Liputan6.com, Jakarta - Industri farmasi sempat mendulang cuan selama pandemi covid-19. Sejumlah orang terkaya Indonesia memiliki sumber kekayaan dari sektor farmasi.
Adapun Forbes memiliki metode untuk perhitungan orang terkaya dengan memperhitungkan harga saham, nilai tukar, aset, dan lainnya. Industri farmasi memiliki prospek jangka panjang yang menjanjikan, seiring kesadaran konsumen terhadap kesehatan usai pandemi.Â
Baca Juga
Melansir Forbes, ditulis Kamis (16/2/2023), setidaknya ada dua nama orang terkaya Indonesia yang meraih pundi-pundi kekayaan dari industri farmasi.
Advertisement
Pertama, ada Boenjamin Setiawan dan keluarga. pada Desember lalu, kekayaan Boenjamin Setiawan dan keluarga mencapai USD 4,8 miliar atau sekitar Rp 73 triliun (kurs Rp 15.224 per USD).
Boenjamin Setiawan, yang memiliki gelar doktor di bidang farmakologi, mendirikan Kalbe Farma di sebuah garasi pada 1966 bersama lima saudara kandungnya. Kalbe Farma kini menjadi perusahaan farmasi terbesar di Indonesia dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada 1991 dengan kode saham KLBF.
Dalam rangka IPO, KLBF melepas 10 juta saham dengan nilai nominal Rp 10 per saham. Harga pelaksanaan dipatok sebesar Rp 7.800 per saham. Sehingga saat itu perseroan mengantongi Rp 78 miliar dari IPO.
Pada perdagangan hari ini, Rabu 15 Februari 2023, saham KLBF ditutup turun 0,86 persen ke posisi 2.310. Namun dalam sepekan, harga saham KLBF telah naik 2,67 persen. Sedangkan dalam satu tahun terakhir, harga saham KLBF telah naik 35,88 persen.
Â
Irwan Hidayat dan Keluarga
Memiliki kekayaan sebesar USD 1,35 miliar atau sekitar Rp 20,55 triliun, Irwan Hidayat dan keluarganya merupakan pemegang saham mayoritas di Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), perusahaan jamu terbesar di Indonesia.
Perusahaan publik tersebut memiliki 43 persen pangsa pasar jamu Indonesia dengan merek terbesarnya Tolak Angin yang mengobati batuk, pilek, dan pencernaan. David Hidayat menjabat sebagai Direktur Utama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk.
Keluarga Hidayat telah mengembangkan bisnis perhotelan dengan tiga hotel di pulau Jawa dan sebuah perusahaan manajemen hotel.Â
Keluarga Hidayat menjadi pemilik SIDO melalui PT Hotel Candi Baru dengan porsi 60.46 persen. SIDO sendiri tercatat di BEI pada Desember 2013. Saat itu, perseroan melepas 1,5 juta saham dengan nilai nominal Rp 50 per saham.
Harga penawaran dipatok sebesar Rp 580 per saham. Sehingga perseroan mengantongi dana sebesar Rp 870 miliar dari IPO. Pada perdagangan Rabu, 15 Februari 2023, saham SIDO ditutup stagnan di posisi 870. Dalam sepekan, harga saham SIDO naik 8,75 persen, Sedangkan dalam satu tahun terakhir, harga saham SIDO justru terkoreksi 7,45 persen.
Â
Â
Advertisement
Kinerja Keuangan SIDO pada 2022
Sebelumnya, PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) mengumumkan kinerja perusahaan untuk tahun buku yang berakhir pada Desember 2022. Sepanjang periode tersebut baik pendapatan maupun laba bersih perseroan mengalami penurunan.
Melansir laporan keuangan perseroan, Jumat (10/2/2023), pendapatan tercatat sebesar Rp 3,86 triliun, turun 3,87 persen dibandingkan pendapatan 2021 sebesar Rp 4,02 triliun.
Sementara dari sisi beban pokok pendapatan tidak mengalami banyak perubahan yakni menjadi Rp 1,7 triliun pada 2022 dari Rp 1,73 triliun pada 2021. Alhasil, perseroan memperoleh laba bruto Rp 2,16 triliun, turun 5,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 2,29 triliun.
Hingga Desember 2022, perseroan menciptakan beban penjualan dan pemasaran sebesar Rp 565,06 miliar atau naik 1,55 persen yoy, beban umum dan administrasi naik 31,43 persen yoy menjadi Rp 222,85 miliar, dan beban lain-lain turun 99,71 persen yoy menjadi hanya Rp 14 juta. Bersamaan dengan itu, pendapatan lain-lain turun 14,77 persen yoy menjadi Rp 18,38 miliar pada Desember 2022.
Dari rincian tersebut, perseroan memperoleh laba usaha sebesar Rp 1,39 triliun, turun 11,65 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 1,58 triliun.
Â
Aset Perseroan
Pada periode yang sama, penghasilan keuangan turun 26,3 persen menjadi Rp 27,57 miliar. Sementara biaya keuangan turun 9,51 persen menjadi Rp 780 juta. Setelah dikurangi pajak, perseroan mengukuhkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,1 triliun, turun 12,39 persen dibandingkan laba tahun berjalan 2021 sebesar Rp 1,26 triliun.
Dari sisi aset Sido Muncul hingga Desember 2022 naik tipis menjadi Rp 4,08 triliun dari Rp 1,07 triliun pada akhir 2021. Terdiri dari aset lancar senilai Rp 2,19 triliun dan aset tidak lancar Rp 1,89 triliun. Liabilitas hingga Desember 2022 turun menjadi Rp 575,97 miliar dari Rp 597,79 miliar pada Desember 2021.
Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 541,05 miliar dan liabilitas jangka panjang Rp 34,92 miliar. Sementara ekuitas sampai dengan Desember 2022 naik menjadi Rp 3,51 triliun dari Rp 3,47 triliun pada Desember 2021.
Â
Advertisement