Liputan6.com, Jakarta - PT Pelita Teknologi Global Tbk gelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Pada aksi tersebut, perseroan menawarkan sebanyak-banyaknya 200 juta saham atau 24,81 persen dari total modal ditempatkan dan disetor setelah IPO dengan nilai nominal Rp 10 per saham.
Melansir prospektus perseroan pada laman e-ipo, Selasa (17/1/2023), harga penawaran dipatok pada kisaran Rp 140–180 per saham. Sehingga PT Pelita Teknologi Global Tbk berpotensi meraup dana segar sekitar Rp 28 miliar sampai dengan Rp 36 miliar.
Baca Juga
Seluruh dana bersih hasil IPO akan digunakan oleh perseroan untuk modal kerja yaitu untuk biaya operasional. Di antaranya seperti gaji, biaya angkut, biaya kantor, biaya penjualan, biaya sewa dan lainnya serta pembelian barang dagangan dan pelunasan hutang usaha kepada pemasok (pihak ketiga).
Advertisement
Catatan saja, perseroan tidak memiliki rencana untuk melunasi utang kepada pihak terafiliasi dengan menggunakan dana hasil penawaran umum. Setelah dilaksanakannya IPO, mulai tahun ini berdasarkan laba bersih 2022, perseroan berniat untuk melakukan pembayaran dividen sebanyak-banyaknya 20 persen dari laba bersih untuk masa yang akan datang.
Pembagian dividen harus tunduk dan mematuhi ketentuan dalam pasal 71 ayat (2) dan (3) UUPT yakni divide hanya boleh dibagikan apabila perseroan mempunyai saldo laba positif.
Adapun susunan pemegang saham perseroan per 31 Juli 2022 atas 60.600 lembar saham senilai Rp 6,06 miliar lembar saham didominasi oleh PT Karya Permata Berkat Jaya yang mengapit 79,29 persen atau setara 48.048 lembar. Kemudian PT Surya Pelangi Cahaya, PT Wilmar Sejahtera Asia, Aneka Taruna Selaras dan PT Baran Suryamas Lama masing-masing 5 persen atau seyara 3.030 lembar.
Sisanya dimiliki oleh Mulyo Suseno dan Ardarini masing-masing 0,36 persen atau 216 lembar.
Susunan Komisaris dan Direksi perseroan saat ini:
Komisaris
Komisaris Utama: Richard Willem Moka
Komisaris Independen: Hadi Avilla Tamzil
Direksi
Direktur Utama: Ardarini
Direktur: Mulyo Suseno
Direktur: Pri Hastanto
Direktur: Hasri Zulkarnaen
Jadwal IPO
Masa Penawaran Awal: 17—24 Januari 2023
Perkiraan Tanggal Efektif: 31 Januari 2023
Perkiraan Masa Penawaran Umum: 2–6 Februari 2023
Perkiraan Tanggal Penjatahan: 6 Februari 2023
Perkiraan Tanggal Distribusi Saham Secara Elektronik: 7 Februari 2023
Perkiraan Tanggal Pencatatan di Bursa Efek: 8 Februari 2023
OJK Bidik Penghimpunan Dana di Pasar Modal Sentuh Rp 170 Triliun
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membidik penghimpunan dana di pasar modal sebesar Rp 170 triliun pada 2023
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi menuturkan, terdapat rencana penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) yang dilakukan calon emiten baru sebanyak 58 perusahaan pada 2023.
"Di pipeline 84 rencana penawaran umum dengan emisi Rp 81,41 triliun yang di antaranya merupakan rencana IPO akan dilakukan emiten baru sebanyak 58 perusahaan," kata Inarno dalam RDK OJK, Senin (2/1/2022).
Dia menuturkan, pada tahun lalu penghimpunan dana mencapai Rp 260 triliun. Dengan demikian, penghimpunan dana pada tahun ini ditargetkan Rp 170 triliun.
"Target untuk 2023 Rp 170 triliun dan kalau dibandingkan 2022 memang extraordinary mencapai Rp 260 triliun. Apabila keluarkan out layer GOTO dkk, tetap ada growth positif, tapi kira-kita berimbang antara 2022 dan 2023," kata dia.
Dia menambahkan, minat untuk penghimpunan dana di pasar modal hingga 30 Desember 2022 masih terjaga tinggi, yaitu sebesar Rp267,73 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 71 emiten yang merupakan rekor tertinggi jumlah emiten baru.
Sedangkan untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UMKM, telah terdapat 14 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 337 Penerbit, 136.779 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar Rp721,84 miliar.
Sementara itu, bursa saham hingga 30 Desember 2022 melemah 3,26 persen mtd ke level 6.850,62 dengan non-resident mencatatkan outflow sebesar Rp20,91triliun mtd.
Secara year to date (Ytd), IHSG tercatat menguat sebesar 4,09 persen dengan non-resident membukukan net buy sebesar Rp60,58 triliun.
"Pada 2022, jumlah investor pasar modal telah mencapai 10,31 juta investor yang merupakan milestone baru bagi industri pasar modal," kata Inarno.
Dukungan kemudahan masyarakat mengakses instrumen pasar modal dan perluasan kanal distribusi terutama secara digital mendukung lonjakan pertumbuhan investor sebesar 37,68 persen (yoy).
Advertisement
OJK: 64 Perusahaan Antre Himpun Dana di Pasar Modal, Ada IPO Jumbo pada 2023
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan terdapat penawaran umum perdana saham (initial public offering/ IPO) bernilai lebih dari Rp1 triliun di bursa pada 2023.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi menuturkan, IPO di atas Rp1 triliun masih dalam proses dan ada di pipeline OJK. Kemungkinan, IPO tersebut masuknya tahun depan.
"Tidak hanya satu, masih dalam proses dan pipeline. Kapan akan masuknya, Insya Allah masuk pada tahun depan," kata Inarno dalam Konferensi Pers Akhir Tahun 2022, ditulis Jumat (30/12/2022).
Inarno menuturkan, rencana tersebut masih bergantung dengan calon emiten, kondisi pasar dan lainnya.
"Tentunya tergantung daripada emitennya juga, pasarnya juga dan tentunya masih banyak kemungkinan yang terjadi," kata dia.
Dia menyebutkan, terdapat 64 calon emiten yang berada di pipeline OJK pada 2023.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan, penggalangan dana di pasar modal sudah mencapai Rp 226,49 triliun hingga 30 November 2022. Saat ini juga masih ada pipeline sejumlah 91 perusahaan dengan nilai Rp 96,2 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi mengatakan, untuk penggalangan dana di pasar modal mencapai Rp 226 triliun hingga akhir November 2022.
"Untuk yang fundrise, saat ini kita sudah mencapai Rp 226 triliun sampai dengan 30 November 2022 dan saat ini pun itu masih ada pipeline sejumlah 91 perusahaan dengan nilai sampai saat ini Rp 96,2 triliun,” kata Inarno dalam RDK OJK, Selasa, 6 Desember 2022.
BEI Sebut Jumlah IPO 2022 Tertinggi Sejak 1992
Sebelumnya, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatatkan jumlah investor pasar modal Indonesia yang mencapai 10,3 juta investor atau meningkat 37,53 persen hingga 28 Desember 2022 dari akhir 2021 yang sebelumnya berjumlah 7,49 juta.
Direktur Utama KSEI, Urip Budhi Prasetyo menuturkan, jumlah investor tersebut elah mencapai dua digit tersebut telah tercapai sejak November 2022.
Jumlah tersebut terdiri dari investor pemilik saham, surat utang, reksa dana, surat berharga negara (SBN) dan jenis efek lain yang tercatat di KSEI, dengan komposisi 4,44 juta investor memiliki aset saham, surat utang dan efek lainnya, 9,59 juta investor memiliki aset reksa dana dan 830 ribu investor memiliki aset SBN.
"Jumlah investor berkembang di luar Pulau Jawa, ini yang menjadi salah satu tolak ukur melakukan edukasi," kata Urip dalam Konferensi Pers Akhir Tahun 2022, Kamis (29/12/2022).
Dia mengatakan, pertumbuhan jumlah investor di wilayah timur, yaitu Papua dan Maluku mengalami pertumbuhan sekitar 40 persen dan menjadi pertumbuhan tertinggi dibandingkan wilayah lainnya.
Adapun, usia investor pasar modal Indonesia yang didominasi generasi Milenial dan Gen-Z menjadi salah satu alasan maraknya pengembangan serta proses digitalisasi di pasar modal selama beberapa waktu terakhir.
Peran platform financial technology (fintech) semakin penting untuk investasi di pasar modal. Hal ini dibuktikan dengan data KSEI bahwa 78,17 persen investor memiliki rekening investasi di selling agent fintech.
Jumlah tersebut didominasi oleh investor individu sebanyak 99,63 persen. Lalu, frekuensi transaksi subscriptionoleh selling agent fintech mendominasi transaksi reksa dana dengan peningkatan sebesar 17 persen dari 21,63 juta juta pada 2021 menjadi 18,48 juta per 26 Desember 2022.
Advertisement