Sukses

Bursa Saham Asia Pasifik Perkasa, Data Industri Korea Selatan Melemah

Bursa saham Asia Pasifik menanjak pada perdagangan saham Kamis, 2 Maret 2023. Penguatan bursa saham Asia Pasifik di tengah wall street bervariasi dan imbal hasil obligasi AS melonjak.

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan saham Kamis (2/3/2023) setelah imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) menyentuh 4 persen di wall street.

Dikutip dari CNBC, indeks Kospi Korea Selatan mendaki 0,91 persen, sedangkan indeks Kosdaq bertambah 0,3 persen. Hal ini seiring hasil industri melemah 12,7 persen pada Januari, lebih lemah dari prediksi 8,9 persen. Selain itu, investor juga menanti rilis data aktivitas pabrik pada Februari 2023.

Di Australia, indeks ASX 200 bertambah 0,31 persen. Di Jepang, indeks Nikkei 225 menanjak 0,11 persen dan indeks Topix bertambah 0,12 persen.

Singapura juga akan merilis data aktivitas pabrik pada Februari 2023. Di Amerika Serikat, wall street bervariasi. Indeks S&P 500 dan Nasdaq melemah, sedangkan indeks Dow Jones mendatar.

Pergerakan wall street itu terjadi seiring imbal hasil obligasi memperpanjang kenaikan. Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun mencapai 4 persen, untuk pertama kalinya sejak November 2022. Imbal hasil obligasi tenor 1 tahun naik di atas 5 persen.

Penutupan Wall Street

Dikutip dari CNBC,penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melemah 0,47 persen menjadi 3.951,39. Indeks Nasdaq tergelincir 0,66 persen ke posisi 11.379,48. Indeks Dow Jones mendatar hanya naik 5,14 poin ke posisi 32.661,84.

Pergerakan wall street terjadi seiring kenaikan hasil imbal obligasi masih berlanjut. Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun mencapai 4 persen untuk pertama kalinya sejak November 2022. Imbal hasil obligasi AS tenor 1 tahun naik di atas 5 persen.

Presiden the Federal Reserve (the Fed) Minneapolis Neel Kashkari menuturkan, kalau pihaknya terbuka untuk kemungkinan kenaikan suku bunga yang lebih besar pada pertemuan kebijakan the Fed bulan ini. “Apakah itu 25 atau 50 basis poin, tetapi belum mengambil keputusan,” kata dia, dikutip dari CNBC.

2 dari 3 halaman

Dibayangi Kebijakan Moneter

Sementara itu, Direktur Bank Wealth Management, William Northey menuturkan, saat ini berada dalam periode pemangkasan antara bank sentral yang menghentikan siklus kenaikan suku bunga dan melihat apa dampak kenaikan itu terhadap ekonomi riil.

“Kinerja untuk dua bulan pertama tahun ini terutama dipengaruhi oleh perubahan marjinal dalam ekspektasi jalur kebijakan moneter yang tepat pada 2023,” kata dia.

Ia menuturkan, pihaknya mengantisipasi lingkungan lebih baik untuk obligasi tetapi mengharapkan volatilitas dua sisi yang sedang berlangsung untuk saham global dan Amerika Serikat. Hal ini karena pasar mengukur kesehatan konsumen dan aktivitas perusahaan.

Sentimen pasar saham awalnya mendapatkan dorongan setelah rilis data yang jauh lebih kuat dari perkiraan dari China. Biro Statistik Nasional AS menyebutkan PMI manufaktur resminya naik menjadi 52,6 pada Februari, tertinggi yang tidak terlihat sejak April 2012.

Pergerakan itu terjadi setelah wall street menutup kinerja saham pada Februari 2023 yang lesu pada Selasa, 28 Februari 2023. Penurunan pasar pada Februari menyeret indeks Dow Jones ke wilayah negatif pada 2023, sementara dua indeks lainnya masih mempertahankan kenaikan.

3 dari 3 halaman

Perusahaan AS Cetak Rekor untuk Tebar Dividen

Sementara itu, perusahaan Amerika Serikat (AS) mencatat rekor tertinggi dalam pembagian dividen pada 2022. Namun, suku bunga yang lebih tinggi akan terus memperlambat pertumbuhan dividen sepanjang 2023, menurut indeks dividen global Janus Henderson.

Dividen naik 7,6 persen menjadi USD 574,2 miliar pada 2022. Produsen minyak menyumbang sepertiga dari pertumbuhan ini, sementara keuangan sepertiga lainnya, menurut catatan dari Janus Henderson. Perusahaan minyak AS melihat lonjakan arus kas pada 2022 karena harga energi yang tinggi.

Raksasa keuangan Wells Fargo, Morgan Stanley dan Blackstone menjadi kontributor terbesar untuk pertumbuhan.

Dalam catatan itu juga menyebutkan, sektor telekomunikasi adalah satu-satunya titik lemah yang menunjukkan pertumbuhan secara signifikan dipengaruhi setelah AT&T memangkas dividen tahunan hampir setengahnya menjadi USD 1,11 per saham pada Februari tahun lalu.

Sementara dividen mencapai titik tertinggi sepanjang masa, perusahan mengatakan pertumbuhan dividen Amerika Serikat melambat di setiap kuartal berturut-turut pada 2022, turun dari 10,4 persen pada kuartal I menjadi 5,5 persen pada kuartal IV. Sebagian besar atau 94 persen perusahaan AS menaikkan dan mempertahankan pembayaran dividen tahun lalu. Di sisi lain, dividen global naik 8,4 persen ke rekor USD 1,56 triliun dan melambat menjadi 7,8 persen pada kuartal IV 2022. Perusahaan prediksi tingkat pertumbuhan turun pada 2023.