Liputan6.com, Jakarta - Harita Nickel dari Indonesia dikabarkan telah memulai roadshow kepada investor jelang penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). Harita Nickel dikabarkan incar dana USD 600 juta atau sektiar Rp 9,27 triliun pada akhir Maret 2023.
Dikutip dari mining-technology.com, ditulis Jumat (10/3/2023), ipo grup Harita Nickel sebagai langkah pertama untuk mempertahankan pengolahan nikel di Indonesia. Financial Times melaporkan, Harita Nickel, anak perusahaan dari Grup Harita berharap dapat meraih dana IPO Rp 9,27 triliun pada Maret 2023.
Baca Juga
Selain anak usaha dari grup Harita, Merdeka Battery Materials juga merencanakan pencatatan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada semester I 2023.
Advertisement
Sebelumnya, Hillcon, produsen nikel yang melepas saham ke publik pekan lalu, saat ini harga sahamnya diperdagangkan 25 persen lebih tinggi dari harga penawaran awal.
Mining Tecnology melihat, investor tampak antusias seiring Indonesia berupaya menjadi pemain kunci dalam rantai pasokan kendaraan listrik (EV). Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia dan merupakan produsen terbesar. Indonesia memiliki sekitar 22 persen cadangan nikel dunia.
Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) berharap Indonesia menjadi pemain kunci dalam rantai pasokan kendaraan listrik global. Ia menuturkan, sekitar 60 persen mobil listrik akan bergantung pada baterai kendaraan listrik, 60 persen pangsa pasar dunia.
Bangun Rantai Pasok Indonesia
Pada 2019, Indonesia melarang ekspor nikel mentah untuk memperluas kemampuan pemrosesan hilirnya. Sebagai bagian dari proses yang dikenal sebagai hilirisasi, perusahaan luar negeri didorong membangun pabrik produksi di Indonesia sehingga berkontribusi terhadap ekonomi domestik.
Menyusul larangan itu, pabrikan kendaraan listrik asing telah membuat rencana mengembangkan bisnis di negara tersebut. Perusahaan Korea Selatan LG Energy Solutions telah umumkan investasi USD 9,8 miliar di Indonesia untuk produksi kendaraan listrik. Pada 2021, LG Energy Solutions dan Hyundai Motor Group juga mulai pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik senilai USD 1,1 miliar di Bekasi, Jawa Barat.
Sementara itu, perusahaan kendaraan listrik China CATL telah investasi di industri Indonesia, sedangkan Tesla dan BYD sedang didekati pemerintah. Selain nikel, perusahaan logam lainnya juga akan gelar IPO. Amman Mineral International dikabarkan IPO hingga USD 1 miliar pada semester I 2023.
Advertisement
Adaro Minerals Gandeng Cita Mineral dan Aumay Garap Proyek Smelter Aluminium
Sebelumnya, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) melalui anak usaha PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI) menandatangani perjanjian pengambilan saham bersyarat dengan Aumay Mining Pte Ltd (Aumay) dan PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA) pada 20 Desember 2022.
KAI merupakan anak Adaro Minerals yang akan mengembangkan proyek smelter aluminium dalam tiga tahap pembangunan dengan perkiraan kapasitas total mencapai 1,5-2 juta ton per tahun. Pada tahap pertama yang akan menghasilkan 500.000 ton alumunium, sesuai jadwal diharapkan rampung pada 2025.
KAI akan menerbitkan 925.748 saham baru dengan nilai Rp 925,8 miliar atau sekitar USD 59,7 juta yang akan diambil oleh Aumay dan CITA. Setelah perjanjian ini, kepemilikan KAI antara lain PT Adaro Minerals Indonesia Tbk sebesar 65 persen melalui anak usahanya, Aumay sebesar 22,5 persen dan CITA sebesar 12,5 persen.
Presiden Direktur PT Adaro Minerals Indonesia Tbk, Christian Ariano Rachmat menuturkan, perseroan melakukan diversifikasi usaha melalui pengembangan proyek perdana di Kalimantan Utara ini.
Melalui KAI, smelter aluminium akan hasilkan komponen utama bagi indutri baterai kendaraan listrik dan energi terbarukan. “Selain itu, melalui proyek ini kami dapat melakukan ekspansi usaha serta diversifikasi pendapatan melalui proyek peningkatan nilai, meningkatkan produksi aluminium Indonesia, serta berkontribusi terhadap upaya Indonesia untuk menjadi pusat kendaraan listrik,” ujar dia dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat (23/12/2022).
Pembangunan jetty dan infrastruktur pendukung lainnya untuk smelter aluminium ini telah dimulai. Perseroan memperkirakan tahap pertama proyek ini akan rampung pada semester I 2025 dengan perkiraan waktu pembangunan sekitar 24 bulan.
PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) melalui anak usaha PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI) menandatangani perjanjian pengambilan saham bersyarat dengan Aumay Mining Pte Ltd (Aumay) dan PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA) pada 20 Desember 2022.
Kembangkan Proyek Smelter
KAI merupakan anak Adaro Minerals yang akan mengembangkan proyek smelter aluminium dalam tiga tahap pembangunan dengan perkiraan kapasitas total mencapai 1,5-2 juta ton per tahun. Pada tahap pertama yang akan menghasilkan 500.000 ton alumunium, sesuai jadwal diharapkan rampung pada 2025.
KAI akan menerbitkan 925.748 saham baru dengan nilai Rp 925,8 miliar atau sekitar USD 59,7 juta yang akan diambil oleh Aumay dan CITA. Setelah perjanjian ini, kepemilikan KAI antara lain PT Adaro Minerals Indonesia Tbk sebesar 65 persen melalui anak usahanya, Aumay sebesar 22,5 persen dan CITA sebesar 12,5 persen.
Presiden Direktur PT Adaro Minerals Indonesia Tbk, Christian Ariano Rachmat menuturkan, perseroan melakukan diversifikasi usaha melalui pengembangan proyek perdana di Kalimantan Utara ini.
Melalui KAI, smelter aluminium akan hasilkan komponen utama bagi indutri baterai kendaraan listrik dan energi terbarukan. “Selain itu, melalui proyek ini kami dapat melakukan ekspansi usaha serta diversifikasi pendapatan melalui proyek peningkatan nilai, meningkatkan produksi aluminium Indonesia, serta berkontribusi terhadap upaya Indonesia untuk menjadi pusat kendaraan listrik,” ujar dia dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat (23/12/2022).
Pembangunan jetty dan infrastruktur pendukung lainnya untuk smelter aluminium ini telah dimulai. Perseroan memperkirakan tahap pertama proyek ini akan rampung pada semester I 2025 dengan perkiraan waktu pembangunan sekitar 24 bulan.
Advertisement