Liputan6.com, Jakarta - Belum lama ini, viral mengenai salah pusat perbelanjaan yang sepi pengunjung. Pusat perbelanjaan dimaksud adalah Transmart Memang, jika dilihat dari trennya, konsumen tampaknya cenderung lebih menyukai toko ritel yang mudah dijangkau baik dari sisi harga, jarak serta display produk yang dekat dengan kebutuhan sehari-hari.
Mengutip laporan Retail Rankings 2021 yang dirilis oleh YouGov, Indomaret memimpin dengan skor 42,9. Alfamart berada di urutan kedua dengan skor 37,5. Posisi ketiga adalah Gramedia dengan skor 27,4, disusul oleh Transmart dengan skor 23,5.
Baca Juga
Melengkapi lima besar ACE Hardware mencetak skor 20,1. Retail Rankings 2021 yang dirilis YouGov didasarkan pada skor Indeks dari YouGov BrandIndex, yang merupakan ukuran kesehatan merek secara keseluruhan yang dihitung dengan mengambil penilaian dari rata-rata atas kesan terhadap perusahaan ritel, kualitas, nilai, kepuasan, merekomendasikan, dan reputasi selama periode 12 bulan.
Advertisement
Indomaret merupakan entitas asosiasi dari PT Indoritel Makmur Tbk (DNET) yang dimiliki oleh taipan Anthony Salim dengan porsi 25,3 persen. Perusahaan tersebut sebelumnya dikenal sebagai PT Dyviacom Intrabumi Tbk, dengan fokus utama pada industri konsumen dan ritel di Indonesia.
Pada Juni 2013, perseroan melakukan HMETD dan mengumpulkan Rp 7 triliun (USD 705,0 juta). Setelah aksi tersebut, perseroan akuisisi dua perusahaan publik dan swasta yang beroperasi di industri ritel dan makanan konsumen Indonesia, lalu perusahaan melakukan perubahan nama menjadi PT Indoritel Makmur Internasional Tbk. Aksi tersebut juga menjadi pintu masuk PT Megah Eraraharja menjadi pemegang saham pengendali perseroan.
Alfamart dan Alfamidi
Alfamart dan AlfamidiPT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) atau Alfamart dimiliki oleh salah satu orang terkaya RI, Djoko Susanto. Selain Alfamart, ia sekaligus merupakan bos dari Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) - peringkat ke 10 dalam Retail Rankings 2021 YouGov.
Alfamart dimulai pada 1898 oleh Djoko Susanto dan mengawali usaha di bidang perdagangan dan distribusi. Pada 1999, perseroan merambah ke sektor minimarket. Pada 2009, perusahaan melakukan penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia.
Pada 2013, perseroan mengakuisisi saham PT Midi Utama Indonesia Tbk. Akuisisi berlanjut pada tahun berikutnya, sehingga porsi kepemilikan AMRT pada MIDI menjadi 86,72 persen. Pada 2021, AMRT melakukan peningkatan setoran modal PT Midi Utama Indonesia Tbk sehingga kepemilikan menjadi 89,43 persen.
Advertisement
Gramedia
Gramedia Asri Media adalah anak perusahaan Kompas Gramedia yang menyediakan jaringan toko buku dengan nama Toko Buku Gramedia di beberapa kota di Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada 2 Februari 1970.
Sejak tahun 2009 Gramedia membangun toko online Gramedia.com. Kini Gramedia.com telah terintegrasi dengan lebih dari 100 cabang toko Gramedia se-Indonesia. Para pelanggan dapat berbelanja dan melakukan pembelian dari Gramedia terdekat di kota Anda. Dan pengiriman pun dapat dilakukan dari seluruh toko Gramedia se-Indonesia.
Transmart
Transmart dimiliki oleh Chairul Tanjung. Gerai Transmart bernaung di bawah entitas anak Trans Corp, PT Trans Retail. Transmart bermula dari operasional hipermarket raksasa asal Prancis, Carrefour. Carrefour memulai langkahnya di Indonesia pada 1996, ketika perusahaan ini menjalin kerjasama dengan PT Tigaraksa Satria Tbk (TGKA).
Kerja sama itu diwujudkan dengan pendirian PT Cartisa Properti Indonesia (CPI) dengan kepemilikan 70-30 persen, masing-masing untuk Carrefour dan Tigaraksa Satria pada Februari 1996. Tidak lama, berdiri juga PT Carti Satria Megaswalayan (CSM), dengan struktur kepemilikan serupa pada Juli 1996.
Sebelum beroperasi, Carrefour melakukan pencarian pengembang, lokasi dan rekan bisnis potensial dan memetakan kinerja bisnisnya, dengan perencanaan gerai pertama akan dibuka pada 1997. Akan tetapi, baru pada 14 Oktober 1998, CSM dapat membuka gerai Carrefour pertama di Indonesia, awalnya di Cempaka Putih, Jakarta dengan modal USD 60 juta. Tidak lama kemudian, sister company CSM, PT CPI juga membuka cabang kedua Carrefour di Indonesia pada tahun yang sama, di Duta Merlin Jakarta. Dengan menawarkan harga murah dan agresif, nama Carrefour segera terangkat di mata publik.
Seiring berjalannya waktu, Carefour mendapat tekanan secara bertubi-tubi. pada 2010, Carrefour akhirnya memutuskan menjalin aliansi strategis dengan konglomerat Chairul Tanjung. Nota kesepahaman pembelian Carrefour oleh CT ditandatangani pada 12 Maret 2010, dan pada 16 April 2010. Akuisisi itu diumumkan dalam acara Landmark Strategic Acquisition di Menara Bank Mega Jakarta. Pembelian 40 persen saham ini menghabiskan biaya USD 300 juta-USD 400 juta, dengan pinjaman bank asing seperti Credit Suisse, ING Bank dan Citibank.
Awalnya, nama Carrefour seperti dijelaskan akan dihentikan penggunaannya 3-5 tahun setelah akuisisi (2015-2017), namun rupanya ada lebih dari 60 gerai yang tidak kunjung berganti nama. Pada November 2020, Transmart resmi mengumumkan bahwa akhir 2021 adalah batas akhir penggunaan nama Carrefour, terutama pada 52 toko dari 132 gerai yang dimiliki PT Trans Retail Indonesia.[112] Kini, sejak tahun tersebut, nama Carrefour sudah menghilang, digantikan Transmart saja
Â
Advertisement
Ace Hardware
Pada 1995, ACE Hardware berdiri sebagai anak perusahaan PT Kawan Lama Sejahtera. ACE Hardware Indonesia ditunjuk langsung oleh ACE Hardware Corporation menjadi pemegang saham lisensi tunggal di Indonesia. Perusahaan mencatatkan saham di BEI pada 2007 dengan kode saham ACES. Saat ini, PT Kawan Lama Sejahtera tercatat genggal 59 persen saham ACE. Sisanya 39,86 persen merupakan kepemilikan publik.
Â