Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) berhasil menjadi bank terbesar ke-6 di Indonesia. Bank ini merupakan hasil penggabungan atau merger dari Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Syariah pada 1 Februari 2021.
BSI juga tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 9 Mei 2018, saat itu bernama PT Bank BRISyariah Tbk. Berdasarkan kapitalisasi pasar BEI, per 3 Maret 2023, kapitalisasi pasar saham BRIS mencapai Rp 72,19 triliun.
Baca Juga
Menarik untuk diketahui, berikut Liputan6.com ulas singkat mengenai profil Bank Syariah Indonesia. PT Bank Syariah Indonesia Tbk secara resmi berdiri pada 1 Februari 2021 atau bertepatan dengan 19 Jumadil Akhir 1442 H. Bank Syariah Indonesia diresmikan secara langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara.
Advertisement
Bank Syariah Indonesia merupakan hasil penggabungan dari PT Bank BRIsyariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara resmi mengeluarkan izin penggabungan tiga usaha bank syariah tersebut pada 27 Januari 2021 melalui surat Nomor SR-3/PB.1/2021.
Komposisi pemegang saham Bank Syariah Indonesia adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 51,47 persen, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 23,24 perseb, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 15,38 persen. Sisanya saham BRIS dipegang masyarakat sebanyak 9,91 persen.
Penggabungan ini akan menyatukan kelebihan dari ketiga Bank Syariah sehingga menghadirkan layanan yang lebih lengkap, jangkauan lebih luas, serta memiliki kapasitas permodalan yang lebih baik. Didukung sinergi dengan perusahaan induk (Mandiri, BNI, BRI) serta komitmen pemerintah melalui Kementerian BUMN, Bank Syariah Indonesia didorong untuk dapat bersaing di tingkat global.
Penggabungan ketiga Bank Syariah tersebut merupakan ikhtiar untuk melahirkan Bank Syariah kebanggaan umat, yang diharapkan menjadi energi baru pembangunan ekonomi nasional serta berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat luas.
Pengembangan Ekosistem Industri Halal di Indonesia
Keberadaan Bank Syariah Indonesia juga menjadi cerminan wajah perbankan Syariah di Indonesia yang modern, universal, dan memberikan kebaikan bagi segenap alam (Rahmatan Lil ‘Aalamiin).
Selain itu, Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, memiliki potensi untuk menjadi yang terdepan dalam industri keuangan syariah.
Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap halal matter serta dukungan stakeholder yang kuat, merupakan faktor penting dalam pengembangan ekosistem industri halal di Indonesia, termasuk di dalamnya adalah Bank Syariah.
Bank Syariah memainkan peranan penting sebagai fasilitator pada seluruh aktivitas ekonomi dalam ekosistem industri halal. Keberadaan industri perbankan Syariah di Indonesia sendiri telah mengalami peningkatan dan pengembangan yang signifikan dalam kurun tiga dekade ini.
Inovasi produk, peningkatan layanan, serta pengembangan jaringan menunjukkan trend yang positif dari tahun ke tahun. Bahkan, semangat untuk melakukan percepatan juga tercermin dari banyaknya Bank Syariah yang melakukan aksi korporasi. Tidak terkecuali dengan Bank Syariah yang dimiliki Bank BUMN.
Advertisement
Bank Syariah Indonesia Targetkan Luncurkan Super App pada 2023
Sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) menjelaskan target di ranah digital pada 2023. Salah satu target BSI pada tahun depan, yakni peluncuran Super APP.
SEVP Digital & Transaction Banking Bank Syariah Indonesia (BSI) Parulian Saragih menuturkan, pihaknya ingin Super App ini segera diluncurkan. Kemudian,Bank Syariah Indonesia juga ada bank as a service.
"Target kita sebetulnya Supper App, kita ingin supper app ini segera di launching. Kemudian kita ada bank as a service, kita ingin kejar,” kata Parulian di sela 4th Indonesia Fintech Summit 2022, Jumat (11/11/2022).
Menurut ia, Super App ini menjadi kegiatan nasabah saat melakukan kontak dengan bank atau biasa disebut touchpoint.
"Karena, kita melihat bahwa Supper App touchpoint dengan nasabah kita, kita melihat bahwa kita perlu lebih dari satu touchpoint,” kata dia.
Tahap Peluncuran
Dia menambahkan, pihaknya ingin menggenjot dari sisi bank as a service. Sehingga, penawaran produk jasa-jasa dari BSI bisa dilakukan melalui channel yang lain.
"Touchpoint itu tidak perlu punya kita, bisa jadi punya partner-partner kita. Makanya bank as a service nya ingin push. Sehingga, penawaran produk jasa-jasa kita itu bisa lewat channel yang lain juga. Itu dua hal jadi kunci kita,” ujar dia.
Parulian menuturkan, Super App ini sebenarnya bukan tiba-tiba diluncurkan, melainkan ada beberapa tahap dalam peluncurannya.
“Super App itu cuma hasilnya saja di depan, cara kerja kita yang tadinya waterfall jadi agile. Nanti punya resource sendiri, terus kemudian punya digi lab sendiri, kemudian fitur-fitur kita update 4-6 minggu misalnya,” kata dia.
Dengan demikian, Parulian mengaku, BSI ingin membuat fitur di dalam Super App ini lebih baik dari yang sekarang.
"Jadi Super App satu, di belakang kerjanya besar, itu bisa diapresiasi ketika sudah launch, UI UX insyaallah lebih baik dari yang sekarang, bank as a service lebih baik dari yang sekarang,” pungkasnya.
Advertisement