Sukses

Nusantara Sawit Sejahtera Bidik Dana IPO hingga Rp 677 Miliar, untuk Apa?

PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk (NSS) membidik dana IPO sekitar Rp 435,32 miliar-Rp 677,96 miliar. Salah satu pemakaian dana IPO untuk pembangunan fasilitas produksi.

Liputan6.com, Jakarta - Calon emiten aktivitas perusahaan holding dan aktivitas konsultasi manajemen lainnya, PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk (NSS) menggelar penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) untuk membiayai tiga hal.

Perseroan akan melepas sebanyak 3,56 miliar saham baru pada 2-8 Maret 2023 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah saham Nusantara Sawit Sejahtera ditawarkan itu mewakili 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO saham. IPO ini didahului dengan penawaran awal (book building) pada 17-22 Februari 2023.

Presiden Direktur Nusantara Sawit Sejahtera Teguh Patriawan mengatakan, Perseroan akan menggunakan dana hasil IPO ini untuk membiayai pembangunan fasilitas produksi, pembiayaan penanaman baru dan modal kerja entitas anak.

"Dana tersebut akan disalurkan melalui mekanisme penyertaan modal kepada tiga entitas anak sesuai dengan kebutuhan," kata Teguh dalam keterangan resmi, ditulis Minggu (19/2/2023).

Dana tersebut akan digunakan untuk PT Borneo Sawit Perdana (BSP) sebesar 42,40 persen, PT Bina Sarana Sawit Utama (BSSU) mendapatkan sebesar 47 persen untuk kebutuhan biaya belanja modal guna melakukan penanaman baru tanaman kelapa sawit. 

Sisa dana IPO sebesar 10,6 persen akan digunakan oleh PT Prasetya Mitra Muda (PMM) untuk modal kerja dalam pembelian pupuk dan bahan kimia pertanian. 

Sedangkan dana yang diperoleh Perseroan dari hasil pelaksanaan waran seri I seluruhnya akan digunakan untuk belanja modal ke entitas anak dengan mekanisme penyertaan modal.

2 dari 3 halaman

Harga Saham Nusantara Sawit Sejahtera

Harga saham NSS yang ditawarkan kepada publik berada di rentang Rp122-Rp190 per saham. Dengan demikian, dana segar yang berpotensi diraup Perseroan sekitar Rp435,32 miliar sampai dengan Rp677,96 miliar.

Sebagai pemanis, secara bersamaan dengan IPO saham, NSS juga menerbitkan sebanyak 1,784 miliar waran seri I, atau sebanyak 8,82 persen dari total saham ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran dalam rangka IPO ini disampaikan.

Setiap pemegang dua saham baru berhak memperoleh satu waran seri I, di mana setiap pemegang satu waran seri I berhak membeli satu saham baru dengan harga pelaksanaan sebesar Rp182 hingga Rp285 per saham. Jika seluruhnya dilaksanakan oleh pemegang waran seri I, dana yang akan diperoleh Perseroan sebesar Rp324,709 miliar sampai dengan Rp508,473 miliar.

Saham dan waran NSS bernominal Rp50 per saham itu akan dicatatkan di BEI pada 10 Maret 2023.  “Kami berharap, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat menerbitkan pernyataan efektif untuk IPO pada 28 Februari 2023,” ujar dia.

Perseroan menunjuk PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, PT Sucor Sekuritas, dan PT Samuel Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek.

 

3 dari 3 halaman

Potensi Bisnis CPO

Ke depan, Teguh meyakini, bisnis CPO masih memiliki potensi besar di Indonesia. Per September 2022, penjualan NSS mencapai Rp 864,31 miliar. Pencapaian ini naik 13,2 persen dibandingkan penjualan NSS sebesar Rp 763,38 miliar per September 2021.

Kenaikan penjualan tersebut didorong oleh peningkatan penjualan CPO sebesar 9,5 persen dan peningkatan penjualan PK sebesar 17,3 persen. Ini dipicu oleh kenaikan harga jual rata-rata CPO sebesar 17,8 persen dan kenaikan harga jual rata-rara PK sebesar 26,8 persen.

Dari penjualan tersebut, NSS membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp66,07 miliar. Laba tersebut turun 56,1 persen, dari periode sama 2021 yang mencapai Rp147,56 miliar. 

Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan laba sebelum manfaat pajak penghasilan badan sebesar Rp89,98 miliar atau sekitar 46,3 persen.

Sementara itu, total aset Perseroan per 30 September 2022 turun 1,4 persen, dari Rp2,975 triliun per 31 Desember 2021 menjadi Rp2,932 triliun per 30 September 2022. Penurunan aset Perseroan disebabkan oleh penurunan aset lancar sebesar Rp123,59 miliar atau sebesar 31,1 persen.

Sedangkan total liabilitas Perseroan mengalami penurunan sekitar 4,5 persen, dari Rp2,415 triliun per 31 Desember 2021 menjadi Rp2,307 triliun per 30 September 2022. Ini disebabkan oleh penurunan liabilitas jangka pendek sebesar Rp121.9 miliar atau sebesar 33,6 persen. 

Adapun total ekuitas NSS meningkat sebesar 11,8 persen, dari 559,254 miliar per 31 Desember 2021 menjadi Rp625,326 miliar per 30 September 2022. Kenaikan tersebut disebabkan oleh penurunan akumulasi rugi sebesar Rp66,07 miliar.