Sukses

Wall Street Anjlok, Indeks Dow Jones hingga Nasdaq Catat Kinerja Terburuk 2023

Wall street tertekan pada perdagangan saham, 21 Februari 2023. Indeks Nasdaq catat koreksi terbesar di antara tiga indeks acuan lainnya. Investor khawatir kenaikan suku bunga dan laporan keuangan ritel mengecewakan.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan Selasa, 21 Februari 2023 seiring suku bunga lebih tinggi terus menekan sentimen pasar. Di sisi lain, kumpulan kinerja laba emiten ritel terbaru menimbulkan kekhawatiran tentang keadaan konsumen.

Dikutip dari CNBC, Rabu (22/2/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones anjlok 697,10 poin atau 2,06 persen ke posisi 33.129,59, dan catat penurunan terburuk indeks sejak 15 Desember ketika melemah 2,3 persen.

Indeks S&P 500 tergelincir 2 persen ke posisi 3.997,34, dan menandai hari terburuk sejak 15 Desember 2023, ketika melemah 2,5 persen. Semua sektor saham tertekan dengan saham discreationary konsumen alami koreksi terbesar yang mencapai 3,3 persen. Indeks Nasdaq anjlok 2,5 persen ke posisi 11.492,30.

Imbal hasil obligasi Amerika Serikat atau treasury bertenor 10 tahun naik menjadi 3,9 persen. Sedangkan imbal hasil obligasi AS bertenor dua tahun naik menjadi 4,7 persen. Tingkat imbal hasil tersebut mencapai tingkat yang tidak terlihat sejak November 2022. Hal ini seiring pelaku pasar yang bergulat dengan data inflasi yang lebih panas dari perkiraan.

Di sisi lain, pelaku pasar khawatir inflasi yang masih tinggi akan menyebabkan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu lebih lama yang dapat menyebabkan ekonomi mengalami resesi.

“Saya pikir itu adalah pasar saham yang akhirnya mengikuti apa yang dikatakan pasar treasury selama beberapa minggu,” ujar Chief Market Strategist Art Hogan, B.Riley dikutip dari CNBC.

 

2 dari 4 halaman

Investor Perhatikan Pesan The Fed

Hogan menambahkan, alih-alih satu katalis utama untuk penurunan pasar, efek kumulatif dari data dan pesan the Fed menyebabkan investor memperhatikan.

“Sekarang saya pikir pasar saham mengejar fakta pejabat the Fed serius, dan data ini mungkin berarti suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu lama, ini hanya atasi ketertinggalan,” ujar dia.

Sementara itu, Home Depot, salah satu jajaran di Dow Jones mencatat kinerja buruk dengan merosot 7 persen. Home Depot mencatat pendapatan lebih lemah dari perkiraan pada kuartal IV.

Sementara itu, the Fed akan merilis risalah pertemuan 31 Januari-1 Februari pada Rabu, 22 Februari 2023 waktu setempat. Bank sentral AS menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin pada pertemuan itu.

LPL Finance mengatakan, pasar sudah mulai mendengarkan pesan the Federal Reserve. Strategist LPL Finance Jeffry Bucgbinder dan Quincy Krosby menuturkan, indikator ekonomi baru-baru ini termasuk indeks harga konsumen dan penjualan eceran menunjukkan inflasi masih menguat. “Pasar berjangka the Fed Funds dengan cepat menyesuaikan probabilitas juga, memperkirakan potensi kenaikan suku bunga pada pertemuan the Fed Juni,” tulis Strategist LPL Financial.

Strategist LPL Financial juga menyampaikan apa yang telah menarik perhatian pasar, bagaimana pun adalah kemungkinan kecil untuk menaikkan suku bunga 50 basis poin pada pertemuan Maret 2023.

 

3 dari 4 halaman

Saham Emiten China Melemah di Bursa AS

“Dua anggota Federal Open Market Committee (FOMC) Loretta Mester dan James Bullard yang tidak memberikan suara membuat komentar menyarankan kenaikan suku bunga 50 basis poin pada Maret mungkin diperlukan untuk membantu inflasi, pasar mendengarkan,” tambah mereka.

Investor akan mencermati data ekonomi pekan ini yang akan memberikan wawasan tentang bagaimana the Fed akan melanjutkan kebijakan moneternya. Tingkat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada Februari akan rilis pada Kamis pekan ini, serta indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) pada Jumat, 24 Februari 2023.

Saham teknologi China yang tercatat di AS anjlok pada Selasa, 21 Februari 2023. Saham JD.Com dilaporkan meluncurkan program subsidi untuk bersaing dengan Pnduoduo. Dua saham itu masing-masing turun lebih dari 11 persen dan 9 persen. Saham Alibaba tergelincir 5 persen, theKraneShares CSI Internet ETF China melemah lebih dari 3 persen.

4 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street 17 Februari 2023

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Jumat, 17 Februari 2023 seiring inflasi tinggi dan sentimen kekhawatiran investor terhadap kenaikan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

Dikutip dari CNBC, Sabtu (18/2/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melambung 129,84 poin atau 0,39 persen ke posisi 33.826,69. Indeks Dow Jones melambung berkat saham Amgen dan United Health. Dua saham tersebut masing-masing naik 2,69 persen dan 2,41 persen.

Indeks S&P 500 susut 0,28 persen ke posisi 4.079,09. Indeks Nasdaq melemah 0,58 persen ke posisi 11.787,27. Sektor saham energi jadi penghambat terbesar. Saham Devon Energy terpangkas 4,29 persen sehingga menekan S&P 500.

Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun dan dua tahun sentuh level yang tidak terlihat sejak November 2022. Hal itu membebani saham pada awal sesi.

Sementara itu, selama sepekan, kinerja indeks acuan bervariasi di wall street. Indeks Dow Jones melemah 0,13 persen. Indeks Dow Jones catat koreksi dalam tiga minggu, pertama kali sejak September 2022. Indeks S&P 500 turun 0,28 persen dalam sepekan. Indeks Nasdaq bertambah 0,59 persen.

Investor khawatir bagaimana ekonomi dan saham bertahan seiring bank sentral AS atau the Fed tetap menaikkan suku bunga seiring inflasi masih tinggi. Pada pidato Jumat, 17 Februari 2023, Gubernur the Fed Michelle Bowman menuturkan, ada jalan panjang ditempuh sebelum bank sentral meraih target inflasi 2 persen.

“Kami telah berada dalam tarik menarik yang sangat kontroversial antara pasar saham dan treasury,” ujar Chief Market Strategist B.Riley, Art Hogan, dikutip dari CNBC.