Liputan6.com, Jakarta - PT Bank BTPN Tbk (BTPN) berhasil menyalurkan pembiayaan hijau sebesar Rp 6,7 triliun untuk kegiatan bisnis yang berkelanjutan. Direktur Utama BTPN Henoch Munandar menuturkan, pihaknya telah memberikan pinjaman ekonomi hijau senilai Rp 6,7 triliun sepanjang sembilan bulan pertama 2022.
"Mudah-mudahan kami bisa berikan service produk secara berkelanjutan. Hingga September 2022, BTPN menyalurkan pembiayaan berkelanjutan hampir Rp 6,7 triliun untuk membiayai terkait bisnis berkelanjutan," kata Henoch dalam Media Gathering BTPN, Rabu (25/1/2023).
Baca Juga
Adapun, rincian dari pembiayaan hijau tersebut, antara lain energi terbarukan sebanyak Rp1,9 triliun, efisiensi energi senilai Rp 530 miliar, pengelolaan sumber daya alam hayati dan lahan berkelanjutan sebesar Rp 3,1 triliun.Â
Advertisement
Selain itu, ada juga pembiayaan untuk transportasi ramah lingkungan senilai Rp340 miliar dan properti hijau sebesar Rp760 miliar. Asal tahu saja, pembiayaan hijau tersebut diberikan sesuai klasifikasi dalam pedoman teknis atas penerapan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 51 Tahun 2017.
Henoch menuturkan, pihaknya memberikan pembiayaan Rp 1,46 triliun untuk PLN dalam rangka mendukung transisi energi menuju energi terbarukan sesuai kriteria yang ditentukan.
BTPN juga menyalurkan fasilitas pinjaman hijau kepada PT Kepland Investama sebanyak Rp 1,6 triliun untuk pembangunan properti International Financial Centre (IFC) yang ramah lingkungan.
"Komitmen kami terhadap pemerintah dalam mengembangkan ekonomi hijau, atau green financing. Kami BTPN telah memberikan beberapa pinjaman terkait green economy, seperti pembangkit listrik ramah lingkungan, perkebunan berkelanjutan, dan tentu saja kendaraan ramah lingkungan dan lain-lain," ucap dia.
Â
BTPN Optimistis Penuhi Aturan Free Float pada 2023
Sebelumnya, PT Bank BTPN Tbk (BTPN) optimistis bakal memenuhi ketentuan free float atau kepemilikan saham publik pada 2023.
Direktur Kepatuhan Bank BTPN, Dini Herdini mengatakan, pihaknya belum memenuhi ketentuan free float dan ditargetkan rampung pada Desember 2023.
"Kita belum memenuhi sebetulnya, pada saat merger 2019 waktu itu mengakibatkan dari SMBC itu melebihi dan kita mendapatkan waktu sekitar 6 bulan dari regulasi dengan IDX, jadi posisi 2019 sebenarnya kita sudah memenuhi awalnya," kata Dini dalam Media Gathering BTPN, Rabu (25/12/2023).
Dini menjelaskan, dengan adanya ketentuan aturan free float dari Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait pengecualian sajak yang dimiliki direksi maupun komisaris baik itu karena management and employee stock option program (MESOP) atau material risk taker, dan juga saham treasuri (treasury stock).
Dengan demikian, BTPNÂ masih butuh melepas lebih banyak saham untuk memenuhi ketentuan bursa mengenai saham beredar sebesar 7,5 persen.
"Jadi implikasinya apa? Saham kita di re-float lagi, karena minimum requirenya harus 7,5 persen persen, kami kurang satu koma sekian persen," kata dia.
Maka sebab itu, saham BTPN harus sudah dilepas ke pasar pada Desember 2023. "Desember 2023, kami harus sudah lepas ke pasar, jadi kami punya beberapa bulan lagi, ini masih Januari. Kita akan jual kembali saham ke pasar untuk memenuhi ketentuan IDX terbaru ini," pungkasnya.
Â
Advertisement
Kinerja Keuangan BTPN hingga Kuartal III 2022
Sebelumnya, PT BTPN Tbk (Bank BTPN) mencatatkan pertumbuhan laba bersih 18 persen pada Januari-September 2022 dibanding tahun lalu. Hal ini seiring upaya BTPN untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global.
Laba bersih setelah pajak Bank BTPN (konsolidasi) yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat menjadi Rp 2,41 triliun sepanjang Januari-September, dibanding Rp2,04 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
"Pertumbuhan laba bersih Bank BTPN yang impresif tidak lepas dari optimisme masyarakat dan pelaku usaha terhadap pertumbuhan ekonomi dan kepercayaan para nasabah kami terhadap Bank BTPN di tengah tingginya inflasi dan tren kenaikan suku bunga bank," kata Direktur Utama Bank BTPN Henoch Munandar dalam keterangan resminya, Selasa (1/11/2022).
Pertumbuhan laba bersih BTPN terutama dikontribusi oleh peningkatan pendapatan operasional dan penurunan biaya kredit.
Pendapatan operasional naik 4 persen year-on-year (yoy), didukung oleh naiknya pendapatan bunga bersih yang naik 4 persen yoy menjadi Rp8,669 triliun per akhir September 2022 dan pendapatan operasional lainnya sebesar 5 persen yoy.
Kenaikan pendapatan bunga bersih ini didorong oleh peningkatan kredit segmen korporasi sebesar 23 persen yoy dan pembiayaan syariah sebesar 11 persen yoy. Sementara itu, biaya kredit turun 19 persen yoy menjadi Rp1,29 triliun.
"Kami terus memantau kualitas kredit nasabah dan menjaga kecukupan pencadangan biaya kredit," kata Henoch.
Â
Â
Total Kredit BTPN
Total kredit yang disalurkan Bank BTPN meningkat 13 persen yoy menjadi Rp155,43 triliun per akhir September 2022 seiring dengan momentum pertumbuhan ekonomi yang optimistis.
Pertumbuhan kredit Bank BTPN ini lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan kredit di industri perbankan yakni 11 persen yoy pada akhir September 2022 menurut data Bank Indonesia. Pertumbuhan kredit juga mendorong aset Bank BTPN naik 9 persen yoy menjadi Rp199,90 triliun pada akhir kuartal III 2022.
BTPN berhasil menjaga kualitas kredit tetap baik, tercermin dari rasio gross non-performing loan (NPL) yang berada di level 1,41 persen, turun dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar 1,56 persen dan lebih rendah dibandingkan rata-rata industri sebesar 2,88 persen pada akhir Agustus 2022.
BTPN menyesuaikan jumlah dana pihak ketiga (DPK) dengan kebutuhan pendanaan kredit dan kebutuhan likuiditas Bank. DPK Bank BTPN meningkat sebesar 1 persen yoy menjadi Rp103,88 triliun pada akhir September 2022.
Advertisement