Liputan6.com, Jakarta - Analis mengatakan, keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB) kemungkinan tidak akan memiliki efek penularan besar di Asia. Namun, seorang analis mengatakan, hal itu dapat dilihat sebagai "peringatan”, terutama untuk negara di Asia dengan ekonomi yang yang belum menaikkan suku bunga secara agresif.
Dikutip dari CNBC, ditulis Selasa (14/3/2023), China dan Jepang telah melawan tren karena kenaikan suku bunga bank sentral global secara agresif.
Baca Juga
China dan Jepang telah melawan tren karena kenaikan suku bunga bank sentral global dengan Bank Sentral China atau People’s Bank of China mempertahankan suku bunga pinjamannya, sementara Bank of Japan mempertahankan suku bunga negatif 0,1 persen.
Advertisement
Pada Senin, 13 Maret 2023, bursa saham di China menguat, sedangkan indeks Topix memimpin penurunan seiring aksi jual yang lebih luas saat perdagangan di Asia pada Selasa pagi. Itu terjadi setelah regulator Amerika Serikat (As) mengumumkan langkah-langkah untuk membendung risiko sistemik lebih lanjut dari keruntuhan Silicon Valley Bank.
"Adapun China dan Jepang, divergensi dalam kebijakan moneter mungkin tidak menyebabkan krisis yang sama tetapi ini adalah peringatan bagi pembuat kebijakan di dua ekonomi yang berpengaruh,” ujar Analis CMC Markets, Tina Teng.
"Risiko kredit mungkin menjadi masalah utama yang dihadapi bank-bank di Asia di balik prospek ekonomi yang suram dan berkurangnya permintaan konsumen,” ia menambahkan.
Sementara itu, Analis IG Tony Sycamore menuturkan, pengumuman Senin pagi oleh FDIC dan the Federal Reserve (the Fed) akan menjadi cara yang baik untuk membatasi dampak kegagalan Silicon Investment Banks, terutama untuk ekonomi yang lebih luas.
Tony menuturkan, langkah-langkah terbaru yang diumumkan oleh regulator Amerika Serikat dapat bertindak sebagai metode untuk menahan risiko penularan lebih lanjut.
"Saya memperkirakan pasar akan bergerak cepat dan fokus pada masalah makro yang lebih luas pekan ini, termasuk laporan inflasi dan laporan FOMC mendatang,” ujar Sycamore.
Bank di Asia Kemungkinan Tak Terpengaruh Silicon Valley Bank
Sementara itu, Moody’s Investors Service mengatakan, bank-bank di Asia kemungkinan tidak akan terpengaruh oleh kejatuhan Silicon Valley Bank mengingat simpanan mereka sebagian besar dalam bentuk pinjaman, bukan treasury atau surat utang.
"Jika Anda melihat rasio pinjaman terhadap simpanan pada umumnya di Asia, sekitar 90 persen, jadi sebagian besar simpanan diinvestasikan dalam bentuk pinjaman,” ujar Senior Credit Officer Moody’s Eugene Tarzinamov kepada CNBC.
Ia menambahkan, bank berinvestasi pada aset pemerintah, obligasi domestik, obligasi asing, tetapi bagian itu tidak terlalu signifikan.
Sementara sejumlah perusahaan dalam modal ventura dan sektor startup teknologi Asia memiliki eksposur ke Silicon Valley Bank, tidak banyak yang secara terbuka mengakui melihat kerugian besar dari kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB).
Adapun SPD Silicon Valley Bank, perusahaan patungan antara Shanghai Pudong Bank dan Silicon Valley Bank berusaha meyakinkan investor selama akhir pekan dan mengatakan operasinya “independen dan stabil”.
Bank menuturkan, dalam sebuah pernyataan, selalu beroperasi dengan cara yang stabil sesuai dengan undang-undang dan peraturan China, dengan kerangka kerja tata kelola standar dan neraca independen.
Advertisement
Pasar Memilih untuk Mengabaikan
Pasar Hong Kong memimpin kenaikan bersama indeks di China daratan pada Senin, 13 Maret 2023 dengan indeks Hang Seng menguat lebih dari 2 persen.
Ekonom Grow Investment Group, Hao Hong menuturkan, pasar memilih untuk mengabaikan masalah yang dapat muncul saat mengambil langkah-langkah untuk menahan risiko lebih lanjut dari kejatuhan Silicon Valley Bank.
Ia mengakui, implementasinya dapat mengalami hambatan dari cara terbaik untuk menjaminkan portofolio obligasi negara yang sekarang telah ditandai sebagai jaminan untuk meminjam dari fasilitas pinjaman khusus yang dibuat oleh the Fed. “Tetapi untuk saat ini, pasar memilih untuk mengabaikan detail teknis ini,” ujar dia.
Untuk pertumbuhan ekonomi China, ia menekankan data keuangan akan tetap menjadi indikator utama dan menunjuk ekonomi melihat rekor pinjaman untuk dua bulan pertama pada 2023.
Sementara itu, bursa saham yang mengalami volatilitas, Ekonom Asia Pasifik Goldman Sachs Andrew Tilton menuturkan, prospek ekonomi makro untuk kawasan ini tidak mungkin sangat terpengaruh oleh runtuhnya Silicon Valley Bank.
“Sejauh ini ditangani relatif cepat oleh regulator dan tidak menyebar ke entitas tambahan di luar yang telah dicatat sejauh ini, kita cenderung tidak melihat dampak signifikan pada prospek pertumbuhan Asia,” ujar Tilton kepada CNBC.