Liputan6.com, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia akan kembali digelar pada 18-19 Januari 2023. Analis mengungkapkan, sektor keuangan bisa dicermati di tengah sentimen RDG Bank Indonesia.Â
Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis mengatakan, terdapat sejumlah sentimen dalam pekan ini. Selain pengumuman suku bunga akan dipengaruhi juga oleh rilisnya data neraca dagang yang tercatat masih surplus.
Baca Juga
Selain itu, perlu dicermati juta data penjualan mobil, dan data pertumbuhan pinjaman. Lalu, bisa juga perhatikan sentimen dari global, seperti akan adanya rilis data produk domestik bruto (GDP) dari China.Â
Advertisement
"Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana data-data tersebut rilis jika dirlis tdiak sesuai ekpektasi pasar maka potensi akan adanya penurunan IHSG," kata Abdul saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Selasa (17/1/2023).
Untuk rekomendasi saham, ia memilih saham BMRI dengan resistance Rp 9.750 - Rp 9.850 dan support Rp 9.125 - Rp 9.225 dan saham BBRI dengan resistance Rp 4.750- Rp 4.760 dan support Rp 4.360- Rp 4.420.
Sementara itu, Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei mengungkapkan, yang dapat diperhatikan terkait sentimen RDG BI, tentunya di sektor perbankan, terutama bluechip yang sudah terkoreksi terus-menerus sebelumnya, seperti BBCA BMRI BBNI.Â
"Sentimen dari global saat ini sudah lebih optimis melihat inflasi AS yang melandai, indeks dolar yang terkoreksi, musim rilis laporan keuangan emiten AS, dan aktivitas ekonomi internasional China," kata Jono.
Sedangkan, sentimen dari dalam negeri selain rilis data neraca dagang Indonesia pada Desember, akan ada rilis data pertumbuhan kredit perbankan yang dapat menjadi tolak ukur fundamental ekonomi Indonesia yang juga yang dapat memberikan pengaruh terhadap keputusan RDG BI nantinya.
Dia menjelaskan, investor juga dapat melirik sektor defensif seperti dari sektor konsumer dan telekomunikasi untuk antisipasi kinerja kuartal IV 2022 yang lebih baik karena daya beli masyarakat meningkat, penghentian PPKM, musim liburan akhir tahun dan harga bahan bakar minyak (BBM) yang turun.Â
Untuk rekomendasi saham, Jono memilih saham EXCL, MAPI, juga ANTM karena harga emas dunia yang terus naik untuk dapat dipertimbangkan.
Â
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Strategi Investasi Saham di Tengah Isu Resesi Global
Sebelumnya, di tengah ancaman resesi saat ini, terdapat beberapa cara bagi para investor untuk tetap bijak dalam melakukan investasi saham. Pelaku pasar modal menjelaskan, sebaiknya investor tetap berpedoman pada fundamental dan teknikal di tengah kondisi ketidakpastian seperti saat ini.Â
Ady Nugraha, Co-Founder Syariah Saham, mengingatkan para investor agar jangan sampai isu resesi malah mengacaukan sistem trading atau psikologis trading.Â
Dengan demikian, Ady pun memberikan langkah sederhana dalam mengatur uang, seperti menetapkan level risiko per bulan (RPB) yang siap ditanggung. Selain itu, menentukan risk per Trade (RPT) dalam setiap rencana trading.
Kemudian, ada titik beli (TB), stop loss (SL), dan take profit (TP) dan juga menghitung range. Terakhir, menetapkan jumlah lotnya dan besaran modal.Â
“Itu menghilangkan sifat gharar dan spekulasi, membuat kita ‘terjaga’ di masa resesi yang diwarnai ketidakjelasan seperti saat ini," kata Ady dalam keterangan resminya, ditulis Selasa (17/1/2023).
Sebelumnya, pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama dua pekan pertama 2023 dapat dijadikan momentum bagi investor untuk berburu diskon saham-saham dengan fundamental baik.
Technical Analyst House of Traders Community, Handi Erawan mengatakan, pasar yang melemah tidak selalu berarti jelek. Namun, kondisi itu justru menjadi momentum untuk membeli saham-saham dengan fundamental baik dengan harga murah.
Membuka tahun ini, IHSG menunjukkan tren melemah dan untuk kesekian kalinya menguji level support. Namun, Handi menilai IHSG memiliki peluang kembali ke level 7.000-an seperti tahun lalu.
"Beberapa saham penggerak IHSG bisa kita manfaatkan momentumnya," kata Handi dalam keterangan resminya.
Dia menyebutkan, beberapa saham pilihan di sektor perbankan atau finance, sektor metal, serta sektor teknologi dapat diperhatikan. Selain itu, tambahnya, saham-saham consumer non-cyclical, consumer cyclical, dan infrastruktur seiring semakin dekatnya momen Ramadhan dan Lebaran.
"Untuk perbankan ada BBCA, BBRI, BBNI, BMRI, BRIS. Sektor energi atau oil ada AKRA, MEDC, ELSA, RAJA. Sektor metal yakni ANTM, INCO, HRUM," kata dia.
Â
Â
Advertisement
Sektor Saham
Selain itu, sektor teknologi juga bisa diperhatikan seperti saham GOTO, BUKA, EMTK. Untuk sektor consumer non-cyclical, ada CPIN, JPFA, UNVR, ICBP, INDF. Consumer cyclical lihat ACES, ERAA, ASII. Infrastruktur yang bisa perhatikan, yaitu TOWR, JSMR, EXCL, ISAT, TLKM.
Ia mengatakan, untuk saham-saham sektor energi terutama batu bara, ada potensi terkoreksi karena kenaikan yang masif dalam waktu yang cepat pada 2022.
"Dari Maret-Mei, lalu Juni-Juli naiknya sudah cukup banyak. Sri Mulyani (Menteri Keuangan) juga bilang harga komoditas di 2023 tidak akan setinggi tahun lalu, ini satu inline yang bisa kita pakai dimana harga saham-saham batubara akan balik ke pergerakan harga di area-area dimana mereka biasa bergerak," ujar dia.
Dalam kesempatan yang sama, Senior Economist PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully A. Wisnubroto menilai pasar modal dalam negeri sedang diuji dengan tren yang terus melemah pada dua pekan pertama 2023. Namun demikian, dalam dua hari terakhir terlihat IHSG sudah mulai menguat ke posisi 6.641,8.
Â
Â
Â
Faktor yang Bebani IHSG
"(Pelemahan) year to date-nya sudah 3 persen. Ini (IHSG) menjadi salah satu yang kurang baik atau mungkin yang paling jelek di antara bursa-bursa global lainnya," katanya.
Kendati demikian, ia mengaku kondisi tersebut tidak terlalu mengherankan. Dia menilai salah satu penekan IHSG pada dua pekan pertama tahun ini karena adanya profit taking menyusul pencapaian positif IHSG sepanjang 2022 yang menguat lebih dari 4 persen (yoy).
"Jadi tidak terlalu mengherankan kalau di awal tahun ini terjadi koreksi. Terlihat ada capital outflow di pasar domestik, yang telah terjadi juga pada Desember," ujar dia.
Sepanjang dua pekan pertama 2023, arus modal asing keluar pasar saham Indonesia mencapai Rp 5,2 triliun. Adapun, jika diakumulasikan sejak Desember 2022, arus modal asing keluar pasar saham Indonesia mencapai sekitar Rp 26 triliun.
"Kalau dengan rata-rata kurs sekitar Rp15.500, itu ekuivalen sekitar USD 1,7 billion," kata dia.
Advertisement