Sukses

Teknologi Karya Digital Nusa Incar Pendapatan Rp 1 Triliun pada 2027

PT Teknologi Karya Digital Nusa Tbk menuturkan, saat ini pasar perseroan baru mencapai 5 persen sehingga ada potensi kenaikan pertumbuhan laba dan pendapatan.

Liputan6.com, Jakarta - PT Teknologi Karya Digital Nusa Tbk akan segera mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Usai menjadi perusahaan publik, perseroan mengincar pendapatan mencapai Rp 1 triliun pada 2027.

Direktur PT Teknologi Karya Digital Nusa Tbk, Rudy Budiman Setiawan mengatakan, target tersebut merujuk pada potensi pasar perseroan yang masih memiliki peluang besar di masa mendatang.

"Sangat menarik adalah dari proyeksi beberapa tahun ke depan karena market kita baru mencapai 5 persen. Sehingga untuk ke depannya revenue maupun net profit peningkatannya luar biasa. Di 2023 kami targetkan (revenue) Rp 243 miliar dan mencapai Rp 1 triliun pada 2027," beber Rudy dalam paparan Public Expose Penawaran Umum Saham Perdana PT Teknologi Karya Digital Nusa Tbk di Jakarta, Rabu (15/2/2023).

Adapun dari sisi profitabilitas untuk tahun ini ditargetkan mencapai RP 53,18 miliar. Kemudian pada 2024, perseroan mengincar pendapatan Rp 470,83 miliar dan laba Rp 104,33 miliar.

Pada 2025, perkiraan pendapatan mencapai Rp 595,46 miliar dengan laba Rp 132,91 miliar. Tahun berikutnya, pendapatan diperkirakan mencapai Rp 804,49 miliar dan laba RP 181,56 miliar. Lalu pada 2027, perseroan memproyeksikan pendapatan mencapai Rp 1 triliun dengan laba sebesar Rp 231,67 miliar.

Secara historis, Rudy menjabarkan kinerja perseroan tumbuh solid bahkan saat terjadi pandemi Covid-19. Sebagai gambaran, pada Juli 2021, pendapatan perseroan tercatat sebesar Rp 18,21 miliar, kemudian mengalami pertumbuhan 187,78 persen hingga Juli 2022 menjadi Rp 52,41 miliar.

Dari raihan itu, laba per Juli 2022 tercatat sebesar Rp 5,46 miliar, naik 36 persen dibandingkan Juli 2021 sebesar Rp 4 miliar.

"Revenue kami ada peningkatan pesat meski dalam posisi pandemi COVID-19 karena ada pergeseran dari masyarakat mengarah ke teknologi IT. Jadi dampaknya luar biasa bagi perusahaan," imbuh Rudy.

Adapun sampai dengan November 2022, pendapatan perseroan mencapai Rp 84,04 miliar, melesat 216 persen dari November 2021 Rp 26,59 miliar. Sedangkan laba bersih Rp 13,40 miliar dari November sebelumnya Rp 4,50 miliar. Aset tercatat Rp 83,37 miliar dari Desember 2020 Rp 30,97 miliar, dengan ekuitas Rp 60,18 miliar dari Desember 2020 Rp 19,17 miliar.

 

2 dari 4 halaman

IPO, Intip Rencana Ekspansi Teknologi Karya Digital

Sebelumnya, PT Teknologi Karya Digital Nusa Tbk akan melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dalam rangka IPO, perusahaan penyedia solusi sistem informasi berbasis telematika dan internet of things (IoT) itu akan melepas sebanyak-banyaknya 750 juta saham biasa atas nama atau sebanyak-banyaknya 25,42 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO.

Saham baru ini dikeluarkan dari portepel dengan nilai nominal Rp 20 per saham dengan harga penawaran sebesar Rp 140–Rp 220 per saham, sehingga dana yang akan diraih dari IPO ini sebanyak-banyaknya adalah sebesar Rp 165 miliar.

Direktur Utama PT Teknologi Karya Digital Nusa, David Santoso mengatakan langkah IPO adalah keputusan penting bagi perusahaan untuk bertumbuh secara berkelanjutan. Apalagi segmen bisnis yang digarap yakni sistem informasi berbasis telematika dan IoT untuk pengembangan smart city berpotensi besar di Indonesia.

Di sisi lain, saat ini transportasi publik menjadi pilihan yang bisa diandalkan sehingga Intelligent Transportation System (ITS) menjadi hal yang sangat dibutuhkan.

 

3 dari 4 halaman

Dana Hasil IPO

"Untuk ekspansi bisnis, dana hasil IPO ini setelah dikurangi biaya-biaya emisi, nantinya kami gunakan sekitar 30 persen untuk belanja modal dalam bentuk penambahan area operasional yang berlokasi di Jawa Barat," kata dia dalam keterangan resmi Public Expose Penawaran Umum Saham Perdana Teknologi Karya Digital Nusa di Jakarta, Rabu (15/2/2023).

Dana IPO 30 persen tersebut juga dialokasikan untuk pengembangan sistem yang sejalan dengan ekspansi Perseroan yang akan dimulai secara bertahap pada kuartal II-2023. Transaksi perluasan area operasional juga akan dilakukan dengan pihak ketiga di kuartal II, sedangkan penambahan dan pengembangan sistem akan dilakukan dengan pihak ketiga pada kuartal III 2023.

Dana IPO lainnya dipakai untuk modal kerja yang terdiri dari biaya operasional proyek pekerjaan pengembangan smart city dan business solution provider dalam aspek transportasi di berbagai kota di Indonesia, biaya tenaga kerja dan pembelian bahan baku produk serta pengembangan segmen distribusi penjualan produk.

Selain itu, layanan melalui jalur Business-to-Business (B2B) dan Business-to-consumer (B2C) yang digunakan untuk pengembangan lini usaha Business Process Outsourcing (BPO) merupakan usaha penyediaan infrastruktur teknologi informasi kepada operator transportasi yang memiliki hak operasi di suatu kota.

 

4 dari 4 halaman

Kebutuhan Potensi Sektor Transportasi

David menuturkan, kebutuhan di sektor transportasi publik kota-kota besar di Indonesia memiliki potensi yang cukup besar bagi perseroan untuk dapat memberikan solusi layanan ITS.

"Perseroan sebagai yang pertama mengimplementasikan secara menyeluruh ekosistem transportasi cerdas di Indonesia dan pioneer dalam menerapkan sistem tiket berbasis akun (Account Based Ticketing/ABT) untuk menjembatani kesenjangan inovasi tiket transportasi saat ini di Indonesia dan masa depan,” kata David.

ABT adalah evolusi sistem pengumpulan tarif (tiket), dari tiket berbasis kartu menjadi berbasis akun, di mana informasi tentang kepentingan untuk bepergian disimpan di back-office dalam bentuk akun digital. Pendekatan ini memberi banyak keuntungan bagi pelaku perjalanan, termasuk kemungkinan membayar biaya perjalanan dengan cara yang modern dan nyaman menggunakan tiket digital (QR, QRIS, dll) dan apabila kartu hilang dapat diblokir/dinonaktifkan.

Sedangkan bagi operator, sistem ini membuat biaya penyiapan dan operasional menjadi lebih rendah, dibandingkan dengan solusi tiket berbasis kartu yang memerlukan pemrograman ulang kartu perjalanan secara konstan.