Sukses

Saham PGEO Stagnan, Harapan Wamen BUMN Pahala Pupus

Pada penutupan perdagangan saham Jumat, 24 Februari 2023, saham PGEO stagnan di Rp 875 per saham. Saham PGEO ditutup stagnan itu pupuskan harapan Wamen BUMN I Pahala Mansury.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk resmi tercatat dengan kode emiten PGEO di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Jumat, 24 Februari 2023. Lantas, bagaimana saham PGEO pada penutupan perdagangan hari ini?

Mengutip data RTI, saham PGEO dibuka naik Rp 50 ke posisi Rp 925 per saham dari harga awal Rp 875. Harga saham PGEO kembali ke posisi penawaran Rp 875 persaham alias ditutup stagnan pada penutupan perdagangan Jumat (24/2/2023).

Saham PGEO berada di level tertinggi Rp 925 dan terendah Rp 815 per saham. Total frekuensi perdagangan 45.095 kali dengan volume perdagangan 585,54 juta saham. Nilai transaksi harian Rp 488,82 miliar. 

Dengan demikian, harapan Wakil Menteri BUMN I (Wamen BUMN I) Pahala Nugraha Mansury pun pupus begitu saja. Lantaran, saham PGEO ditutup stagnan atau kembali ke awal harga penawaran.

"Moga-moga pencatatan saham hari ini bisa ditandai dengan warna hijau," kata Pahala dalam konferensi pers, Jumat (24/2/2023).

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menaruh harapan pencatatan perdana saham Pertamina Geothermal Energy ini akan bisa menajadi momentum bagi semua, khususnya Pertamina.

"Kami berharap dengan kesempatan pagi ini PGE bisa mengumpulkan dana sebesar Rp 9 triliun. Tentu dengan dana tesebut, akan menjadi tanggung jawab kepada PGE untuk bisa menadi perusahaan yang semakin terbuka, semakin akuntable, semakin transparan, semakin profesional," kata dia.

Dengan demikian, Pahala berharap dengan total dana IPO Rp 9 triliun dapat diinvestasikan dalam mengembangkan energi baru terbarukan (EBT). 

"Harapan kita, energi di Indonesia semakin bisa tersedia dengan lebih efisien, luas karena harapannya pengembangan kapasitas energi ke depan semakin tinggi dan secara industri semakin kompetitif," ujar dia.

 

2 dari 3 halaman

Pertamina Geothermal Energy Resmi Masuk Pasar Modal, Wamen BUMN Ungkap Hambatan IPO PGE

Sebelumnya, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk resmi tercatat dengan kode emiten PGEO di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Jumat, 24 Februari 2023. Setelah itu, akan disusul dengan rencana penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) PT Pertamina Hulu Energy (PHE).

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengungkapkan soal hambatan IPO PHE, salah satunya terkait batasan jumlah saham free float atau yang beredar di masyarakat setelah penawaran umum paling sedikit 10 persen. 

Berdasarkan ketentuan III.2.6.3 Peraturan No. I-A, Bursa mengatur perusahaan dengan ekuitas lebih dari Rp 2 triliun, jumlah saham Free Float setelah Penawaran Umum paling sedikit 10 persen dari jumlah saham yang akan dicatatkan di Bursa.

"PHE kita aka review dan bicarakan dengan Bursa dan OJK. Karena mengenai batasan nilai tadi itu tentunya menajdi salah satu pertimbangan," kata Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury saat ditemui di Mainhall BEI, Jumat (24/3/2023).

"Karena perusahaan besar seperti PHE atau lainnya kapitalisasinya 1 persen saja sudah di atas nilai tertinggi IPO yang pernah ada. Ini nanti ke depan perlu kita diskusi mengenai bagaimana untuk BUMN atau anak usaha BUMN atau subholding yang sudah besar," ia menambahkan.

Pahala menuturkan, IPO menjadi ajang bagi perusahaan untuk membuka diri, transparan, lebih profesional dan melakukan penghimpunan dana untuk bisa melakukan pengembangan ke depan. 

"Yang bisa kita lakukan adalah melakukan terus menerus melakukan upaya bagaimana meningkatkan fundamental masing-masing perusahaan dan bisa melanjutkan upaya menambah jumlah BUMN yang terutama memang sudah memiliki size cukup besar," kata dia.

 

3 dari 3 halaman

Komitmen Pertamina

Di sisi lain, Direktur Utama Pertamina Nicke W menuturkan, pihaknya memiliki rencana untuk unlock value Grup Pertamina dan memang ada rencana melakukan lagi IPO di subholding.

"Memang ada rencana melakukan lagi IPO di subholding, ini untuk kita mempercepat kemandirian energi karena hari ini kita masih impor sebagian crude dan juga BBM," kata dia.

Dalam upaya untuk meningkatkan kapasitas tersebut, dengan potensi yang ada di Indonesia baik minyak atau gas, diperlukan investasi yang besar.

"Komitmen itu kita wujudkan dan sebagian besar investasi kita diarahkan ke upstream dan kita lakukan unlock value untuk subholding upstream. Karena walaupun transisi energi tetap berjalan, tapi migas di Indonesia yang cadangannya besar, kita akan proses jadi chemical, di mana ini diperlukan dan akan terus meningkat demandnya," ujar Nicke.

Dengan demikian, Grup Pertamina berkomitmen meningkatkan value dari subholding minyak dan gas. "Jadi komitmen untuk meningkatkan value dari subholding oil dan gas akan kita tingkatkan," tandasnya.