Liputan6.com, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengumumkan kinerja perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2022. Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar USD 1,18 miliar atau sekitar Rp 17,93 triliun (kurs Rp 15.206 per USD). Raihan itu naik 23,74 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar USD 958,17 juta.
Bersamaan dengan itu, beban pokok pendapatan naik menjadi USD 865,89 juta dari USD 704,32 juta pada Desember 2021. Meski begitu, laba kotor perseroan masih mengalami pertumbuhan sebesar 26,01 persen yoy menjadi USD 313,57 juta pada Desember 2022.
Baca Juga
Melansir laporan keuangan perseroan, Jumat (17/2/2023), sepanjang tahun lalu PT Vale Indonesia Tbk mencatatkan beban usaha sebesar USD 19,73 juta, pendapatan lainnya USD 1,29 juta, dan beban lainya USD 23,09 juta. Dari rincian itu, diperoleh laba usaha sebesar USD 272,03 juta, naik 21,97 persen yoy. Pada periode yang sama, pendapatan keuangan tercatat sebesar USD 10,69 juta dengan biaya keuangan USD 6,9 juta.
Advertisement
Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan mengukuhkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 200,4 juta atau sekitar 3,05 triliun. Laba ini naik 20,87 persen dibanding posisi akhir 2021 sebesar USD 165,8 juta.
Dari sisi aset perseroan sampai dengan Desember 2022 tercatat sebesar USD 2,66 miliar, naik dibanding posisi tahun sebelumnya sebesar USD 2,47 miliar. Terdiri dari aset lancar senilai USD 989,8 juta dan aset tidak lancar USD 1,67 miliar.
Liabilitas hingga Desember 2022 turun menjadi USD 303,34 juta dari USD 318,37 juta pada Desember 2021. Terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar USD 175,04 juta dan liabilitas jangka panjang USD 128,3 juta. Sementara ekuitas hingga akhir tahun lalu naik menjadi USD 2,35 miliar dibanding Desember 2021 sebesar USD 2,15 miliar.
Vale Indonesia Bangun Pabrik Green Smelter Pertama Pakai Sumber Energi Gas Alam
Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) dan PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (PT BNSI) meresmikan pembangunan proyek pertambangan dan pengolahan nikel rendah karbon terintegrasi di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Adapun perseroan juga melaksanakan peletakan batu pertama sekaligus untuk lokasi pertambangan dan juga untuk pabrik pengolahan nikel. Lokasi pertambangan berada di Kecamatan Bungku Timur dan Bahodopi, lokasi pabrik pengolahan berada di Desa Sambalagi Kecamatan Bungku Pesisir.
Smelter yang akan dibangun di Sambalagi akan menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF). Didukung sumber listrik dari gas alam, akan menjadi pabrik yang andal, hemat energi, dan ramah lingkungan.
Pembangkit listrik gas alam akan menjadi kontributor utama untuk mengurangi emisi karbon dari keseluruhan operasi proyek ini. Pengurangan emisi karbon telah menjadi bagian dari peta jalan keberlanjutan PT Vale, dengan target pengurangan emisi karbon hingga 33 persen pada 2030. PT Vale Indonesia dan mitra mengalokasikan total biaya investasi hingga Rp37,5 triliun dengan kapasitas produksi 73 ribu ton per tahun.
Advertisement
Komitmen Vale Indonesia Terkait Program Hilirisasi
CEO dan Presiden Direktur PT Vale, Febriany Eddy menuturkan, kehadiran proyek Morowali ini adalah representasi komitmen perseroan menjadi produsen nikel yang andal dan berkelanjutan bagi Indonesia dengan jejak karbon terendah.
"Kami akan membawa menyukseskan program hilirisasi pemerintah, kami juga ingin berkontribusi untuk masyarakat dan bumi kita,” ujar Febriany, dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (12/2/2023).
Presiden Komisaris PT Vale dan Wakil Presiden Eksekutif bisnis Base Metal Vale, Deshnee Naidoo menambahkan, peletakan batu pertama ini memperkuat komitmen kuat perseroan kepada rakyat Indonesia sambil terus mendorong kemajuan dengan akselerasi yang dilakukan melalui jalur pertumbuhan bernilai miliaran dolar Amerika Serikat.
“Bersama dengan mitra kami yang terhormat, kami bersemangat untuk mewujudkan proyek pertumbuhan yang kritikal yang akan menghasilkan produksi nikel rendah karbon dengan aman dan berkelanjutan serta mendukung rantai pasokan domestik untuk bahan transisi energi dan kendaraan listrik,” kata dia.
Resmikan Pembangunan Proyek Tambang dan Pengolahan Nikel
Sebelumnya, proyek Morowali akan dikembangkan oleh PT Vale dan mitranya. PT Vale berperan penuh dalam pembangunan dan pengoperasian fasilitas pertambangan, sementara PT BNSI adalah perusahaan yang didirikan oleh PT Vale, merupakan sebuah perusahaan patungan antara PT Vale dan mitranya, yang akan bertanggung jawab atas pembangunan dan pengoperasian pabrik pengolahan.
Berdasarkan Peraturan Menko Perekonomian, Proyek Morowali ini telah dinyatakan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah pada 2022. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, proyek Morowali ini adalah bentuk dari harapan pemerintah demi terwujudnya hilirisasi sumber daya alam untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Ini pabrik green smelter pertama yang saya lihat. Berbasis gas LNG, tentu minta dukungan dari Komisi Energi (DPR RI) bahwa ini adalah green energy, green product, dan green mining. Indikator green economy itu mudah, kita lihat langitnya warna biru atau abu-abu. Kalau langit biru berarti sudah harmoni, hijau, dan baik,” ujar Menko Airlangga.
Advertisement