Liputan6.com, Jakarta - Sektor saham bahan baku masih dibayangi sejumlah sentimen positif dan negatif pada 2023. Lantas, bagaimana prospek sektor saham bahan baku pada 2023?
Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei mengatakan, sektor bahan baku masih yang terkait emas, nikel maupun tembaga masih bisa diperhatikan oleh investor. Jono menyebutkan, faktor utama yang mempengaruhi sektor tersebut utamanya masih terkait ekosistem kendaraan listrik.Â
Baca Juga
Bagi investor, Jono memilih saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) untuk dipertimbangkan. "Sahamnya yang bisa diperhatikan ANTM dan MDKA," kata Jono.
Advertisement
Sementara itu, Chief Executive Officer Arah Investasi Mandiri, Hendra Martono Liem mengungkapkan, dalam analisis Yin Yang lima unsur, terdapat yang namanya saling mengalahkan air mengalahkan api mengalahkan kayu, kayu mengalahkan tanah dan tanah mengalahkan air.Â
"Industri semen lebih banyak dikategorikan tanah, karena air pada 2023 adalah air Yin, air Yang kecil, jadi tanah malah kesulitan menghadapi kebocoran kecil ini," kata Hendra.
Menurut ia, saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) baru saja bullish. Namun, masih jauh dari high sebelumnya di level Rp 9.900. Tekanan air Yin masih membuat ini menciut.
Â
Â
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Saham Pilihan
Hendra menargetkan harga saham SMGR di level support Rp 5.225 per saham dan resistance Rp 9.025 per saham. Setali tiga uang, saham INTP masih belum mampu melebihi high di level Rp 12.700 pada November 2021. Apalagi SMBR dalam satu tahun saja sudah minus 31 persen dan jauh di bawah high-nya di level Rp 830 pada 11 Oktober 2021.
"Dari sektor basic, yang masih bisa diperhatikan karena mengandung unsur air adalah TPIA. Dari basic yang mengandung unsur kayu yang bisa mendapat angin segar tahun ini adalah TKIM. INKP juga mengandung unsur kayu," kata Hendra.
Selain itu, yang cukup netral adalah yang mengandung logam, antara lain, MDKA, ANTM, INCO dan NICL. Head of Institutional Equities RHB Sekuritas Indonesia, Michael Setjoadi mengatakan, pihaknya menyukai metal mining untuk sektor bahan baku. Hal itu disebabkan prospek China melakulan re-opening atau pembukaan kembali, aktivitas ekonomi akan bergeliat lagi.
"Ini dapat support hagra nikel yang pelan-pelan sudah meningkat, dan juga harga tembaga," kata Michael.
Selain itu, semen juga diminati karena harga batu bara yang diperkirakan akan turun. Hal itu menjadi salah satu komponen biaya terbesar untuk produsen semen.
Advertisement
Melihat Prospek Sektor Saham Energi di Tengah Koreksi Harga Komoditas
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah pada perdagangan saham Kamis, 5 Januari 2023.
Mengutip data RTI, IHSG anjlok 2,34 persen ke posisi 6.653,84. Indeks LQ45 melemah 2,03 persen ke posisi 906,66. Seluruh indeks acuan kompak tertekan. Pada perdagangan Kamis pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.813,42 dan terendah 6.621,98. Sebanyak 518 saham melemah sehingga menekan IHSG.
90 saham menguat dan 94 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.305.298 kali dengan volume perdagangan 23,1 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 14,2 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.452.
Indeks sektor saham mayoritas tertekan kecuali indeks sektor saham kesehatan menguat 0,45 persen. Sementara itu, sektor saham energi anjlok 5,48 persen, dan pimpin koreksi.Â
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheryl Tanuwijaya mengatakan, saham-saham energi yang ekspansi di bidang hilirisasi masih prospektif. Tahun ini sentimen penggerak sektor saham energi, yakni permintaan komoditas energi global yang diperkirakan melemah karena potensi resesi global.
Cheryl menyebutkan, IMF juga sudah menyampaikan jika satu per tiga ekonomi global akan mengalami resesi. Bagi investor, saham ADRO, ITMG, dan INDY dapat dipertimbangkan.
Untuk saham ADRO dengan target harga Rp 3.700, ITMG dengan target harga Rp 40.300, dan INDY dengan target harga Rp 2.800.
Â
Tren Penurunan Harga Komoditas
Sementara itu, Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei mengatakan, saham energi yang mayoritas terdiri dari saham batu bara dan migas memang pada 2023 berpotensi terkoreksi mengikuti harga komoditas batu bara dan minyak mentah yang mengalami tren penurunan pasokan dan cadangan yang meningkat.
Akan tetapi, permintaan masih lemah menjadi faktor yang mempengaruhi penurunan harga komoditas tersebut. Selain itu juga, untuk batu bara, beberapa negara telah berencana untuk mengurangi penggunaannya sebagai sumber energi.
"Untuk sektor energi sendiri yang dapat dicermati yaitu yang melakukan diversifikasi bisnis maupun hilirisasi energi, antara lain ke energi terbarukan, bisnis terkait kendaraan listrik atau yang lainnya," kata Jono.
Emiten sektor energi yang melakukan bisnis tersebut, antara lain INDY, ADMR, dan AKRA. Namun, untuk saat ini memang sebaiknya juga menunggu kondisi bursa saham stabil, karena tekanan jual yang sedang tinggi saat ini di berbagai sektor.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, secara fundamental emiten energi masih solid berdasarkan kinerja keuangan mereka tahun ini dibandingkan sama tahun sebelumnya (year on year).
Â
Â
Advertisement
Prospek
Arjun menilai, jika dilihat saham sektor energi seperti ADRO, MEDC, PGAS dan lainnya masih cukup undervalued berdasarkan PER dan PBV dibandingkan sama rata-rata emiten lain yang berada di sektor energi.Â
"Dilihat dari prospek sektor, sektor energi juga masih akan prospektif pada tahun ini, walaupun kenaikannya mungkin tidak akan sebesar kenaikan 2022," kata Arjun.
Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis menjelaskan, pihaknya melihat sektor energi akan cenderung melandai pada 2023. Hal ini disebabkan adanya resesi yang dapat menekan permintaan dari sektor energi.Â
Di sisi lain, akan adanya pembukaan kembali ekspor batu bara Australia. Hal ini dapat mengakibatkan harga komoditas khususnya batu bara juga akan mengalami penurunan.
"Bisa diperhatikan PTBA dan ITMG tetapi saat ini bisa dilakukan wait and see terlebih dahulu jika ada pembalikan arah bisa dilakukan trading buy," ujar dia.
Â