Sukses

Bursa Saham Asia Kembali Lesu, Investor Masih Cerna Data Ekonomi

Bursa saham Asia Pasifik lesu pada perdagangan Rabu, 22 Februari 2023. Bursa saham Asia Pasifik yang melemah ini ikuti wall street yang tertekan.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan saham Rabu, (22/2/2023) seiring investor mencerna data ekonomi regional.

Dikutip dari data CNBC, indeks Nikkei 225 melemah 1,44 persen seiring rilis indeks harga produsen naik 1,6 persen. Indeks Topix tergelincir 1,28 persen. Di Korea Selatan, indeks Kospi terpangkas 1,29 persen dan indeks Kosdaq tergelincir 1,17 persen.

Indeks  ASX melemah 0,45 persen di Australia. Koreksi indeks ASX terjadi di tengah indeks harga upa pada kuartal IV 2022 lebih rendah dari prediksi. Di Selandia Baru, indeks NZX 50 melemah 0,78 persen seiring bank sentral Jepang menaikkan suku bunga acuan dari 4,25 persen menjadi 4,75 persen.

Sementara itu, anggaran Hong Kong akan disampaikan  oleh Financial Secretary Paul Chan, termasuk data produk domestik bruto (PDB) pada 2022. Indeks Hang Seng susut, dan indeks Hang Seng teknologi terpangkas 1,05 persen. Di bursa saham China, indeks Shenzhen merosot 0,48 persen, dan indeks Shanghai terbenam 0,44 persen.

Di wall street, indeks Dow Jones merosot 2,06 persen, indeks S&P 500 susut 2 persen, dan catat penutunan terburuk sejak 15 Desember. Indeks Nasdaq merosot 2,5 persen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penutupan Bursa Saham Asia 21 Februari 2023

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Selasa, 21 Februari 2023 seiring investor menunggu data aktivitas pabrik regional.

Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,21 persen ke posisi 7.336,3, dan investor cerna data indeks purchasing manager Judo Bank yang naik menjadi 49,2, angka ini di bawah 50 yang memisahkan pertumbuhan dan kontraksi. Indeks PMI menunjukkan jasa dan manufaktur sebagai ukuran kesehatan ekonomi yang dapat diandalkan.Demikian mengutip dari CNBC.

Bank sentral Australia merilis risalah dari pertemuan kebijakan Februari yang kembali menegaskan kembali komentar dari Gubernur Philip Lowe kalau kenaikan suku bunga lebih lanjut akan diperlukan.

Di Hong Kong, indeks Hang Seng memimpin koreksi melemah 1,5 persen, dan indeks Hang Seng teknologi turun 3,09 persen.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 merosot 0,21 persen ke posisi 27.473,1 dan indeks Topix mendaki ke posisi 1.997,46 dengan indeks PMI Jepang melemah ke posisi 47,4, turun dari 48,9 pada Januari 2023.

Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,16 persen ke posisi 2.458,96. Indeks Kosdaq menguat 0,57 persen ke posisi 793,42.

Di China, indeks Shenzhen menguat 0,12 persen ke posisi 11.968,6. Indeks Shanghai bertambah 0,41 persen ke posisi 3.303,14.

 

3 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street 21 Februari 2023

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan Selasa, 21 Februari 2023 seiring suku bunga lebih tinggi terus menekan sentimen pasar. Di sisi lain, kumpulan kinerja laba emiten ritel terbaru menimbulkan kekhawatiran tentang keadaan konsumen.

Dikutip dari CNBC, Rabu (22/2/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones anjlok 697,10 poin atau 2,06 persen ke posisi 33.129,59, dan catat penurunan terburuk indeks sejak 15 Desember ketika melemah 2,3 persen. Indeks S&P 500 tergelincir 2 persen ke posisi 3.997,34, dan menandai hari terburuk sejak 15 Desember 2023, ketika melemah 2,5 persen. Semua sektor saham tertekan dengan saham discreationary konsumen alami koreksi terbesar yang mencapai 3,3 persen. Indeks Nasdaq anjlok 2,5 persen ke posisi 11.492,30.

Imbal hasil obligasi Amerika Serikat atau treasury bertenor 10 tahun naik menjadi 3,9 persen. Sedangkan imbal hasil obligasi AS bertenor dua tahun naik menjadi 4,7 persen. Tingkat imbal hasil tersebut mencapai tingkat yang tidak terlihat sejak November 2022. Hal ini seiring pelaku pasar yang bergulat dengan data inflasi yang lebih panas dari perkiraan.

 

4 dari 4 halaman

Pelaku Pasar Khawatir Inflasi

Di sisi lain, pelaku pasar khawatir inflasi yang masih tinggi akan menyebabkan bank sentral AS atau the Federal Reserve mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu lebih lama yang dapat menyebabkan ekonomi mengalami resesi.

“Saya pikir itu adalah pasar saham yang akhirnya mengikuti apa yang dikatakan pasar treasury selama beberapa minggu,” ujar Chief Market Strategist Art Hogan, B.Riley dikutip dari CNBC.

Hogan menambahkan, alih-alih satu katalis utama untuk penurunan pasar, efek kumulatif dari data dan pesan the Fed menyebabkan investor memperhatikan.

“Sekarang saya pikir pasar saham mengejar fakta pejabat the Fed serius, dan data ini mungkin berarti suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu lama, ini hanya atasi ketertinggalan,” ujar dia.

Sementara itu, Home Depot, salah satu jajaran di Dow Jones mencatat kinerja buruk dengan merosot 7 persen. Home Depot mencatat pendapatan lebih lemah dari perkiraan pada kuartal IV.

Sementara itu, the Fed akan merilis risalah pertemuan 31 Januari-1 Februari pada Rabu, 22 Februari 2023 waktu setempat. Bank sentral AS menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin pada pertemuan itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.