Liputan6.com, Jakarta - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mendukung pemerintah mencapai target Net Zero Emission pada 2060. Dalam upaya mencapai target tersebut, Bukit Asam menerapkan praktek pertambangan yang baik (Good Mining Practice) dengan program-program dekarbonisasi.
Direktur Utama Bukit Asam Arsal Ismail menuturkan, hingga Desember 2022, tercatat total areal reklamasi PTBA sudah mencapai 2.151,84 hektar (ha). Pada lahan tersebut telah ditanam 2.689.800 batang pohon.Â
Baca Juga
Dia bilang, berbagai jenis pohon yang ditanam di antaranya Sengon, Jati, Mahoni, Kayu Putih, Akasia, Angsana, Merbau, Bambu, Jabon, Pinus, Johar, Lonkida, Gamal, Saga, Pulai, Trembesi, Waru, Jambu Mete, Bayur, Bambu, Matoa, Laban.
Advertisement
"Tak hanya reklamasi lahan, Bukit Asamtelah menjalankan sejumlah program untuk mendukung dekarbonisasi. Dari sisi operasional, perusahaan menerapkan Eco Mechanized Mining yaitu mengganti peralatan pertambangan yang menggunakan bahan bakar fosil menjadi elektrik," kata Arsal dalam konfrensi pers, Kamis (9/3/2023).
Adapun, berapa alat berbasis listrik yang telah digunakan PTBA di antaranya 7 Ekskavator Listrik berjenis Shovel PC-3000, 40 Dump Truck sekelas 100 Ton hybrid (Diesel dan Listrik), dan 6 Pompa Tambang berbasis listrik.
Sebagai langkah konkrit dalam mengurangi emisi karbon, PTBA telah mengoperasikan 5 unit bus listrik di Pelabuhan Tarahan dan 10 unit bus listrik di Unit Pertambangan Tanjung Enim, Total telah ada 15 unit bus listrik yang dioperasikan PTBA.Â
Penggunaan kendaraan listrik akan terus ditingkatkan sebagai langkah untuk mengurangi emisi karbon. Pengurangan emisi karbon diestimasikan mencapai 16 ton CO2/Tahun/Bus. Selain itu, penggunaan bus listrik mengurangi pemakaian bahan bakar minyak (BBM) hingga 9.672 liter/tahun/bus.
Bukit Asam juga menerapkan E-Mining Reporting System, yaitu sistem pelaporan produksi secara real time dan daring sehingga mampu meminimalkan pemantauan konvensional yang menggunakan bahan bakar.Â
Â
Program Dekarbonisasi Bukit Asam
Di sisi lain, PTBA bersama Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), serta Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) meluncurkan Pilot Project Kemitraan Pengusahaan Biomassa pada Cofiring PLTU Mulut Tambang di Sumatera Selatan pada 22 Desember 2022.
Pilot Project cofiring PLTU merupakan kerja bersama pemerintah, BUMN, swasta, akademisi dan asosiasi sebagai aksi nyata untuk menekan emisi.Â
Untuk tahap awal, cofiring akan dilakukan di PLTU Tanjung Enim 3x10 Megawatt (MW) milik PTBA. Pengujian cofiring biomassa di PLTU Tanjung Enim dilaksanakan secara bertahap, pada tahap awal sebesar 1-5 persen.Â
Tak hanya menekan emisi, cofiring juga bermanfaat dari sisi ekonomi. Hutan produksi, lahan reklamasi, lahan-lahan tidur yang tidak produktif, hingga lahan-lahan kritis atau terdegradasi dapat dimanfaatkan untuk tanaman-tanaman yang menjadi bahan baku biomassa.
"Program-program dekarbonisasi ini merupakan bagian dari roadmap manajemen karbon PTBA hingga 2050 yang akan terus dilaksanakan dan dikembangkan secara berkelanjutan di setiap lini perusahaan untuk memberikan hasil yang optimal," tandasnya.
Â
Advertisement
Pertumbuhan Produksi Batu Bara 41 Juta Ton pada 2023
Sebelumnya, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membidik pertumbuhan produksi batu bara 11 persen menjadi 41 juta ton pada 2023.Â
Direktur Utama Bukit Asam Arsal Ismail menuturkan, pihaknya menargetkan peningkatan produksi batu bara menjadi 41 juta ton untuk 2023 atau naik 11 persen dari realisasi 2022 yang sebesar 37,1 juta ton dengan target angkutan pada 2023 meningkat menjadi 32 juta ton atau naik 11 persen dari realisasi angkutan pada 2022 sebesar 28,8 juta ton.
"Bukit Asam menargetkan produksi batu bara menjadi 41 juta ton untuk tahun 2023 atau naik 11 persen dari realisasi tahun 2022 yang sebesar 37,1 juta ton dengan target angkutan pada 2023 meningkat menjadi 32 juta ton atau naik 11 persen dari realisasi angkutan tahun 2022 yang sebesar 28,8 juta ton," kata Arsal dalam konferensi pers, Kamis (9/3/2023).
Arsal juga menjelaskan terkait volume penjualan batu bara 2023, perseroan menargetkan peningkatan penjualan menjadi 41,2 juta ton atau naik 30 persen dari realisasi penjualan batu bara tahun lalu sebesar 31,7 juta ton.
Â
Â
Volume Penjualan Batu Bara
"Terkait volume penjualan batu bara 2023, Perseroan menargetkan peningkatan penjualan menjadi 41,2 juta ton atau naik 30 persen dari realisasi penjualan batu bara tahun 2022 yang sebesar 31,7 juta ton," kata dia.
Secara historis, total produksi batu bara Bukit Asam pada 2022 mencapai 37,1 juta ton, meningkat 24 persen dibanding 2021 yakni sebesar 30,04 juta ton. Sedangkan penjualan batu bara PTBA sampai dengan 2022 sebanyak 31,7 juta ton, tumbuh 12 persen dibanding 2021 yang sebesar 28,4 juta ton.
Sepanjang 2022, Bukit Asam mencatat penjualan ekspor PTBA sebesar 12,5 juta ton dan realisasi Domestic Market Obligation (DMO) tercatat sebesar 19,2 juta ton (216 persen dari target DMO) atau 119 persen dari realisasi 2021 yang sebesar 16,1 juta ton.
Advertisement