Sukses

Profil Unilever Indonesia, Raksasa Consumer Goods yang Berusia Hampir 1 Abad

PT Unilever Indonesia Tbk akan genap berusia 90 tahun pada 5 Desember 2023. Perusahaan FMCG terbesar ini mencatat kapitalisasi pasar Rp 184 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menjadi salah satu emiten pemain unggulan dalam sektor konsumer. Kapitalisasi pasar (market capitalization) UNVR mencapai Rp 184 triliun pada Selasa, 24 Januari 2023, salah satu yang tertinggi di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Unilever Indonesia pertama kali didirikan pada 5 Desember 1933 dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V., yang bertempat di Angke, Jakarta Utara. Pada 22 Juli 1980, perusahaan berganti nama menjadi PT Unilever Indonesia.

Pada 16 November 1982, UNVR memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering/IPO) kepada masyarakat sebanyak 9.200.000 lembar dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham dan harga penawaran Rp 3.175 per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada BEI pada 11 Januari 1982.

Aksi Korporasi Lainnya

Pada 15 Desember 1089, perseroan membagikan saham bonus sebanyak 1.533.334 lembar dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham. Saham bonus dibagikan dengan rasio 6:1. Aksi serupa kembali dilakukan pada 22 September 1993 sebanyak 717.891 lembardnegan nilai nominal Rp 1.000 per saham. Adapun rasio pembagian saham bonus saat itu adalah 1:0,06688.

Pada 2 Januari 1998, perusahaan melakukan penambahan saham pendiri sebanyak 64.848.775 lembar dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham. Hingga saat itu, total saham UNVR tercatat sebanyak 76.300.000 lembar.

Pada 6 November 2000, perusahaan melakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split) dengan rasio 1:10. Sehingga nilai nominal berubah menjadi Rp 100 per saham dengan total saham beredar menjadi 763.000.000 dari sebelumnya 76.300.000 lembar dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham.

Perseroan kembali gelar stock split pada 2003 dengan rasio 1:10. Aksi tersebut menjadikan nilai nominal saham perseroan menjadi Rp 10 per saham dengan total saham beredar menjadi 7.630.000.000 lembar. Terakhir, perseroan melakukan stock split pada 2020 dengan rasio 1:5. Sehingga nilai nominal perseroan usai aksi tersebut menjadi Rp 2 per saham dengan total saham beradar menjadi 38.150.000.000 lembar.

 

2 dari 5 halaman

Ekspansi dan Aksi Korporasi Unilever Indonesia

Usai didirikan pada 1933, Unilever Indonesia memperkenalkan sabun Lux di Indonesia pada 1936. Pada 1990, perseroan melakukan pembukaan pabrik produk personal care di Rungkut, Surabaya dan mengakuisisi SariWangi dan memasuki bisnis teh. Dua tahun berselang, perseroan membuka pabrik es krim Wall’s di Cikarang dan memperkenalkan produk Conello dan Paddle Pop.

Pada 22 November 2000, Unilever Indonesia mengadakan perjanjian dengan PT Anugrah Indah Pelangi, untuk mendirikan perusahaan baru yaitu PT Anugrah Lever (PT AL) yang bergerak di bidang manufaktur, pengembangan, pemasaran dan penjualan dari kecap, saus cabai serta saus lainnya seperti Bango dan merek lain di bawah lisensi perusahaan untuk PT AL. Pada 2001 perseroan resmi mengakuisisi Bango, sekaligus menandai awal masuknya Unilever Indonesia ke bisnis kecap.

Berselang dua tahun, tepatnya pada 3 Juli 2002, Unilever Indonesia kembali mengadakan perjanjian dengan Texchem Resources Berhad untuk mendirikan perusahaan baru yaitu PT Technopia Lever yang bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor barang-barang dengan merek dagang Domestos Nomos. Pada 7 November 2003, Texchem Resources Berhad menandatangani perjanjian jual beli saham dengan Technopia Singapore Pte. Ltd, di mana Texchem Resources Berhad setuju untuk menjual semua sahamnya di PT Technopia Lever ke Technopia Singapore Pte. Ltd.

Dalam Rapat Umum Luar Biasa Perusahaan pada 8 Desember 2003, Unilever Indonesia menerima persetujuan dari pemegang saham minoritasnya untuk mengakuisisi saham PT Knorr Indonesia (PT KI) dari Unilever Overseas Holdings Limited (pihak terkait). Akuisisi ini efektif berjalan pada tanggal penandatanganan perjanjian jual beli saham antara perusahaan dan Unilever Overseas Holdings Limited pada 21 Januari 2004.

Pada 2007, Perusahaan menandatangani perjanjian bersyarat untuk membeli merek Buavita dan Gogo minuman Vitality berbasis buah dari Ultra. Transaksi selesai pada Januari 2008.

 

 

3 dari 5 halaman

Unilever Buka Pabrik Baru Terbesar di Asia

Pada 2008, Unilever membuka pabrik baru untuk produk skin care, yang terbesar di Asia, di Cikarang. Akuisisi Buavita dan Gogo, memasuki bisnis jus buah di Indonesia. Mulai menerapkan SAP di seluruh kegiatan operasional kami di Indonesia.

Pada 2015, perseroan membuka pabrik ke-9 yang menempati lahan seluas 6 hektar di Cikarang dan memiliki kapasitas produksi tahunan 7 juta unit bumbu masak dan kecap.

Setahun berselang, pada 2016 perseroan menempati kantor pusat baru di area seluas 3 hektar, bertempat di Green Building di BSD City, Tangerang. Kantor ini menampung sekitar 1.500 karyawan dan diresmikan pada 2017.

Pada 2018, Unilever Indonesia meluncurkan kategori baru yaitu kategori saus sambal dengan mempersembahkan brand saus sambal Jawara dan meluncurkan brand perawatan tubuh baru Korea Glow.

Saat ini, Unilever Indonesia yang berkantor pusat di Tangerang memiliki lebih dari 40 brand dan juga 9 pabrik yang bertempat di area industri Jababeka, Cikarang dan Rungkut, Surabaya. Pabrik serta produk-produk perserpan juga telah mendapatkan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).Lebih dari 4.000 karyawan turut berkontribusi dalam perkembangan bisnis Unilever.

4 dari 5 halaman

Pemegang Saham dan Susunan Pengurus Unilever Indonesia

Melansir aman BEI, Unilever Indonesia Holding B.V tercatat mengapit 32.424.387.500 lembar saham UNVR atau setara 84,99 persen. Kemudian masyarakat sebanyak 5.725.612.500 lembar atau 15,01 persen. Sisanya dimiliki oleh beberapa Direksi perseroan dengan kepemilikan di bawah 5 persen Antara lain Ira Noviarti 870.000 lembar, Ainul Yaqin 338.200 lembar, Hernie Raharja 62.670 lembar dan Willy Saelan 2.385 lembar.

Manajemen

Komisaris

Komisaris Utama: Sanjiv Mehta

Komisaris: Alexander Rusli

Komisaris: Debora Herawati Sadrach

Komisaris: Ignasius Jonan

Komisaris: Fauzi Ichsan

Komisaris: Alissa Wahid

Direksi

Direktur Utama: Ira Noviarti

Direktur: Enny Hartati

Direktur: Willy Saelan

Direktur: Hernie Raharja

Direktur: Ainul Yaqin

Direktur: Amaryllis Esti Wijono

Direktur: Anindya Garini Hira Murti Triadi

Direktur: Sandeep Kohli

Direktur: Shiv Sahgal

Direktur: Vivek Agarwal

Direktur: Alper Kulak

Direktur: Nurdiana Darus

5 dari 5 halaman

Kinerja Keuangan hingga Kuartal III 2022

Pada periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2022, perseroan berhasil mengantongi penjualan bersih Rp 31,54 triliun, naik 5,03 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 30,03 triliun.

Bersamaan dengan itu, harga pokok penjualan naik menjadi Rp 15,69 triliun dari Rp 14,94 triliun pada September 2021. Sehingga laba bruto turun menjadi Rp 14,95 triliun dibanding posisi September 2021 sebesar Rp 15,09 triliun. perseroan mencatatkan beban pemasaran dan penjualan sebesar Rp 6,41 triliun, beban umum dan administrasi Rp 2,52 triliun, dan penghasilan lain-lain Rp 3,46 miliar.

Dari rincian ini, perseroan memperoleh laba usaha sebesar Rp 6,02 triliun. Pada periode ini, perseroan juga menyatakan penghasilan keuangan per September 2022 sebesar Rp 7,34 miliar dan biaya keuangan Rp 59,09 miliar.

Setelah dikurangi pajak penghasilan, perseroan berhasil mengukuhkan laba sebesar Rp 4,61 triliun, naik 5,31 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 4,38 triliun.

Dari sisi aset Unilever Indonesia Sampai dengan September 2022 tercatat sebesar Rp 20,24 triliun, naik dari posisi akhir tahun lalu senilai Rp 19,08 triliun. Terdiri dari aset lancar senilai Rp 89,35 triliun dan aset tidak lancar Rp 10,89 triliun.

Liabilitas sampai dengan September 2022 tercatat sebesar Rp 14,51 triliun, turun dibanding posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 14,75 triliun. Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 12,35 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp 2,16 triliun. Sementara ekuitas hingga September 2022 naik menjadi Rp 5,73 triliun dari Rp 4,32 triliun pada Desember 2021.

 

Â