Sukses

Emiten Garap Kendaraan Listrik, Bagaimana Rekomendasi Sahamnya?

Sejumlah emiten terjun menggarap kendaraan listrik. Apalagi pemerintah umumkan ada insentif untuk motor listrik. Lalu bagaimana rekomendasi saham emiten yang terjun garap kendaraan listrik?

Liputan6.com, Jakarta - Analis menilai, prospek emiten yang terjun ke bisnis kendaraan listrik dinilai positif. Hal tersebut ditopang oleh sentimen positif, seperti insentif motor dan mobil listrik dari pemerintah.

Senior Research Analyst Mirae Asset Sekuritas menyebut, beberapa emiten yang menggarap kendaraan listrik memiliki prospek yang cerah. Asal tahu saja, emiten-emiten yang terlibat dalam bisnis kendaraan listrik antara lain PT Astra International Tbk (ASII), PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS) PT Indika Energi Tbk (INDY), PT NFC Indonesia Tbk (NFCX), PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS), PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).

Robertus merekomendasikan saham ASII untuk dipertimbangkan oleh investor.

Analis Henan Putihrai Sekuritas Ezaridho Ibunatama menuturkan, prospek emiten yang terjun ke bisnis kendaraan listrik masih harus dicermati. Lantaran, rata-rata masyarakat menengah ke bawah tidak cukup daya listrik untuk mengisi baterai kendaraan listrik. 

"Rumah tangga kecil ke menengah mempunyai daya listrik 900-5,500 VA. Dengan ALVA ONE, INDY menargetkan konsumen menengah ke atas karena mereka bisa memfasilitaskan charging kendaraan listrik di rumahnya," kata Ezaridho.

Menurut ia, saham emiten kendaraan listrik dipengaruhi sejumlah sentimen, seperti keterbatasan daya listrik rumah tangga, risiko tren jangka pendek, dan pemilihan presiden 2024. Untuk rekomendasi sahamnya, Ezaridho memilih saham INDY untuk dicermati.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

2 dari 4 halaman

Kinerja IHSG 20-24 Februari 2023

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada perdagangan saham 20-24 Februari 2023. Koreksi IHSG yang terjadi dipengaruhi sentimen eksternal terutama kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (25/2/2023), IHSG merosot 0,57 persen ke posisi 6.856,57 dari 6.895,71. Kapitalisasi bursa turun terbatas 0,01 persen selama sepekan. Kapitalisasi pasar bursa merosot Rp 1,2 triliun menjadi Rp 9.501,89 triliun dari pekan lalu Rp 9.503,09 triliun.

Rata-rata nilai transaksi harian bursa terpangkas 2,43 persen menjadi Rp 8,87 triliun dari Rp 9,09 triliun pada sepekan sebelumnya. Rata-rata frekuensi transaksi harian bursa tergelincir 6,72 persen menjadi 1.004.732 dari 1.077.079 transaksi pada pekan lalu. Volume transaksi harian bursa turun 20,18 persen menjadi 16,09 miliar saham dari 20,16 miliar saham pada pekan lalu.

Investor asing mencatatkan aksi beli Rp 77,13 miliar pada Jumat, 25 Februari 2023. Selama sepekan, investor asing melakukan aksi beli saham Rp 303,21 miliar. Sepanjang 2023, investor asing mencatat nilai bersih Rp 162,76 miliar.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, selama sepekan pasar masih dipengaruhi sentimen global. Perhatian investor, menurut Herditya masih tertuju pada the Fed atas sikap hawkish terhadap kebijakan moneternya.

“The Fed nampaknya masih akan mempertahankan kenaikan suku bunganya untuk menurunkan inflasi hingga target yang ingin dicapai yakni 2 persen,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

Sedangkan dari sentimen internal, menurut Herditya tidak terlalu banyak. Pergerakan IHSG masih dipengaruhi sentimen luar negeri dan harga komoditas.

Untuk pekan depan, Herditya memperkirakan, sentimen the Fed masih mempengaruhi pasar. Pada pekan depan akan ada rilis inflasi Indonesia. "Untuk pergerakan IHSG masih berpeluang menguat terbatas dengan support 6.781 dan resist 6.923,” kata dia.

 

 

 

3 dari 4 halaman

Pencatatan Obligasi dan Saham di BEI

Pada pekan ini, BEI mencatatkan obligasi dan saham baru dari dua perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pada Kamis, 23 Februari 2023, PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) menerbitkan obligasi berkelanjutan VI Sarana Multigriya Finansial tahap IV tahun 2023 yang resmi dicatatkan di BEI senilai Rp 2 triliun berjangka waktu lima tahun.

Adapun hasil pemeringkatan dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) untuk obligasi adalah idAAA PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk bertindak sebagai wali amanat dalam emisi ini.

Dengan demikian, total emisi obligasi dan sukuk yang telah tercatat sepanjang 2023 adalah 12 emisi dari 11 emiten senilai Rp 12,48 triliun.  Hingga kini, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 516 emisi dengan nilai nominal outstading Rp 455,03 triliun dan USD 47,5 juta, diterbitkan 126 emiten.

Di sisi lain, surat berharga negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 189 seri dengan nilai nominal Rp 5.425,54 triliun dan USD 452,11 juta. Efek beragun aset (EBA) sebanyak delapan emisi Rp 3,3 triliun.

Pada Jumat, 24 Februari 2023, pembukaan perdagangan BEI dibuka dengan pencatatan perdana saham dari anak usaha PT Pertamina (Persero), yaitu PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) yang sahamnya dicatatkan pada Papan Utama BEI. PGEO menjadi perusahaan tercatat ke-19 di BEI pada tahun 2023. PGEO bergerak pada sektor Infrastructures dengan subsektor Utilities. PGEO bergerak pada industri dan subindustri adalah Electric Utilities. Pada acara seremoni pencatatan perdana saham PGEO, turut dihadiri oleh Wakil Menteri BUMN I, Pahala Nugraha Mansury

 

4 dari 4 halaman

Penutupan IHSG 24 Februari 2023

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona hijau pada perdagangan saham Jumat, (24/2/2023).Penguatan IHSG tersebut ditopang mayoritas sektor saham yang menghijau.

Mengutip data RTI, IHSG naik 0,25 persen ke posisi 6.856,57 pada penutupan perdagangan saham jelang akhir pekan.  Indeks LQ45 menguat 0,27 persen ke posisi 946,93. Mayoritas indeks acuan menghijau.

Jelang akhir pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.880,31 dan terendah 6.850,41. Sebanyak 250 saham menguat dan 249 saham melemah. 224 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 997.206 kali dengan volume perdagangan 15 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 8,9 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.248.

Mayoritas indeks sektor saham (IDX-IC) menghijau. Sektor saham energi melonjak 0,73 persen, sektor saham industri bertambah 0,57 persen, sektor saham siklikal mendaki 0,29 persen, sektor saham kesehatan melonjak 0,75 persen, sektor saham teknologi bertambah 1,09 persen. Selanjutnya sektor saham infrastruktur mendaki 0,26 persen dan sektor transportasi naik 0,64 persen.

Sedangkan sektor saham basic terpangkas 0,05 persen, sektor saham nonsiklikal melemah 0,46 persen, sektor saham keuangan merosot 0,27 persen dan sektor saham properti turun 0,48 persen.

Di indeks LQ45, saham ESSA memimpin penguatan. Saham ESSA melambung 10,53 persen, saham MEDC bertambah 4,25 persen, saham KLBF naik 4,13 persen, saham AKRA melonjak 4,09 persen dan saham GOTO melambung 3,45 persen.

Investor asing melakukan aksi beli saham Rp 77,1 miliar jelang akhir pekan. Tercatat aksi beli investor asing mencapai Rp  162,7 miliar pada 2023.