Sukses

Adaro Energy Pangkas Modal ke Entitas Anak, Ada Apa?

PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menyatakan pengurangan modal dilakukan dengan cara penarikan kembali saham yang telah diterbitkan anak usaha.

Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) memangkas modal yang disertakan kepada sejumlah entitas anak usaha, antara lain PT Maruwai Coal (MC), PT Lahai Coal (LC), dan PT Juloi Coal (JC) senilai Rp 43,3 miliar.

Pada 29 Januari 2023, MC, LC, dan JC, masing-masing merupakan perseroan terbatas yang 83,9 persen sahamnya dimiliki secara tidak langsung oleh Perseroan, melakukan pengurangan modal dengan cara penarikan kembali sejumlah saham yang telah diterbitkan oleh masing-masing MC, LC, dan JC kepada Adaro International (Singapore) Pte. Ltd. (AIS), suatu perseroan terbatas yang 90 persen sahamnya dimiliki secara tidak langsung oleh Perseroan.

Pengurangan modal ini merupakan strategi Perseroan untuk menyederhanakan dan menyelaraskan unit-unit bisnis dengan lini usaha demi struktur organisasi yang lebih kuat dan efisien, dan memberikan fleksibilitas bagi Grup Adaro untuk memformulasikan strategi bisnis jangka panjang.

"Pengurangan modal dilakukan dengan cara penarikan kembali saham yang telah diterbitkan oleh MC, LC, dan JC kepada AIS sebesar Rp 43,3 miliar, yang mana jumlah setoran saham ini akan dikembalikan kepada AIS,” ungkap manajemen Adaro Energy dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Rabu (1/2/2023).

Rincian pengurangan modal yakni MC senilai Rp 13,7 miliar. LC senilai 21,9 miliar, dan JC senilai Rp 7,7 miliar. Transaksi merupakan transaksi afiliasi sebagaimana didefinisikan dalam POJK 42/2020 dikarenakan adanya hubungan afiliasi berupa hubungan antara dua perusahaan yang dikendalikan secara mayoritas, baik langsung maupun tidak langsung, oleh pihak yang sama, serta adanya hubungan antara dua perusahaan di mana terdapat satu atau lebih anggota direksi atau dewan komisaris yang sama.

Direksi Adaro Energy Indonesiamenyatakan transaksi ini telah melalui prosedur yang memadai dan memastikan bahwa Transaksi dilaksanakan sesuai dengan praktik bisnis yang berlaku umum, yaitu prosedur yang membandingkan ketentuan dan persyaratan transaksi yang setara dengan transaksi yang dilakukan antara pihak yang tidak mempunyai hubungan Afiliasi dan dilakukan dengan memenuhi prinsip transaksi yang wajar (arm’s‐length principle).

2 dari 3 halaman

Bos Adaro Enery Boy Thohir Optimistis Genjot Energi Hijau

Sebelumnya, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) semakin gencar mengembangkan bisnis energi baru terbarukan alias EBT. Hal itu tercermin dari dukungan Adaro Energy Indonesia dalam mencapai net zero emission atau nol emisi karbon pada 2060.

Direktur Utama Adaro Energy Indonesia Garibaldi Thohir menuturkan, untuk melakukan peralihan dari energi fosil menjadi energi hijau membutuhkan sejumlah tahapan. 

Ibaratnya, peralihan itu tidak bisa seperti membalikkan tangan. Artinya, peralihan energi fosil menuju energi hijau membutuhkan waktu yang cukup lama.

"Memang peralihan itu tidak bisa sepeti membalikkan tangan, untuk itu tentunya kita harus ada roadmpap bagaimana nanti ke depannya kita memahami bahwa kita harus komitmen untuk meninggalkan bahan bakar fosil, tapi harus ada tahapan-tahapannya," kata Garibaldi Thohir dalam acara Saratoga Investment Summit 2023, di Hotel Fairmount, Jakarta, Kamis (26/1/2023).

 

 

3 dari 3 halaman

Tiga Pilar Adaro Menuju Energi Hijau

Menurut dia, Indonesia bisa melihat Jepang dalam melakukan mix energy alias membutuhkan dari beberapa sumber. "Saya pikir di Indonesia kita bersyukur kita dikaruniai oleh banyak sumber daya alam yang berlimpah. Untuk itulah kita tidak boleh dependent oleh negara lain, kita harus optimalkan sources yang ada," kata dia.

Pria yang akrab disapa Boy Thohir juga menyebutkan, pihaknya telah memiliki tiga pilar untuk menuju energi hijau.

"Adaro sendiri kita sudah punya path di mana kita ada tiga pilar, yang kita akan laksanakan ke depannya," kata Boy Thohir.

Pertama, Adaro Energy yang awalnya berbasis batu bara, dan saat ini bertransformasi menuju sektor mineral melalui PT Adaro Minerals Energy Tbk (ADMR).

Kedua, Adaro Green Aluminiums, yang akan beroperasi melalui kolaborasi dengan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dengan masuk ke nikel, bauksit, tembaga, dan lainnya.

Ketiga, Adaro Green Energy yang masuk ke ranah hydro, wind, solar dan lainnya. "Tentunya pilar terakhir pilar 10 sampai 20 tahun yang akan datang kita akan menuju ke apa yang kita sebut Adaro Green Energy, kita masuk besar-besaran di hydro, wind, solar, dan lain-lain," pungkasnya.