Liputan6.com, Jakarta - PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) adalah produsen petrokimia utama Indonesia dengan pabrik yang terintegrasi memanfaatkan teknologi dan fasilitas pendukung canggih berkelas dunia. Berdasarkan kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI), per 20 Januari 2023, kapitalisasi pasar saham Chandra Asri Petrochemical mencapai Rp 203,30 triliun.
Chandra Asri mengoperasikan satu-satunya Naphtha Cracker di Indonesia yang memproduksi Olefins dan Polyolefins berkualitas tinggi, dan merupakan produsen domestik tunggal Styrene Monomer dan Butadiene.
Melansir laman resminya, Selasa (24/1/2023), sebagai salah satu perusahaan petrokimia terbesar di Indonesia, Chandra Asri selalu memprioritaskan kepuasan pelanggan, yang mengantarkan perusahaan menjadi pemimpin pertumbuhan pangsa pasar dalam dekade terakhir. Pertumbuhan ini adalah hasil dari tata kelola perusahaan dan manajemen keuangan yang baik.
Advertisement
Secara bisnis, Chandra Asri berkomitmen untuk membangun dan mengintegrasikan kemitraan global yang mengutamakan layanan. Berinvestasi pada sumber daya manusia serta menjalankan program tanggung jawab perusahaan yang adil adalah inti dari semua yang perusahaan lakukan dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bisnis Chandra Asri.
"Kami menggabungkan teknologi dan fasilitas pendukung terkini untuk mengoperasikan satu-satunya pabrik Naphtha Cracker di negara ini guna menghasilkan Olefins (Ethylene, Propylene), Pygas dan Mixed C4, juga Polyolefins (Polyethylene dan Polypropylene)," tulis Manajemen Perseroan, dikutip Selasa pekan ini.
Fasilitas produksi Chandra Asri meliputi tiga train untuk produk Polyethylene dan Polypropylene. Selain itu, TPIA juga mengoperasikan satu-satunya pabrik Butadiene di Indonesia. Pabrik Butadiene tersebut menggunakan Mixed C4 yang dihasilkan dari pabrik Olefins sebagai bahan bakunya.
Ekspansi Chandra Asri
Emiten berkode TPIA juga menghasilkan 340KTA Styrene Monomer. Chandra Asri adalah produsen tunggal untuk Ethylene, Styrene Monomer, dan Butadiene dalam negeri dan juga produsen Polyethylene dan Polypropylene terbesar di Indonesia.
Selain itu, Perseroan juga memproduksi bahan baku plastik yang akan menghasilkan berbagai produk termasuk produk kemasan, pipa, otomotif, elektronik dan berbagai produk lainnya.
Untuk menangkap nilai tambah atas rantai produk petrokimia Chandra Asri, bersama-sama dalam usaha patungan dengan produsen ban multinasional, Compagnie Financière du Groupe Michelin (Michelin) sebagai mitra strategis perusahaan, Chandra Asri mendirikan PT Synthetic Rubber Indonesia (SRI) yang memproduksi bahan baku untuk ban ramah lingkungan.
Tak hanya itu, Chandra Asri pun berkomitmen melayani permintaan produk petrokimia dalam negeri dengan lebih baik serta berupaya meringankan beban impor negara, perusahaan juga membangun kompleks petrokimia kedua, yakni PT Chandra Asri Perkasa.
Dengan ekspansi ini, Chandra Asri bertujuan untuk mempertahankan kepemimpinan di pasar dan juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia serta meningkatkan neraca perdagangan.
Sementara itu, Chandra Asri juga membangun fondasi kekuatannya dari merger antara PT Tri Polyta Indonesia Tbk dan PT Chandra Asri, yang kemudian menjadi PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (Chandra Asri).
Setelah merger, Perseroan menyambut SCG Chemicals Co. Ltd sebagai salah satu mitra strategis dan pemegang saham. SCG Chemicals bergabung dengan PT Barito Pacific Tbk, yang merupakan pemegang saham mayoritas Chandra Asri, menjadikan Chandra Asri sebagai perusahaan petrokimia terbesar di Indonesia.
Advertisement
Kinerja Keuangan Chandra Asri pada Kuartal III 2022
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) membukukan kinerja keuangan beragam hingga September 2022. Chandra Asri Petrochemical mencatat kenaikan pendapatan tetapi alami rugi.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Senin (7/11/2022), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk meraih pendapatan naik 3,5 persen menjadi USD 1,94 miliar hingga kuartal III 2022 dari periode sama tahun sebelumnya USD 1,88 miliar.
Hal ini seiring harga penjualan rata-rata lebih tinggi USD 1.292/T selama sembilan bulan pertama 2022 dibandingkan periode sama tahun lalu USD 1.145/T dengan volume penjualan lebih rendah sebesar 1.568 KT dari periode sembilan bulan 2021 sebesar 1.651 KT.
Beban pokok pendapatan bertambah 24,3 persen menjadi USD 1,95 miliar hingga September 2022 dari periode sama tahun sebelumnya USD 1,57 miliar.
Beban pokok pendapatan naik sebagian besar disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku dengan rata-rata Naphta pada USD 851/T pada sembilan bulan pertama 2022 dibandingkan dengan rata-rata USD 619/T pada sembilan bulan pertama 2021.
Aset Chandra Asri Petrochemical
Perseroan alami rugi kotor USD 8,64 juta hingga September 2022 dari periode sama tahun sebelumnya catat laba kotor USD 306,79 juta.
Perseroan alami sejumlah kenaikan beban antara lain beban penjualan naik menjadi USD 47,69 juta hingga September 2022 dari periode sama tahun sebelumnya USD 42,77 juta. Beban umum dan administrasi naik menjadi USD 31,28 juta hingga September 2022 dari periode sama tahun sebelumnya USD 26,44 juta. Kemudian beban keuangan bertambah menjadi USD 58,02 juta hingga kuartal III 2022 dari periode sama tahun sebelumnya USD 49,48 juta.
EBITDA perseroan turun menjadi USD 11,1 juta hingga September 2022 dari periode sama tahun sebelumnya USD 313,7 juta.
Chandra Asri pun membukukan rugi bersih setelah pajak sebesar USD 111,1 juta pada sembilan bulan pertama 2022 dibandingkan USD 166,7 juta pada sembilan bulan pertama 2021.
Aset perseroan tercatat USD 4,81 miliar per 30 September 2022, turun 3,6 persen dari USD 4,99 miliar per 31 Desember 2021. Total liabilitas lebih rendah sebesar USD 1,97 miliar hingga kuartal III 2022 dari periode 31 Desember 2021 sebesar USD 2,06 miliar.
Advertisement
Tantangan Kinerja Chandra Asri
Direktur Chandra Asri Petrochemical Suryandi menuturkan, Perseroan menghadapi tantangan eksternal selama sembilan bulan pertama 2022 dari harga minyak mentah yang tetap tinggi rata-rata di atas US$100 per barel (sekitar 51 persen lebih tinggi dari 9 bulan tahun 2021) sebagai akibat dari ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung.
"Selain itu, terdapat permintaan yang rendah dari China karena lockdown COVID-19, dan efek musiman Lebaran,” ujar dia seperti dikutip dari keterangan tertulis dalam keterbukaan informasi BEI, ditulis Senin, 7 November 2022.
Sementara itu, spread produk tetap rendah dan pada akhirnya menghasilkan keuntungan dan margin yang terkompresi.
Dalam masa yang tidak pasti ini, Perseroan terus mempertahankan kebijakan keuangan yang hati-hati untuk mengatasi volatilitas sambil mempertahankan neraca yang kuat, dengan liquidity pool sebesar USD 2,285.9 juta yang terdiri dari USD1,144.4 juta kas dan setara kas, USD798.8 juta surat berharga, dan USD342.7 juta fasilitas committed revolving credit yang tersedia.
Selama kuartal ketiga, Perseroan telah melunasi seluruh sisa Pinjaman JBIC untuk merampingkan komitmen keuangan dan menyelaraskan persyaratan fasilitas pembiayaan yang ada.
Aksi Korporasi Chandra Asri
Perseroan juga terus mendapat dukungan kuat dari pasar modal dengan kelebihan pemesanan (oversubscription) atas penerbitan obligasi senilai Rp2 triliun dan kesuksesan pelaksanaan pemecahan saham dengan rasio 1:4 untuk meningkatkan likuiditas saham.
“Bank mitra utama kami juga terus menunjukkan kepercayaan terhadap fundamental bisnis kami, dengan kemitraan fasilitas pinjaman berjangka senilai USD100 juta dari Bank OCBC NISP dan penandatanganan fasilitas pembiayaan Sustainability-Linked Trade pertama UOB di Indonesia,” kata Suryandi.
Perseroan juga membuat langkah dalam aspek ESG, dengan peringkat dari Sustainalytics yang menempatkan Chandra Asri dalam 1 persentil teratas di sub-industri Kimia Komoditas Global. Selain itu, Perseroan juga bekerjasama dengan Sinar Mas Land untuk pengaspalan jalan dengan campuran sampah plastik sepanjang 56,138 m2 di BSD City.
“Kami juga akan terus secara proaktif mendorong kemitraan dan partisipasi multi-stakeholder sebagai bagian dari upaya kami untuk menjadi bagian dari solusi untuk menciptakan ekonomi sirkular di Indonesia,” kata Suryandi.
Advertisement