Sukses

Saham Pertamina Geothermal Energy Masuk Indeks Syariah, Efektif Hari Ini 24 Februari 2023

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk mencatatkan saham dengan kode saham PGEO pada perdagangan Jumat, 24 Februari 2023. Pada pencatatan perdana, saham PGEO masuk Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk mencatatkan saham perdana di papan utama pada perdagangan saham, Jumat (24/2/2023).

Perseroan mencatatkan saham perdana dengan kode saham PGEO. Jumlah saham yang akan dicatatkan sebesar 41,49 miliar saham yang terdiri dari saham pendiri sebesar 31,04 miliar saham dan penawaran umum kepada masyarakat atau initial public offering (IPO) sebesar 10,35 miliar saham dengan nilai nominal Rp 500 per saham. Harga penawaran Rp 875 per saham sehingga Pertamina Geothermal Energy meraup dana Rp 9,09 triliun dari IPO.

Selain itu, BEI juga telah memasukkan saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Hal tersebut berlaku efektif mulai 24 Februari 2023 hingga review daftar efek syariah (DES) berikutnya oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

BEI memasukkan saham Pertamina Geothermal Energy dalam indeks syariah dengan menunjuk pada Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor Kep-16/D.04/2023 tentang Penetapan Saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. sebagai Efek Syariah yang ditetapkan pada tanggal 16 Februari 2023. Selain itu juga Pengumuman PT Bursa Efek Indonesia No. Peng-00097/BEI.PSH/05-2011 tanggal 11 Mei 2011 tentang “Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)”.

Sementara itu, dalam keterangan tertulis, Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, Ahmad Yuniarto menuturkan, pelepasan saham perdana atau IPO (initial public offering) untuk mendukung rencana Perseroan mengembangkan kapasitas terpasang Perseroan sebesar 600 MW hingga 2027.

Perseroan menargetkan untuk meningkatkan basis kapasitas terpasangnya yang dioperasikan sendiri, dari 672MW saat ini menjadi 1.272MW pada 2027. Selain juga mendukung ambisi PGE untuk terus tumbuh dan mengembangkan seluruh value chain dari sumberdaya panas bumi Indonesia, sesuai dengan tagline PGE “Energizing Green Future”.

Ahmad menuturkan, PGE mencatatkan diri dengan kode saham PGEO telah menyelesaikan roadshow ke sejumlah negara selain Indonesia, di antaranya Singapura, Hong Kong, London, dan New York untuk mengundang investor domestik maupun investor asing untuk ikut berpartisipasi dalam penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) Pertamina Geothermal Energy.

2 dari 4 halaman

INA dan Masdar Masuk Jadi Investor

PGE berhasil menarik minat investor domestik maupun investor multinasional yang berkualitas untuk berpartisipasi dalam IPO PGE. Adapun beberapa investor domestik dan multinasional yang turut berpartisipasi dalam IPO PGE antara lain adalah Indonesia Investment Authority (INA) dan Masdar, perusahaan clean energy yang berkantor pusat di United Arab Emirates (UAE).

Penawaran Umum IPO Perseroan mengalami kelebihan permintaan alias oversubscribed hingga 3,81 kali dari porsi pooling, melampaui target yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini merupakan pencapaian yang sangat cerah bagi Perseroan dan sebagai indikator positif tingkat kepercayaan investor kepada PGE.

 Berdasarkan informasi dan data dari prospektus, kapasitas pembangkit listrik panas bumi di Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan kuat dari sekitar 2,8GW pada 2022 menjadi sekitar 6,2GW pada 2030, dengan CAGR sekitar 10,4 persen, dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata global pada CAGR sekitar 3,9 persen dalam periode yang sama.

Pada 2030, Indonesia akan memiliki kapasitas panas bumi terbesar di dunia dengan menyumbang sebesar 28 persen dari proyeksi kapasitas panas bumi bersih secara global.

 

3 dari 4 halaman

Potensi Sumber Daya Panas Bumi Indonesia

Pertumbuhan ini didukung oleh potensi sumber daya panas bumi Indonesia yang signifikan, pertumbuhan permintaan pasar yang pesat serta dukungan kebijakan sebagai bagian utama dari roadmap pemerintah untuk meningkatkan kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi nasional. PGE saat ini mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 MW.

Rinciannya, kapasitas sebesar 672 MW dikelola langsung (own operation) dan 1.205 MW melalui skema Kontrak Operasi Bersama (Joint Operation Contract).

Adapun kapasitas PLTP 672 MW yang dikelola langsung oleh PGE berasal dari 6 Wilayah Kerja Panas Bumi, yaitu Kamojang di Jawa Barat 235 MW, Karaha di Jawa Barat 30 MW, Lahendong di Sulawesi Utara 120 MW, Ulubelu di Lampung sebesar 220 MW, Lumut Balai di Sumatera Selatan 55 MW dan Sibayak di Sumatera Utara 12 MW.

4 dari 4 halaman

Jadi Pendatang Baru di BEI

Sebelumnya, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) bakal melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (24/2/2023). 

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk mencatatkan saham perdana dengan kode saham PGEO.

Pertamina Geothermal Energy mencatatkan saham di papan utama dengan jumlah saham yang ditawarkan ke publik 10,35 miliar saham. Lalu, emiten pelat merah ini akan mencatatkan saham sejumlah 41,39 miliar saham. 

Adapun, harga penawaran saham Rp 875 per saham dengan nilai nominal Rp 500 per saham. Dengan demikian, Pertamina Geothermal Energy meraih dana segar Rp 9,05 triliun. 

Dalam rangka IPO, perseroan telah menunjuk penjamin pelaksana emisi efek antara lain PT CLSA Sekuritas Indonesia, PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia dan PT Mandiri Sekuritas (terafiliasi). Sedangkan penjamin emisi efek yang ditunjuk yakni PT HSBC Sekuritas Indonesia, PT Bahana Sekuritas (terafiliasi), PT Danasakti Sekuritas, dan PT Samuel Sekuritas.

Perseroan akan mengalokasikan sebanyak-banyaknya sebesar 1,50 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum perdana saham atau sebanyak-banyaknya 630.398.000 saham untuk program opsi pembelian saham kepada manajemen dan karyawan Perseroan (Management and Employee Stock Option Program/MESOP).

Sementara itu, Perseroan berencana mengalokasikan sekitar 85 persen akan digunakan untuk pengembangan usaha Perseroan hingga 2025.

Sisanya sekitar 15 persen akan digunakan perseroan untuk pembayaran sebagian facilities agreement tertanggal 23 Juni 2021 antara perseroan dengan Mandated Lead Arrangers, kreditur sindikasi awal dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai facility agent.