Liputan6.com, Jakarta - Indonesia bakal gelar pesta demokrasi akbar tahun depan. Pada 2024, akan diadakan pemilihan umum (pemilu) serentak, antara lain meliputi Pemilihan Legislatif DPD, DPR, DPRD Provinsi, dan DPR Kabupaten/Kota serta Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.
Sehubungan dengan gelaran itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyoroti sejumlah sektor yang berpotensi menuai berkah dari belanja kampanye. Sektor-sektor tersebut utamanya yang berkaitan dengan industri padat karya.
Baca Juga
"Tahun ini, siklus politik lima tahunan juga dimulai. Belajar dari periode lalu, akselerasi pertumbuhan konsumsi masyarakat dan aktivitas industri akan meningkat, khususnya industri padat karya seperti makanan-minuman, tekstil produk tekstil (TPT), percetakan serta transportasi," beber Ketua Dewan Komisioner (DK) OJK, Mahendra Siregar dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2023, Senin (6/2/2023).
Advertisement
Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden-Wapres kali ini adalah yang ke-5 setelah reformasi. Pengalaman menunjukkan sekalipun suhu politik tentu meningkat, tetapi kondisi keamanan, kepastian hukum, dan iklim berusaha tetap terjaga dengan baik. Kondisi ini dimungkinkan karena Indonesia telah menjadi sistem demokrasi yang makin dewasa, pada saat Kepentingan Nasional adalah yang menjadi tujuan utama setiap kontestannya.
"Kali ini, Indonesia akan makin mengokohkan dirinya menjadi Negara Demokrasi Presidensial Terbesar di dunia. Indonesia seng ada lawan,” tutur Mahendra. Oleh karena itu, OJK mengajak kita semua untuk tidak ragu-ragu terhadap penguatan perekonomian, stabilitas keuangan, serta perbaikan iklim dan kesempatan investasi di Indonesia.
Incar Nilai Emisi Rp 200 Triliun di Pasar Modal
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan nilai emisi mencapai Rp 200 triliun pada 2023. Keyakinan itu merujuk pada minat investasi langsung maupun investasi portofolio dalam dan luar negeri yang terus meningkat.
"Untuk tahun 2023, kami optimis tren positif kinerja sektor keuangan akan berlanjut… Di pasar modal, nilai emisi ditargetkan sebesar Rp 200 triliun,” kata Ketua Dewan Komisioner (DK) OJK, Mahendra Siregar dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2023, Senin (6/2/2023).
Tingginya optimisme terhadap prospek perekonomian nasional juga tercermin dari perkembangan pasar modal yang mencatatkan penambahan 71 emiten tahun lalu, tertinggi sepanjang sejarah. Optimisme tersebut juga terus berlanjut tercermin dengan besarnya investasi nonresiden pada SBN pada Januari 2023 yang mencatatkan pembelian netto sebesar Rp 49,7 triliun.
Bersamaan dengan itu, kredit perbankan tahun ini diproyeksikan tumbuh sebesar 10 persen sampai 12 persen, didukung pertumbuhan Dana Pihak Ketiga sebesar 7 persen sampai 9 persen. Sedangkan di IKNB, piutang pembiayaan Perusahaan Pembiayaan diproyeksikan tumbuh 13 persen sampai 15 persen.
Aset asuransi jiwa dan asuransi umum diperkirakan tumbuh sebesar 5 persen sampai 7 persen di tengah program reformasi yang dilakukan OJK. Aset Dana Pensiun diperkirakan juga tumbuh 5 persen sampai 7 persen.
Advertisement
BEI Sebut Tahun Politik Tak Pengaruhi Transaksi Harian hingga IPO
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) meyakini tahun politik tidak memberikan pengaruh terhadap industri pasar modal, terutama jumlah transaksi dan perusahaan tercatat.
Direktur Penilaian Efek BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan, pihaknya melihat investor Indonesia bisa memilih dengan cerdas mana yang bersifat ekonomi dan politik.
BEI melihat secara historikal atau tiga kali penyelenggaraan pemilu, tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap jumlah transaksi maupun perusahaan tercatat di pasar modal Tanah Air.
"Kita sudah punya 11 perusahaan tercatat, ada 10 di e-ipo, ada 38 perusahaan di pipeline, window masih ada 11 bulan," kata Nyoman saat ditemui di Pacific Place, dikutip Minggu (5/2/2023).
Hingga saat ini, BEI mencatat ada 38 perusahaan yang masuk dalam proses pencatatan saham di antaranya bergerak di bidang teknologi hingga transportasi dan logistik.
"Hingga Januari ini, ada 11 perusahaan tercatat. Jadi, di pipeline ada 38 perusahaan," kata dia.
Dalam pipeline tersebut IPO, terdapat anak usaha BUMN, yakni PT Pertamina Geothermal Energy (PGE).
"Kebetulan sudah masuk e-ipo, kemarin ada pubex Pertamina Geothermal Energy, sudah resmi sudah dapat kita expose," ujar dia.
Dengan demikian, calon emiten berkode PGEO telah mendekati proses pencatatan saham di BEI. Berikut ini adalah 10 perusahaan yang akan melantai di BEI dalam waktu dekat ini.
- PT Aviana Sinar Abadi Tbk (IRSX)
- PT Haloni Jane Tbk (HALO)
- PT Hassana Boga Sejahtera Tbk (NAYZ)
- PT Hillcon Tbk (HILL)
- PT Hoffmen Cleanindo Tbk (KING)
- PT Lini Imaji Kreasi Ekosistem Tbk (FUTR)
- PT Pelita Teknologi Global Tbk (CHIP)
- PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO)
- PT Solusi Kemasan Digital Tbk (PACK)
- PT Vastland Indonesia Tbk (VAST)
10 Perusahaan Catatkan Saham di BEI hingga 31 Januari 2023
Di sisi lain, hingga 31 Januari 2023, terdapat 10 perusahaan baru yang mencatatkan sahamnya di BEI. Kemudian, BEI menargetkan akan ada 57 perusahaan yang tercatat di bursa pada tahun ini.
"Sehingga total perusahaan yang sudah tercatat di BEI mencapai 835. Target kita di akhir tahun ini 57 perusahaan naik dari target tahun lalu 56 perusahaan. Adapun realisasi jumlah perusahaan tercatat pada akhir 2022 mencapai 59 perusahaan," kata Direktur Utama BEI Iman Rachman.
Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan perusahaan tercatat di Indonesia paling besar di antara kawasan, yaitu sebesar 45,8 persen. Dari sisi jumlah di ASEAN, hanya kalah dari Malaysia.
"Per 31 januari 2023, jumlah investor pasar modal sudah meningkat menjadi 10,4 juta SID, di mana investor sahamnya 4,5 juta. Akhir tahun lalu jumlahnya 10,3 juta dengan investor saham sebanyak 4,4 juta. Jadi ada peningkatan lebih dari 100 ribu investor baru dalam satu bulan," kata Iman.
Sementara itu, pertumbuhan investor pasar modal tahun ini ditargetkan meningkat 35 persen dari 10,3 juta atau naik sekitar 13 juta.
Advertisement