Liputan6.com, Jakarta - Kabar J&T Express menawarkan saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO) kembali mengemuka. Perusahaan logistik asal Indonesia, J&T Express berencana mencatatkan saham perdana di Hong Kong pada semester II 2023.
Dikutip dari Forbes, Sabtu (18/2/2023), J&T Express dikabarkan mengincar dana IPO hingga USD 2 miliar atau sekitar Rp 30,32 triliun, demikian dari laporan Reuters, berdasarkan sumber.
Baca Juga
Perusahaan logistik itu berencana IPO pada 2022. Namun, perseroan menunda karena kondisi pasar yang bergejolak. Reuters menyebutkan, J&T Express berharap menjual 10 persen saham ke publik.
Advertisement
Adapun J&T Express belum membalas tanggapan dari Forbes Asia. Adapun jika berjalan, IPO tersebut menjadi salah satu pencatatan atau listing terbesar di Bursa Efek Hong Kong pada 2023. IPO terbesar tahun lalu adalah China Tourism Group Duty Free Corporation yang raup dana USD 2,1 miliar pada Agustus 2022.
Menurut penelitian oleh PwC pada Desember, Bursa Efek Hong Kong diharapkan memiliki lebih dari 100 pencatatan baru pada 2023, yang dprediksi hasilkan dana hingga USD 25,6 miliar atau sekitar Rp 388,19 triliun.
Pada Februari 2022, J&T Express meraih dana USD 2 miliar dari sekelompok investor termasuk Temasek, Boyu Capital dan Sequoia Capital China. Penggalangan dana juga menarik investasi China dari Susquehanna International Group dan Hidden Hill Capital, platform ekuitas swasta di China dari manajer investasi GLP yang fokus pada logistik.
J&T didirikan di Indonesia pada 2015 oleh Jet Lee, yang sebelumnya adalah CEO Oppo Indonesia, produsen smartphone dan pendiri OPPO Tony Chen. Jaringan perusahaan telah meluas ke 13 negara termasuk Vietnam, Malaysia dan Thailand. Perseroan juga masuk pasar China setelah bayar USD 1,1 miliar untuk akuisisi Best Inc, sebuah perusahaan kurir.
J&T Express Dikabarkan Alihkan IPO di AS ke Hong Kong
Sebelumnya, J&T Express sedang mempertimbangkan untuk mengalihkan rencana penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) Amerika Serikat ke Hong Kong.
Dana yang diincar  dari IPO itu diperkirakan sekitar USD 1 miliar (S$ 1,35 miliar) atau sekitar Rp 14,36 triliun (asumsi kurs Rp 14.361 per dolar AS).
Hal itu berdasarkan sumber yang mengetahui masalah tersebut. Perusahaan yang berbasis di Jakarta tersebut bekerja sama dengan Bank of America, China International Capital (CIC), dan Morgan Stanley untuk [IPO ](saham "")pada 2022, demikian dikutip dari Strait Times, Senin (30/8/2021).
J&T sebelumnya berencana menggelar IPO di AS pada kuartal IV 2021, demikian laporan Bloomberg pada April. Kemungkinan perubahan tempat terjadi karena regulator China telah mengumumkan pengawasan terhadap perusahaannya yang terdaftar di luar negeri.
Namun, beberapa investor J&T berbasis di China dan perusahaan logistik tersebut memiliki operasi yang signifikan di sana. Seorang sumber menuturkan, hal itu telah memicu kekhawatiran di dalam perusahaan tentang kemungkinan pengawasan dari Beijing.
Selain itu, persiapan pencatatan saham di Hong Kong pada tahap awal dan rincian rencana IPO J&T Express termasuk ukuran dan timeline masih bisa berubah, menurut sumber. Perusahaan dapat memutuskan untuk mencatatkan saham di Amerika Serikat setelah penawaran di Hong Kong.
Adapun perwakilan Bank of America, CICC, J&T dan Morgan Stanley enggan berkomentar.
Â
Â
Advertisement
IPO di AS
Didirikan pada 2015 oleh pengusaha Jet Lee dan Tony Chen, J&T Express beroperasi di Kamboja, China, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, dan Vietnam, berdasarkan dari situs perusahaan. Perseroan memiliki lebih dari 350.000 karyawan di seluruh dunia.
Di China, J&T Express dikenal dengan harga dan ekspansi yang agresif sehingga menantang para pesaing antara lain SF Holding dan YTO Express, yang didukung grup Alibaba. Pada April 2021, pemerintah daerah memberikan sanksi perusahaan baru yang menjual di bawah biaya dan memerintahkannya untuk perbaiki tarif, berdasarkan laporan media lokal.
J&T Express akan bergabung dengan sejumlah perusahaan yang berencana mencatatkan saham di New York sempat diragukan di tengah meningkatnya ketegangan Amerika Serikat dengan China.
Perusahaan lain seperti media sosial dan situs e-commerce Xiaohongshu atau Little Red Book telah menunda rencana pencatatan saham di Amerika Serikat.
Secara terpisah, Komisi Sekuritas dan Bursa AS telah meminta perusahaan China yang mencatatkan saham di luar negeri untuk memberikan deskripsi yang semakin rinci tentang apa yang disebut struktur perusahaan entitas yang digunakan perusahaan tersebut untuk mencatatkan saham di luar negeri.
Â