Liputan6.com, Jakarta - PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) adalah sebuah perusahaan publik yang berinvestasi di bidang ritel dan telekomunikasi. Perusahaan lebih akrab dikenal sebagai entitas dibalik Indomaret. Perusahaan didirikan pada 16 November 1995 dengan nama PT Dyviacom Intrabumi.
Pada September tahun berikutnya, perseroan resmi menjadi salah satu pemain di internet service provider (ISP) dengan merek usaha DNET. Pada November 2000, perseroan melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada aksi tersebut, Indoritel Makmur Internasionalmelepas 64 juta lembar saham dengan harga penawaran Rp 250 per lembar. Sehingga perseroan berhasil menghimpun Rp 16 miliar dari IPO.
Baca Juga
Pada 2007, perseroan diambil alih oleh PT Philadel Terra Lestari yang melanjutkan usahanya di bidang teknologi informasi. Hingga pada pertengahan 2013, perseroan melakukan penawaran umum terbatas (PUT) I dengan menerbitkan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.
Advertisement
Dalam aksi tersebut, perseroan menerbitkan 14 miliar saham baru dan berhasil meraup dana segar Rp 7 triliun. Dana tersebut dialokasikan untuk investasi pada tiga perusahaan yang bergerak di industri ritel, restoran cepat saji, dan makanan.
Bersamaan dengan itu, perseroan melakukan perubahan nama menjadi PT Indoritel Makmur Internasional Tbk untuk mencerminkan akuisisi dan perubahan fokus bisnis perusahaan, dari penyediaan layanan internet untuk menjadi perusahaan holding investasi yang berfokus terutama pada industri konsumen dan ritel di Indonesia. Setelah Penawaran Umum Terbatas, pemegang saham pengendali adalah PT Megah Eraraharja.
3 Perusahaan yang Diakuisisi Indoritel
Tiga perusahaan yang diakuisisi antara lain, Indomaret, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), dan KFC Indonesia Tbk (FAST).
Rinciannya, perseroan mengakuisisi 40 persen kepemilikan di Indomaret, operator minimarket terbesar di Indonesia berdasarkan jumlah toko. Dengan demikian, Indoritel menjadi emiten terasosiasi dengan PT Indomarco Prismatama. Indomarco Prismatama ini merupakan perusahaan pemegang merek jaringan ritel Indomaret.
Kemudian mengakuisisi 25,77 persen saham ROTI dari Treasure East Investment Limited, yang kini juga menjadi pemegang saham perusahaan. Namun pada 2017, perseroan mengalihkan HMETD sejumlah 354,28 juta lembar dalam rights issue ROTI ke Bonlight Investment, sehingga kepemilikan perseroan atas ROTI berubah menjadi 25,77 persen.
Adapun untuk FAST, perseroan mengakuisisi 35,84 persen saham pengelola restoran KFC itu dari PT Megah Eraraharja, yang kini juga menjadi pemegang saham pengendali perusahaan.
Pada 2014, Divisi IT perseroan mengakuisisi perangkat lunak untuk manajemen perusahaan distribusi, NexSoft untuk memperluas portofolio produk solusi perangkat lunak. Pada 106, perseroan melepas segmen ini dengan cara mengalihkan hak kepemilikan perangkat lunak NexSoft serta kegiatan usaha atau bisnisnya ke PT Paramadaksa Teknologi Nusantara.
Perseroan terafiliasi dengan Anthoni Salim selaku pemegang 23,3 persen saham DNET. Anhoni sendiri menduduki urutan ke-5 sebagai daftar Indonesia’s 50 Richest 2022 versi Forbes dengan kekayaan saat itu mencapai USD 7,5 miliar.
Selain Anthoni Salim, pemegang saham lainnya yakni Hannawell Group Limited dengan porsi kepemilikan 39,35 persen, PT Megah Eraraharja 20,13 persen, dan sisanya 14,22 persen merupakan kepemilikan publik.
Pada perdagangan saham Kamis, 23 Februari 2023, saham DNET melambung 0,76 persen ke posisi Rp 4.000 per saham. Saham DNET dibuka stagnan di posisi Rp 3.970 per saham. Saham DNET berada di level tertinggi Rp 4.000 dan terendah Rp 3.930 per saham. Total frekuensi perdagangan 23 kali dengan volume perdagangan 31 saham. Nilai transaksi Rp 12,3 juta. Nilai kapitalisasi pasar tercatat Rp 56,74 triliun.
Â
Advertisement
Kinerja Keuangan
Hingga paruh pertama tahun lalu, PT Indoritel Makmur Internasional Tbk meraih pendapatan dari kontrak dengan pelanggan Rp 469,73 miliar. Pendapatan tersebut tumbuh 46,68 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 320,23 miliar.
Pada periode yang sama, perseroan meraih laba dari entitas asosiasi dan ventura bersama naik 139,76 persen menjadi Rp 491,07 miliar pada semester I 2022. Jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 204,81 miliar.
Perseroan juga mencatat kenaikan beban penjualan menjadi Rp 249,03 miliar pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 164,59 miliar. Sementara beban umum dan administrasi bertambah menjadi Rp 73,92 miliar pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 59 miliar. Pendapatan lainnya naik menjadi Rp 14,87 miliar pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 7,18 miliar.
Dengan melihat kinerja itu, perseroan meraih laba usaha Rp 651,18 miliar pada semester I 2022. Laba usaha itu tumbuh 112,58 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 306,31 miliar.
PT Indoritel Makmur Internasional Tbk pun membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 614,60 miliar pada semester I 2022. Laba tersebut tumbuh 120,74 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 278,42 miliar. Sehingga laba per saham dasar menjadi Rp 43,33 pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 19,63.