Liputan6.com, Jakarta Inflasi Negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS) terpantau mulai melandai. Per Desember 2022, inflasi inti AS berada pada posisi 5,7 dengan suku bunga 4,25—4,5 persen.
Idealnya, suku bunga perlu untuk berada di atas inflasi. Sehingga kemungkinan Bank Sentral AS, The Fed masih akan melakukan penyesuaian suku bunga untuk mencapai kondisi ideal itu.
Baca Juga
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto memaparkan, inflasi inti AS pada akhir 2021 mencapai 6,6 degan suku bunga 0—0,25 persen. Pada September 2022, angka inflasi melonjak ke 6,6 dengan suku bunga 3–3,25 persen.
Advertisement
Pada Oktober 2022, inflasi AS turun menjadi 6,3 dengan suku bunga tetap. Pada November, inflasi ini turun menjadi 6,0 dengan suku bunga naik menjadi 3,75—4 persen. Pada Desember, inflasi ini turun ke 5,7 dengan suku bunga 4,25—4,5 persen
“Jadi walaupun inflasi inti turun adalah kabar baik, namun angka suku bunga masih lebih kecil dibandingkan inflasi inti. Sehingga suku bunga perlu naik karena target AS inflasi inti 2 persen, Dengan begitu, mungkin target suku bunga di sekitar 2 persen. Jadi bunga AS masih akan naik, perkiraan orang 5—5,2 persen karena diperkirakan inflasi inti pada April sudah lebih kecil dari suku bunga,” jelas Rufiyanto dalam webinar Indonesia Investment Education, Sabtu (21/1/2023).
Dengan asumsi AS naikan suku bunga pada Januari, februari , dan Maret, kemungkinan antara suku bunga dan inflasi inti sudah sama.
Sehingga pada saat itu suku bunga AS tidak perlu naik lagi.Sebagai catatan, jika resesi kian parah, maka suku bunga akan berpotensi turun.
Di Indonesia sendiri inflasi relatif terjaga dengan suku bunga acuan yang berada di atasnya. Sehingga tidak perlu ada kenaikan suku bunga untuk mengatasi inflasi. Adapun kenaikan suku bunga mengikuti The Fed ini untuk menghindari pelemahan Rupiah terhadap Dollar AS.
Instrumen Investasi yang Patut Dilirik
“Jadi Panin Asset Management melihat 2023 inflasi inti AS akan terus turun sehingga suku bunga akan naik mungkin 2-3 kali lagi setelah itu tidak menutup kemungkinan akan turun di akhir tahun. Kalau skenario itu terjadi maka ini tahun yang baik untuk obligasi,” kata Rudi.
Jadi, di pasar modal itu tidak hanya reksa dana saham saja. Rudi mengatakan reksa dana obligasi juga bisa jadi pilihan investasi, bisa obligasi rupiah maupun obligasi USD. Jika suku bunga AS turun, maka harga obligasi akan naik. Sehingga tahun ini adalah tahun yang baik utnuk obligasi.
Tapi investor perlu hati-hati karena orang-orang mulai menyadari prospek cerah obligasi. Dalam catatannya, Rudi mengatakan pada Januari ini kenaikan harga obligasi sudah terlalu tinggi mencapai 2 persen.
“Baru dua minggu naik hampir 2 persen. Kalau di saham naik 2 persen sehari normal. kalau di ob naik 2 persen sebulan terlalu tinggi. Overall sampai akhir tahun masih bagus tapi januari reli obligasi terlalu cepat,” pungkas dia.
Mengenal Investasi Obligasi
Advertisement