Sukses

Melihat Perkembangan Smelter Aluminium Adaro Minerals

PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menyatakan konstruksi infrastruktur pendukung fase 1 smelter aluminium mulai dibangun. Fase 1 smelter alumunium ini akan produksi 500 ribu ton aluminium per hari.

Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menyampaikan perkembangan terkini soal proyek hilirisasi mineral. Grup Adaro sendiri pertama kali mengumumkan minat bisnis smelter aluminium pada akhir 2021 melalui PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI). Dalam kurun waktu setahun, perusahaan berhasil mendapatkan mitra-mitra dan komitmen offtake.

"ADMR akan memimpin proses transformasi Grup Adaro untuk mendukung ekonomi hijau," kata Direktur PT Adaro Minerals Indonesia Tbk, Heri Gunawan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Minggu, (19/2/2023).

Pada 13 November 2022, Adaro Minerals Indonesia menandatangani Nota Kesepahaman dengan Hyundai Motor Company (HMC) saat pertemuan B20 di Bali. Berdasarkan Nota Kesepahaman tersebut, HMC mendapatkan hak untuk membeli aluminium yang diproduksi KAI pada tahap awal, dan hak atas negosiasi pertama untuk membeli aluminium karbon rendah yang akan diproduksi KAI.

Adapun volume offtake belum ditentukan, tetapi berkisaran sekitar 50 ribu sampai 100 ribu ton aluminium per tahun. Pada 20 Desember 2022, KAI menandatangani Perjanjian Penyertaan Saham Bersyarat dengan Aumay Mining Pte. Ltd. (Aumay) dan PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA).

Menurut perjanjian tersebut, kepemilikan KAI akan meliputi ADMR 65 persen melalui perusahaan anaknya, Aumay 22,5 persen, dan CITA 12,5 persen. Perolehan dari transaksi ini akan digunakan untuk mengembangkan smelter aluminium KAI yang akan menjadi proyek pertama kawasan industri hijau di Kalimantan Utara.

Fase 1 smelter aluminium ini akan memproduksi 500.000 ton aluminium per tahun. “Konstruksi jeti, persiapan lahan, serta infrastruktur pendukung lainnya untuk smelter aluminium ini telah dimulai, dan fase pertama proyek ini diperkirakan akan rampung pada semester pertama tahun 2025 karena konstruksi diperkirakan akan memakan waktu sekitar 24 bulan,” beber Heri.

2 dari 4 halaman

Adaro Minerals Kantongi Produksi Batu Bara 3,37 Juta Ton pada 2022

Sebelumnya, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) mencatatkan produksi batu bara perseroan mencapai 3,37 juta ton, naik 47 persen dari 2,30 juta ton pada 2021.

Volume produksi itu melampaui panduan yang berkisar 2,8 ton sampai 3,3 juta ton. Sedangkan dari sisi volume penjualan batu bara sepanjang 2022 tercatat 3,20 juta ton, atau naik 39 persen dari 2,30 juta ton pada 2021.

“Peningkatan operasional ADMR ini menyusul dimulainya operasi pada konsesi PT Maruwai Coal pada 2019, ADMR dapat meningkatkan produksi dan penjualan secara konsisten. ADMR menargetkan penjualan pada kisaran 3,8 sampai 4,3 juta ton pada 2023,” ungkap Direktur PT Adar Minerals Indonesia Tbk, Heri Gunawan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Kamis (16/2/2023).

ADMR mencatat volume pengupasan lapisan penutup sebesar 8,32 Mbcm pada 2022, atau naik 62 persen dari 5,15 Mbcm pada 2021. Hal ini mendorong peningkatan nisbah kupas menjadi 2,47x pada FY22, atau naik 10 persen dari 2,24x pada 2021.

Pada 2022, ADMR menjual 85 persen batu baranya ke tiga negara, yakni Jepang, China dan India. Perusahaan berencana memasuki pasar-pasar baru pada tahun 2023 serta meningkatkan volume penjualan ke pasar domestik.

Secara kuartalan, pada kuartal IV saja ADMR mencatatkan produksi batu bara sebesar 0,81 juta ton, atau naik 41 persen dari 0,57 juta ton pada kuartal IV 2021, dan penjualan batu bara pada kuartal ini mencapai 1,02 juta ton, atau naik 35 persen dari 0,75 juta ton dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Volume pengupasan lapisan penutup pada kuartal IV 2022 tercatat 2,26 Mbcm, atau naik 86 persen dari 1,22 Mbcm pada kuartal IV 2021. ADMR mencatat nisbah kupas 2,81x untuk kuartal ini, atau melampaui 2,14x yang tercatat pada kuartal IV 2021.

3 dari 4 halaman

Adaro Minerals Siapkan Capex Setara Rp 1,37 Triliun

PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar USD 70 juta sampai USD 90 juta atau sebanyak-banyaknya sekitar Rp Rp 1,37 triliun (kurs Rp 15.188 per USD).

Direktur PT Adaro Minerals Indonesia Tbk, Heri Gunawan belanja modal itu akan dialokasikan untuk segmen batu bara metalurgi. Sementara perseroan memperkirakan masih akan ada tambahan belanja modal untuk segmen lainnya.

“Anggaran belanja modal ini belum termasuk belanja modal untuk smelter aluminium. Perusahaan memperkirakan pencapaian financial close proyek ini pada kuartal I 2023 dan akan membuat pengumuman lebih lanjut mengenai porsi ekuitas di kemudian hari,” ungkap Heri dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Kamis (16/2/2023).

 

 

4 dari 4 halaman

Dongkrak Volume Penjualan

Penerimaan kembali China terhadap impor dari Australia merupakan hal signifikan di pasar batu bara metalurgi. Dengan harapan bahwa keunggulan saing berupa jarak yang lebih dekat dari Australia ke China dibandingkan dari para produsen di wilayah Atlantik akan mengubah preferensi para pembeli dari China.

“Batu bara Indonesia memiliki keuntungan yang sama dalam hal jarak angkut yang pendek ke China dan hal ini diperkirakan akan mendukung permintaan China terhadap batu bara dari Indonesia,” imbuh Heri.

Secara keseluruhan, perseroan menargetkan volume penjualan batu bara mencapai 3,8 juta sampai 4,3 juta ton pada 2023.

ADMR akan meningkatkan volume penjualannya, didukung oleh kuatnya permintaan pelanggan, sesuai dengan target jangka menengah sebesar 6 juta ton per tahun.

Perusahaan juga berencana memasuki pasar-pasar baru pada tahun ini serta meningkatkan volume penjualan ke pasar domestik.