Sukses

Produsen Nikel Grup Harita Bakal Incar Dana Rp 9 Triliun Melalui IPO, Ini Kata BEI

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan, kalau tidak dapat menyebut nama calon emiten sedang proses IPO. Namun, perusahaan terkait tambang nikel sudah ada di pipeline BEI.

Liputan6.com, Jakarta - Anak usaha Grup Harita milik orang kaya tertua di Indonesia Lim Hariyanto Wijaya Sarwono, PT Trimegah Bangun Persada (PT TBP) akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). 

Menanggapi hal tersebut, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengaku tidak bisa menyebut nama calon emiten yang akan tercatat di pasar modal. Akan tetapi, ia membenarkan ada perusahaan yang berhubungan dengan nikel dalam pipeline IPO di BEI.

"Yang berhubungan dengan mining nikel atau EV (electric vehicle) sudah ada di pipeline kita. Saya enggak ngomongin nama ya," kata Nyoman saat ditemui di BEI, Jumat (10/3/2023).

Dia bilang, BEI telah melakukan site visit dan meminta tahapan lebih lanjut. Dengan demikian, pihaknya tengah menunggu beberapa persetujuan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM).

"Kita tahapannya sudah site visit, sudah kita minta tahapannya lebih lanjut, dan kita menunggu ada beberapa persetujuan dari ESDM yang kita mintakan," kata dia.

Melansir Financial Times, Harita Nickel, anak perusahaan Grup Harita bakal menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) dengan mengincar dana USD 600 juta atau setara Rp 9,28 triliun (asumsi kurs Rp 15,472 per dolar AS) sebelum pembukuan pada Maret.

2 dari 3 halaman

IPO, Produsen Nikel Grup Harita Bakal Incar Dana Rp 9,27 Triliun

Sebelumnya, Harita Nickel dari Indonesia dikabarkan telah memulai roadshow kepada investor jelang penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). Harita Nickel dikabarkan incar dana USD 600 juta atau sektiar Rp 9,27 triliun pada akhir Maret 2023.

Dikutip dari mining-technology.com, ditulis Jumat (10/3/2023), ipo grup Harita Nickel sebagai langkah pertama untuk mempertahankan pengolahan nikel di Indonesia. Financial Times melaporkan, Harita Nickel, anak perusahaan dari Grup Harita berharap dapat meraih dana IPO Rp 9,27 triliun pada Maret 2023.

Selain anak usaha dari grup Harita, Merdeka Battery Materials juga merencanakan pencatatan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada semester I 2023.

Sebelumnya, Hillcon, produsen nikel yang melepas saham ke publik pekan lalu, saat ini harga sahamnya diperdagangkan 25 persen lebih tinggi dari harga penawaran awal.

Mining Tecnology melihat, investor tampak antusias seiring Indonesia berupaya menjadi pemain kunci dalam rantai pasokan kendaraan listrik (EV). Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia dan merupakan produsen terbesar. Indonesia memiliki sekitar 22 persen cadangan nikel dunia.

Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) berharap Indonesia menjadi pemain kunci dalam rantai pasokan kendaraan listrik global. Ia menuturkan, sekitar 60 persen mobil listrik akan bergantung pada baterai kendaraan listrik, 60 persen pangsa pasar dunia.

 

3 dari 3 halaman

Bangun Rantai Pasok di Indonesia

Pada 2019, Indonesia melarang ekspor nikel mentah untuk memperluas kemampuan pemrosesan hilirnya. Sebagai bagian dari proses yang dikenal sebagai hilirisasi, perusahaan luar negeri didorong membangun pabrik produksi di Indonesia sehingga berkontribusi terhadap ekonomi domestik.

Menyusul larangan itu, pabrikan kendaraan listrik asing telah  membuat rencana mengembangkan bisnis di negara tersebut. Perusahaan Korea Selatan LG Energy Solutions telah umumkan investasi USD 9,8 miliar di Indonesia untuk produksi kendaraan listrik. Pada 2021, LG Energy Solutions dan Hyundai Motor Group juga mulai pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik senilai USD 1,1 miliar di Bekasi, Jawa Barat.

Sementara itu, perusahaan kendaraan listrik China CATL telah investasi di industri Indonesia, sedangkan Tesla dan BYD sedang didekati pemerintah. Selain nikel, perusahaan logam lainnya juga akan gelar IPO. Amman Mineral International dikabarkan IPO hingga USD 1 miliar pada semester I 2023.

Â