai tertinggi selama Paris Fashion Week.
Brand Christian Dior Dituding Mainkan Trik, Minta Konsumen Bayar Ekstra saat Barang Pesanan Sudah Dilunasi
Sebelumnya, Brand Christian Dior sedang disorot tajam oleh para konsumennya di Korea Selatan. Mereka mengkritik label fashion asal Prancis itu atas kebijakan penjualan yang dinilai kontroversial.
Perusahaan itu kini mewajibkan konsumen mereka untuk membayar lebih produk yang sudah dipesan sebelumnya tetapi masih belum sampai ke tangan mereka. Kebijakan itu diambil menyusul kenaikan harga produk yang terjadi.
Dikutip dari laman Korea Times, Selasa (18/1/2022), beberapa pembeli yang sedang menunggu merchandise pesanan mereka dikirimkan, menerima pemberitahuan itu. Mereka diminta untuk membatalkan proses pembayaran sebelumnya dan memesan ulang produk dengan harga baru yang dinaikkan.
Para pelanggan mengatakan mereka tidak pernah diberitahu tentang kenaikan harga atau apapun tentang ketentuan pengembalian dana sebelum mereka memesan produk tersebut. Namun, pihak Dior mengatakan bahwa kebijakan itu diambil mengikuti keputusan kantor pusat mereka.
Pelanggan hanya diberi dua piliham membatalkannya atau membayar lebih untuk pesanan mereka. Hal itu dikeluhkan para pelanggan.
"Aku benar-benar tak menyukai cara Dior memperlakukan pelanggan Korea mereka. Aku tak mengerti mengapa aku harus membayar lebih atas kenaikan harga itu, jadi aku meminta pengembalian dana," kata seorang konsumen kepada media lokal.
Advertisement
Skema Refund Dikritik
Bukan itu saja yang dikeluhkan konsumen. Pihak Dior memutuskan pengembalian dana yang dimaksud bukanlah dalam bentuk uang tunai, tetapi berbentuk kredit perusahaan.
Pembeli hanya bisa menggunakannya untuk membeli produk lain di toko itu. Beberapa konsumen bahkan tidak diberikan pilihan membayar ekstra untuk produk yang mereka beli, melainkan hanya menerima poin kredit karena produk yang sudah dipesan sebelumnya tidak lagi dijual di Korea Selatan.
Kebijakan yang diambil Dior tidaklah umum. Apalagi, perusahaan fesyen itu memaksakan memberlakukan kebijakan harga baru tanpa memberitahu konsumen mereka sebelum memesannya.
Hal itu berbeda dengan Chanel. Label fesyen mewah itu secara terang-terangan memberitahu pelanggan mereka bahwa mereka akan diminta membayar ekstra bila perusahaan menaikkan harga saat pesanan mereka diproses.
Gugatan Hukum
Situasi itu mendorong para pelanggan bersikap tegas. Komunitas fesyen online bahkan mempertimbangkan untuk mengajukan gugatan hukum atau bahkan memboikot brand tersebut.
"Dior pikir pelanggan Korea mereka orang yang lemah. Kita harus melaporkan kasus ini ke Badan Konsumen Korea," ujar salah satu warganet.
Ahli hukum juga menilai kebijakan Dior itu melanggar hukum lokal. "Biasanya, konsumen menerima produk mereka saat dibeli. Tapi, dalam kasus beberapa brand mewah, mereka cenderung meminta pembayaran dilunasi dulu, baru pesanan diproses karena barang mereka tidak ada di toko. Ini bisa dipandang sebagai tipe pra-kontrak antara brand dan konsumen mereka," kata pengacara Baek Gwang-hyeon dari firma hukum Barun.
"Dalam kasus Dior, hal itu bisa dipandang memaksakan perubahan atas kontrak yang sudah disepakati dengan konsumen sebelumnya tanpa alasan yang tepat. Hal itu bisa dinilai sebagai pelanggaran kontrak," sambung dia.
Pihak Dior cabang Korea Selatan menolak memberi penjelasan lebih lanjut. Mereka hanya menyatakan bahwa menuruti perintah dari kantor pusat mereka.
Advertisement