Sukses

Suku Bunga BI Naik, Potensi Cuan Saham Bank Kapitalisasi Besar atau Digital?

Memilih saham bank kapitalisasi besar dan bank digital di tengah sentimen kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia memutuskan untuk menaikan suku bunga acuan BI, atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 0,25 persen, dari sebelumnya 5,50 persen menjadi 5,75 persen. Analis mengungkapkan, kenaikan suku bunga tersebut berdampak positif bagi saham sektor perbankan.

Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis menuturkan, kenaikan suku bunga BI akan memberikan dampak positif bagi saham sektor bank.

"Kenaikan suku bunga akan berdampak juga pada peningkatan bunga kredit sehingga hal ini dapat meningkatkan net interest margin (NIM) dari perbankan," kata Abdul kepada Liputan6.com, Jumat, 20 Januari 2023.

Kemudian, prospek saham perbankan masih memiliki pertumbuhan positif didorong dengan estimasi kinerja emiten perbankan yang masih baik.

Dia mengatakan, bank kapitalisasi besar masih manarik mengingat dengan valuasi yang masih murah dibandingkan bank digital.

Dengan demikian, Abdul merekomendasikan beli untuk saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dengan target harga Rp 10.375 - Rp 10.550 per saham dan support Rp 9.800 - Rp 9.600 per saham. 

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheryl Tanuwijaya mengatakan, kenaikan suku bunga BI sesuai dengan perkiraan pasar dan BI memberi sinyal tidak ada kenaikan suku bunga bulan depan. Sehingga memberikan pedoman tambahan bagi pelaku pasar. Sentimen itu juga direspons positif. 

"Sektor yang diuntungkan, yaitu perbankan kapitalisasi pasar karena berpotensi menambah pendapatannya, sedangkan saham bank digital kurang diuntungkan karena mereka melakukan perang bunga tinggi jadi akan menggerus margin bank digital," kata Cheryl.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Saham Bank Besar

Bagi para investor, Cheryl merekomendasikan beli saham BBRI dengan target harga Rp 4.990 per saham serta stop loss Rp 4.580 dan saham BMRI dengan target harga Rp 10.600 serta stop loss Rp 9.650.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani melihat saham-saham perbankan terutama, empat bank terbesar mengalami kinerja harga saham atau kinerja keuangan yang sangat baik pada tahun lalu di tengah kenaikan suku bunga dan tinggi.

"Bank besar dan mapan seharusnya bisa mendapatkan manfaat kenaikan suku bunga dari NIM mereka dan ini bagus untuk perusahaan perbankan," kata dia.

Dengan demikian, sektor perbankan memiliki prospek positif di tengah kenaikan suku bunga. "Tapi karena bobot paling tinggi di sektor perbankan di perbankan besar sebenarnya secara umum efek kenaikan suku bunga terhadap sektor perbankan seluruhnya positif," kata Arjun.

Sebagai catatan, Arjun mencermati dampak menaikan suku bunga akan berdampak pada membengkaknya biaya operasional bank digital. Selain karena biaya operasional bank digital relatif lebih tinggi dibanding bank konvensional, naiknya suku bunga juga mendesak bank digital untuk ikut tawarkan bunga deposito yang kompetitif.

 

3 dari 4 halaman

Prospek Sektor Saham Bahan Baku pada 2023

Sebelumnya, sektor saham bahan baku masih dibayangi sejumlah sentimen positif dan negatif pada 2023. Lantas, bagaimana prospek sektor saham bahan baku pada 2023?

Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei mengatakan, sektor bahan baku masih yang terkait emas, nikel maupun tembaga masih bisa diperhatikan oleh investor. Jono menyebutkan, faktor utama yang mempengaruhi sektor tersebut utamanya masih terkait ekosistem kendaraan listrik. 

Bagi investor, Jono memilih saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) untuk dipertimbangkan. "Sahamnya yang bisa diperhatikan ANTM dan MDKA," kata Jono.

Sementara itu, Chief Executive Officer Arah Investasi Mandiri, Hendra Martono Liem mengungkapkan, dalam analisis Yin Yang lima unsur, terdapat yang namanya saling mengalahkan air mengalahkan api mengalahkan kayu, kayu mengalahkan tanah dan tanah mengalahkan air. 

"Industri semen lebih banyak dikategorikan tanah, karena air pada 2023 adalah air Yin, air Yang kecil, jadi tanah malah kesulitan menghadapi kebocoran kecil ini," kata Hendra.

Menurut ia, saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) baru saja bullish. Namun, masih jauh dari high sebelumnya di level Rp 9.900. Tekanan air Yin masih membuat ini menciut.

4 dari 4 halaman

Saham Pilihan

Hendra menargetkan harga saham SMGR di level support Rp 5.225 per saham dan resistance Rp 9.025 per saham. Setali tiga uang, saham INTP masih belum mampu melebihi high di level Rp 12.700 pada November 2021. Apalagi SMBR dalam satu tahun saja sudah minus 31 persen dan jauh di bawah high-nya di level Rp 830 pada 11 Oktober 2021.

"Dari sektor basic, yang masih bisa diperhatikan karena mengandung unsur air adalah TPIA. Dari basic yang mengandung unsur kayu yang bisa mendapat angin segar tahun ini adalah TKIM. INKP juga mengandung unsur kayu," kata Hendra.

Selain itu, yang cukup netral adalah yang mengandung logam, antara lain, MDKA, ANTM, INCO dan NICL. Head of Institutional Equities RHB Sekuritas Indonesia, Michael Setjoadi mengatakan, pihaknya menyukai metal mining untuk sektor bahan baku. Hal itu disebabkan prospek China melakulan re-opening atau pembukaan kembali, aktivitas ekonomi akan bergeliat lagi.

"Ini dapat support harga nikel yang pelan-pelan sudah meningkat, dan juga harga tembaga," kata Michael.

Selain itu, semen juga diminati karena harga batu bara yang diperkirakan turun. Hal itu menjadi salah satu komponen biaya terbesar untuk produsen semen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.