Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik lesu pada Kamis (19/1/2023), setelah mengikuti kerugian di wall street.
Melansir CNBC, Kamis (19/1/2023), indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,11 persen. Di Jepang, indeks Nikkei 225 dan Topix diperdagangkan turun masing-masing 0,96 persen dan 0,88 persen setelah Jepang mencatat defisit perdagangan lainnya untuk Desember, satu hari setelah Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ) mengejutkan pasar dengan mempertahankan batas toleransi kurva imbal hasil tidak berubah.Â
Baca Juga
Yen saat ini berdiri di 128,73 melawan dolar AS. Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,66 persen, sedangkan Kosdaq turun 0,32 persen pada jam pertama perdagangan.
Advertisement
Hong Kong dan Australia dijadwalkan untuk mencatat tingkat pengangguran masing-masing untuk Desember dan Oktober hingga Desember.
Semalam di wall street, indeks saham utama tersandung, dengan indeks S&P 500 mencatat hari terburuknya dalam lebih dari sebulan.
Tingkat pengangguran Australia naik tipis 3,5 persen pada Desember, sedikit mengalahkan ekspektasi Reuters dari pembacaan terendah 48 tahun sebesar 3,4 persen. Angka tersebut dibandingkan dengan tingkat pengangguran 3,4 persen untuk November.
Namun, jumlah pekerjaan untuk Desember anjlok 14.600, jauh meleset dari ekspektasi pertumbuhan 22.500 serta peningkatan 64.000 untuk November. Jepang mencatat defisit perdagangan sebesar 1,45 triliun yen (USD 11,27 miliar) untuk Desember 2022, menurut data resmi.
Impor Jepang pada Desember naik 20,6 persen dibandingkan tahun lalu, sedikit lebih rendah dari ekspektasi Reuters sebesar 22,4 persen. Ekspornya naik 11,5 persen year on year, dibandingkan dengan perkiraan 10,1 persen.
Â
Â
Â
Kebijakan The Fed Jadi Perhatian
Pembacaan itu akan menutup satu tahun penuh defisit perdagangan untuk Jepang. Semua rata-rata indeks utama mengakhiri hari lebih rendah pada Rabu.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 613,89 poin, atau 1,81 persen. S&P 500 kehilangan 1,56 persen dan Nasdaq Composite turun 1,24 persen.
Presiden Federal Reserve Cleveland Loretta Mester mengatakan bahwa suku bunga harus terus bergerak lebih tinggi bahkan dengan pembacaan inflasi baru-baru ini melemah. Hal itu diungkapkannya pada Rabu.
Dalam sebuah wawancara dengan Associated Press, pembuat kebijakan tersebut mengatakan bank sentral AS atau the Fed kemungkinan harus mengambil suku bunga acuan di atas 5 persen untuk membuat inflasi bergerak secara konsisten ke sasaran 2 persen bank sentral. Â
Â
Advertisement
Investor Cermati Besaran Kenaikan Suku Bunga
Dia mencatat pasar dan ekonomi menyerap setengah poin kenaikan suku bunga pada Desember tanpa masalah.
"Saya hanya berpikir kita perlu melanjutkan, dan kita akan berdiskusi di (31 Januari- 1 Februari) rapat berapa banyak yang harus dilakukan pada satu pertemuan tertentu," kata Mester. Â
“Tapi proyeksi saya dan pandangan saya tentang ekonomi adalah bahwa kita perlu berbuat lebih banyak, kita perlu mendapatkan di atas 5 persen dan kemudian menahannya di sana untuk beberapa waktu sampai kita mendapatkan ekspektasi inflasi yang berlabuh dengan sangat baik di 2 persen dan inflasi di jalur ke bawah itu," ia menambahkan.
Fed Funds Rate saat ini ditargetkan pada kisaran antara 4,25 persen - 4,5 persen. Angka penjualan liburan datang lebih ringan dari yang diharapkan pada 2022, menurut data dari National Retail Federation.
Kelompok industri mengatakan penjualan pada November dan Desember naik 5,3 persen secara year on year. NRF telah memproyeksikan pertumbuhan antara 6 persen dan 8 persen.
Data tersebut tidak termasuk pengeluaran di dealer mobil, pom bensin, dan restoran. Angka penjualan tidak disesuaikan dengan inflasi.
Â