Sukses

Kinerja Moncer, Berapa Gaji Direksi Emiten Batu Bara Pelat Merah Bukit Asam pada 2022?

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan kinerja keuangan baik laba dan pendapatan tumbuh double digit pada 2022. Lalu bagaimana gaji direksi dan komisarisnya?

Liputan6.com, Jakarta - Emiten batu bara pelat merah, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan kinerja moncer sepanjang 2022. Lantas, berapa gaji jajaran direksi Bukit Asam tahun lalu?

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, ditulis Minggu (12/3/2023), Bukit Asam mencatatkan total gaji, imbalan kerja, dan tunjangan lainnya dari jajaran direksi sebesar Rp 67,24 miliar pada 2022. Angka tersebut melonjak 37,27 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 48,98 miliar.

Sementara itu, total gaji, imbalan kerja, dan tunjangan lainnya dari jajaran komisaris naik 33,43 persen menjadi Rp 36,78 miliar dari tahun sebelumnya Rp 27,56 miliar. 

Sedangkan, total gaji, imbalan kerja, dan tunjangan lainnya dari personel manajemen kunci dewan lainnya sebesar Rp 7,55 miliar atau naik 54,26 persen dari tahun sebelumnya Rp 4,89 miliar. 

Sebelumnya, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan kinerja keuangan positif hingga akhir 2022. Bukit Asam membukukan pendapatan Rp 42,64 triliun, meningkat 45,72 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 29,26 triliun. 

Mengutip laporan keuangan Bukit Asam, ditulis Jumat, 3 Maret 2023, beban pokok pendapatan hingga akhir 2022 mencapai Rp 24,68 triliun atau meningkat 56,49 persen dari realisasi sebelumnya sebesar Rp 15,77 triliun.

Dengan demikian, laba bruto Bukit Asam melesat 33,23 persen menjadi Rp 17,96 triliun pada 2022 dari Rp 13,48 triliun pada 2021. Bukit Asam juga mencatatkan kenaikan laba usaha 52,16 persen menjadi Rp 15,14 triliun pada 2022 dari Rp 9,95 triliun.

Hingga akhir 2022 Bukit Asam mengantongi laba bersih periode berjalan sebesar Rp 12,56 triliun. Laba Bukit Asam melonjak 58,98 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 7,90 triliun.

Sementara itu, aset Bukit Asam senilai Rp 45,35 triliun hingga akhir 2022 meningkat dari akhir tahun lalu sebesar Rp 36,12 triliun. Kemudian, liabilitas Bukit Asam Rp 16,44 triliun hingga akhir 2022 naik dari akhir tahun lalu sebesar Rp 11,86 triliun.

Sedangkan, ekuitas perseroan tercatat sebesar Rp 28,91 triliun hingga akhir 2022 meningkat dari akhir tahun lalu Rp 24,25 triliun.

 

2 dari 4 halaman

Belanja Modal 2023

Sebelumnya,  PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) Rp 6,4 triliun pada 2023. Belanja modal tersebut akan dialokasikan untuk investasi.

"Belanja modal untuk 2022 target investasi Rp 2,9 triliun. Tetapi, kami ada sedikit peningkatan belanja. Ini di beberapa area meliputi investasi rutin perushaaan anak dan investasi yang sifatnya pengembangan, pada 2023 target investasi Rp 6,4 triliun," kata Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Farida Thamrin dalam konferensi pers, Kamis (9/3/2023).

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Bukit Asam Arsal Ismail mengatakan, pihaknya akan melakukan ekspansi secara selektif.

"PTBA tetap mau ekspansi tp selektif karena kita sendiri memiliki resources yang kurang lebih sampai sekarang lebih dari 5 miliar metrik ton (MT) dan yang sudah mineable reservenya atau terukur kurang lebih 3 miliar ton," kata Arsal.

Selain itu, Bukit Asam juga tengah mendukung program pemerintah dalam menggenjot hilirisasi. "Kami fokus dengan eksisting, yang eksisting ini untuk bagaimana dengan yang ada kita optimalkan enggak hanya jual batu bara tapi dukung program pemerintah hilirisasi," ujar dia.

Di samping itu, Bukit Asam juga mulai melakukan diversifikasi, salah satunya terjun ke energi baru terbarukan (EBT).

"Kemudian folus lain kami juga harus sesuaikan karena net zero emission tidak bisa dihindari maka kami mulai diversifikasi peluasan enggam ke fosil tapi ke EBT termasuk hilirisasi. Ekspansi ini kami tetap selektif ketika nanti ada penugasan atau kesemptan yang diberikan pemerintah kami juga tenunya akan masuk ke sana," ujar dia.

"Bukit Asam menggunakan yang sudah ada dan jika memiliki kesempatan akan ekspansi tapi tentunya dengan kajian dan analisa dan lakukan eksplorasi," ia menambahkan.

 

3 dari 4 halaman

Ekspansi Bisnis Bukit Asam

Sejalan dengan visi PTBA, ekspansi bisnis perusahaan ke sektor energi baru dan terbarukan terus bergulir. PTBA terus melakukan transformasi melalui diversifikasi bisnis untuk menjadi perusahaan energi dan kimia kelas dunia yang terintegrasi dan berkelanjutan. 

Salah satunya dengan masuk ke bisnis energi baru terbarukan (EBT). Wujud konkret dukungan PTBA dalam upaya pengurangan emisi karbon global juga ditandai dengan sinergi bersama PT Jasa Marga (Persero) Tbk dalam pengembangan PLTS berkapasitas 400 Kilowatt-peak (kWp) di jalan tol Jasa Marga Group. 

Pembangunan PLTS Jalan Tol Bali Mandara yang telah diresmikan pada 21 September 2022 lalu, berjalan dengan sangat baik sehingga menghasilkan manfaat positif berupa efisiensi energi dan biaya operasional, serta tentunya turut mendukung Presidensi G20 Indonesia pada November 2022, yang salah satunya berfokus pada isu transisi energi.

Sejalan dengan visi menjadi perusahaan energi dan kimia kelas dunia yang peduli lingkungan, PTBA berkomitmen untuk mendukung kebijakan pemerintah yang mendorong hilirisasi batu bara dan menjaga ketahanan energi nasional. 

"Rencana tersebut sejalan dengan kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) 2017," imbuhnya.

Kemudian, PTBA melalui PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) sebagai Independent Power Producer (IPP) membangun PLTU Mulut Tambang Sumsel-8 berkapasitas 2x660 MW, atau dikenal juga sebagai PLTU Tanjung Lalang. 

 

4 dari 4 halaman

Bangun PLTU Mulut Tambang

HBAP merupakan konsorsium antara PTBA dan China Huadian HongKong Company Ltd. Pembangunan PLTU yang nantinya membutuhkan sekitar 5,4 juta ton batu bara per tahun ini telah mencapai kemajuan konstruksi sebesar 97 persen. Pembangkit listrik ini diharapkan dapat mulai beroperasi komersial pada 2023.

Selain itu, PTBA dan PLN melakukan penjajakan dalam pengakhiran lebih awal (early retirement) PLTU Pelabuhan Ratu 3x350 MW. Komitmen ini dituangkan melalui penandatanganan Principal Framework Agreement dalam rangkaian agenda Stated-Owned Enterprises(SOE) International Conference di Bali pada 18 Oktober 2022. 

Setelah penandatanganan Principal Framework Agreement ini, PTBA dan PLN akan melakukan proses due dilligence (uji tuntas) untuk program early retirement PLTU tersebut.

Tak hanya itu, sejalan dengan target perusahaan untuk meningkatkan kapasitas angkutan batu bara jalur kereta api menjadi 72 juta ton per tahun pada 2026, dilakukan pengembangan angkutan batu bara Tanjung Enim -Keramasan dengan kapasitas 20 juta ton per tahun, dengan lingkup yang dibangun oleh PTBA adalah Train Loading System dan Coal Handling Facility sementara PT KAI menyiapkan dermaga serta sarana transportasinya (gerbong). 

Jalur tersebut direncanakan akan beroperasi pada kuartal IV 2024. Di samping itu, juga dikembangkan angkutan batu bara ke Dermaga Perajen dengan kapasitas angkut 20 juta ton per tahun dan direncanakan akan beroperasi pada kuartal III 2026, di mana fasilitas nantinya akan dipergunakan untuk mendukung Kerja Sama Sinergi BUMN Rantai Pasokan Batu Bara untuk Meningkatkan Ketahanan Kelistrikan Nasional.  Adapun, penandatanganan Head of Agreement telah dilakukan oleh PTBA, KAI, dan PLN pada 16 Februari 2022.

Â