Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bakal akomodasi perusahaan asing untuk bisa melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi mengatakan, pihaknya saat ini tengah melakukan kajian bersama BEI mengenai penerapan pengaturan pencatatan untuk perusahaan akuisisi bertujuan khusus atau special-purpose acquisition company (SPAC).
Baca Juga
"Jadi ini sudah masuk dalam kajian kami bersama Bursa Efek Indonesia dan salah satu opsinya itu adalah menggunakan SPAC. Itu adalah IPO untuk perusahaan-perusahaan yang khusus dibentuk untuk mengakuisisi perusahaan lain atau target company. Bagaimana kondisi dari target tersebut company itu juga masuk dalam kriteria kami," kata Inarno dalam Konferensi Pers PTIJK 2023, Senin (6/2/2023).
Advertisement
Sebagai upaya perlindungan investor, Inarno mengatakan penerapan SPAC di Indonesia akan mengalami beberapa penyesuaian. Seperti berapa tenggat waktu yang diberikan sampai perusahaan cangkang mengakuisisi perusahaan target. Jika dalam tenggat waktu tersebut akuisisi belum terlaksana, maka dana yang dihimpun harus dikembalikan kepada pemodal.
Sebelumnya, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan, pihaknya telah selesai melakukan studi terkait SPAC dalam 1,5 tahun yang lalu. Namun, untuk implementasinya Bursa melihat perkembangan pasar terkini. Nyoman mendapati perkembangan SPAC di luar negeri mulai meredup.
Hal itu disebabkan oleh SEC (Securities and Exchange Commission) yang melakukan pengawasan ketat terhadap sponsor atau founder.
"Untuk itu dalam rangka perlindungan investor kami tentu berhati-hati walaupun studi sudah lama tapi untuk bisa implementasi perlu melihat perkembangan, kita masih belum tahapan mengimplementasikan hal tersebut. Kita mencari jalan untuk memodifikasi. Jadi, bukan baru saja kami membahas SPAC, tapi sudah dua tahun yang lalu dan kita lihat perkembangannya," kata Nyoman.
BEI Godok Peluang Perusahaan Asing IPO di Pasar Modal Indonesia
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah mencari cara untuk akomodasi perusahaan asing untuk dapat melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) atau di Indonesia.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menjelaskan, inisiatif itu berangkat dari banyaknya perusahaan asing yang menyatakan minat dapat tercatat di BEI.
"Saat ini kami sedang mengkaji skema foreign listing, khususnya bagi perusahaan dengan bentuk badan hukum asing (selain PT) yang memiliki operasional usaha di Indonesia," kata Nyoman kepada wartawan, Kumat (3/2/2023).
Menurut dia, kajian mengenai pencatatan saham perusahaan asing di BEI menjadi penting karena BEI memperoleh beberapa informasi dan permintaan dari pelaku usaha yang memiliki perusahaan berbentuk badan hukum asing dan memiliki operasional di Indonesia mengharapkan untuk dapat IPO di Indonesia dan menjadi perusahaan tercatat di BEI.
Melihat kinerja pasar modal tanah air yang cukup resilien dalam krisis beberapa tahun terakhir, tak ayal jika banyak perusahaan asing ingin mencoba peruntungan di pasar Indonesia. Untuk itu, Nyoman berharap inisiatif mendapat sambutan positif dari berbagai pemangku kepentingan.
"Kami berharap dukungan dari seluruh stakeholder pasar modal untuk memberikan feedback dan support atas initiative ini,” imbuh dia.
Sepanjang tahun lalu, aktivitas perdagangan di BEI membukukan kenaikan yang signifikan dibandingkan akhir 2021. Rata – Rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) tercatat Rp 14,7 triliun atau naik 10 persen dibandingkan posisi akhir 2021 yakni Rp 13,4 triliun.
Selanjutnya, frekuensi transaksi harian juga telah mencapai angka 1,31 juta kali transaksi atau naik 1,1 persen dibandingkan akhir 2021 dan merupakan nilai tertinggi jika dibandingkan dengan Bursa di Kawasan ASEAN sepanjang empat tahun terakhir. Pertumbuhan juga tercermin pada rata–rata volume transaksi harian yang telah mencapai 23,9 miliar saham atau naik 16 persen dibandingkan akhir tahun sebelumnya.
Advertisement
Investor Berpotensi Lari ke China, BEI Optimistis Nilai Transaksi Harian Capai Target
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menanggapi terkait transaksi harian yang terus mengalami penurunan selama Januari 2023. Lantaran, BEI menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) senilai Rp 14,75 triliun.
Berdasarkan data Kamis, 26 Januari 2023, rata-rata transaksi harian BEI masih sekitar Rp 10,13 triliun. Direktur Perdagangan dan Pengaturan BEI Irvan Susandy menuturkan, penurunan transaksi tersebut dipengaruhi sejumlah faktor, salah satunya
"Biasanya Januari January Effect, terus ada beberapa faktor yang kita tahu China mulai buka (pembukaan lockdown) mungkin banyak investor mau kesana," kata Irvan saat ditemui di BEI, Jumat (27/1/2023).
Meski demikian, BEI menatap optimistis RNTH bisa meningkat dan mencapai target yang telah ditentukan, yakni sebesar Rp 14,75 triliun.
"Kita optimis biasanya bulan-bulan selanjutnya, InsyaAllah bulan-bulan selanjutnya kita boosting up. Kita optimis kita bisa mencapai target kita," kata dia.
BEI juga tengah menyiapkan sejumlah strategi, yakni dengan memberikan sosialisasi bersama regulator dan otoritas yang bersangkutan.
Belum lagi, banyak calon emiten yang mengantre di pipeline. Bahkan, BEI juga bakal meluncurkan beberapa instrumen baru pada tahun ini yang diharapkan mampu mengerek transaksi di pasar modal Indonesia.
"Ada beberapa banyak emiten di pipeline kita, kita coba mensosialisasikan sama OJK, dan kita coba meluncurkan beberapa instrumen baru tahun ini," kata dia.
Dengan demikian, BEI berharap hal tersebut bisa meningkatkan transaksi. "Kita harapkan bisa meningkatkan transasi kita," pungkasnya.
BEI Bakal Luncurkan Papan Pemantauan Khusus pada 2023
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal meluncurkan papan pemantauan khusus dengan skema hybrid.
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menuturkan, pihaknya akan meluncurkan papan pemantauan khusus secara hybrid sebelum meluncurkan papan pemantauan khusus full call-auction.
"Kita tahu ini hal yang sangat baru untuk sistem perdagangan di kita, awalnya kita tetapkan hybrid. Kita harapkan semua bisa dijalankan 2023," kata Jeffrey saat ditemui di BEI, Senin (30/1/2023).
Sebelumnya, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyampaikan proses persiapan Papan Pemantauan Khusus terus berlangsung, yang nantinya diharapkan akan makin meningkatkan perlindungan investor. Nantinya Papan Pemantauan Khusus akan dibagi menjadi dua tahap.
"Saat ini, BEI telah menyiapkan beberapa hal dalam rangka implementasi Papan Pemantauan Khusus, baik itu perangkat sistem maupun perangkat pengaturan di bursa. Kami telah berkoordinasi dengan OJK dan pihak terkait lainnya guna mendukung tercapainya implementasi Papan Pemantauan Khusus," Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik di Jakarta, dikutip Antara, Selasa, 20 Desember 2022.
Jeffrey menjelaskan, Papan Pemantauan Khusus tahap satu yaitu Hybrid Call Auction, terdapat dua mekanisme perdagangan untuk saham yang dicatatkan dalam papan tersebut, berdasarkan kriteria pemantauan khusus yang dikenakan.
Perusahaan tercatat yang masuk dalam Papan Pemantauan Khusus dikarenakan kriteria likuiditas perdagangan, akan diperdagangkan secara periodic call auction.
"Sedangkan perusahaan tercatat yang masuk dalam pemantauan khusus karena kriteria pemantauan khusus lainnya, masih tetap diperdagangkan secara continuous auction dengan auto rejection berbeda, sebagaimana yang saat ini juga telah diterapkan bagi saham yang masuk dalam Daftar Efek Bersifat Ekuitas Dalam Pemantauan Khusus," kata Jeffrey.
Advertisement