Sukses

Tim Mayopoulos, Mantan Bos Fannie Mae Jadi CEO Silicon Valley Bank

Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) mengangkat Tim Mayopoulos sebagai CEO Silicon Valley Bank yang baru.

Liputan6.com, Jakarta - Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) menunjuk mantan kepala Fannie Mae, Tim Mayopoulos sebagai Chief Executive Officer (CEO) Silicon Valley Bank, anak perusahaan dari SVB Financial Group yang sudah tidak beroperasi.

Melansir Yahoo Finance, ditulis Rabu (15/3/2023), dia melangkah masuk setelah regulator menutup Silicon Valley Bank, pemberi pinjaman yang berfokus pada startup pada Jumat setelah kehabisan simpanan yang membuatnya kekurangan modal.

Mayopoulos menjabat sebagai kepala eksekutif pemodal hipotek Fannie Mae selama lebih dari enam tahun sebelum bergabung dengan fintech Blend.

Runtuhnya SVB, bank terbesar yang gagal sejak krisis keuangan pada 2008, telah melumpuhkan saham dan memicu kekhawatiran akan penularan di seluruh pasar global.

Pekan lalu, bank gagal meningkatkan modal untuk menutup kerugian USD 1,8 miliar atau Rp 27,70 triliun (asumsi kurs Rp 15.391 per dolar AS) dari penjualan portofolio sekuritas tersedia untuk dijual senilai USD 21 miliar yang memicu arus keluar deposit besar-besaran.

Regulator juga telah mentransfer semua simpanan baik yang diasuransikan maupun yang tidak diasuransikan dan secara substansial semua aset bank ke bank perantara yang baru dibuat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Silicon Valley Bank Bangkrut, Karyawan Marah terhadap CEO Greg Becker

Sebelumnya, permainan menyalahkan siapa yang menyebabkan keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB) dan sektor teknologi menuding CEO SVB Greg Becker karena membiarkan perusahaannya kolaps dalam sejarah sebagai kegagalan perbankan Amerika Serikat (AS) terbesar kedua dalam catatan.

Melansir CNN, Rabu (15/3/2023), seorang karyawan Silicon Valley Bank, yang meminta identitasnya dirahasiakan untuk berbicara terus terang, ia tercengang oleh bagaimana Greg Becker secara terbuka mengakui sejauh mana masalah keuangan bank sebelum secara pribadi mengatur dukungan keuangan yang diperlukan untuk keluar dari badai.

Ini mengatur panggung untuk kepanikan yang terjadi saat pelanggan berebut untuk menarik uang mereka.

 "Itu benar-benar bodoh," kata karyawan yang bekerja di sisi manajemen aset Silicon Valley Bank itu kepada CNN dalam sebuah wawancara.

"Mereka sangat transparan. Ini kebalikan dari apa yang biasanya Anda lihat dalam sebuah skandal. Tapi transparansi dan kejujuran mereka berhasil," kata dia.

Becker dan tim kepemimpinannya mengungkapkan Rabu 8 Maret 2023 sebuah harapan (namun tidak ada komitmen pasti) untuk meningkatkan modal sebesar USD 2,25 miliar atau Rp 34,66 triliun (asumsi kurs Rp 15.408 per dolar AS) serta penjualan aset sebesar USD 21 miliar yang memicu kerugian sebesar USD 1,8 miliar.

Berita itu memicu gelombang ketakutan di Silicon Valley, di mana bank berfungsi sebagai pemberi pinjaman utama untuk perusahaan rintisan teknologi. Banyak dari mereka panik, menarik USD 42 miliar Kamis lalu saja ketika saham Silicon Valley Bank anjlok 60 persen, menurut pengajuan oleh regulator California.

 

3 dari 3 halaman

Memiliki Saldo Kas Negatif

Menjelang penutupan bisnis hari itu, Silicon Valley Bank memiliki saldo kas negatif sekitar USD 958 juta.

"Orang-orang terkejut betapa bodohnya CEO itu. Anda menjalankan bisnis selama 40 tahun dan Anda memberitahu saya bahwa Anda tidak dapat mengumpulkan USD 2 miliar secara pribadi? Naik jet dan terbang ke Kuwait seperti orang lain dan beri mereka kendali atas sepertiga bank," kata orang dalam Silicon Valley Bank.

Silicon Valley Bank tidak menanggapi permintaan komentar tetapi Becker dilaporkan telah meminta maaf kepada karyawan tentang situasi tersebut.

“Dengan sangat berat hati saya di sini untuk menyampaikan pesan ini,” kata Becker dalam pesan video kepada staf pada Jumat, menurut Reuters. "Saya tidak bisa membayangkan apa yang ada di kepala Anda dan bertanya-tanya, Anda tahu, tentang pekerjaan Anda, masa depan Anda," katanya.

CEO dari Yale School of Management's Chief Executive Leadership Institute (CELI), Jeff Sonnenfeld mengatakan kepada CNN bahwa dia setuju bahwa kepemimpinan Silicon Valley Bank pantas dikritik karena "eksekusi yang tuli dan gagal".

"Seseorang menyalakan korek api dan bank berteriak, 'Tembak!' - menarik alarm dengan sungguh-sungguh karena kepedulian yang tulus terhadap transparansi dan kejujuran," ​​Direktur Penelitian CELI, Sonnenfeld dan Steven Tian kepada CNN.

Sonnenfeld dan Tian mengatakan tidak hanya pengumuman kenaikan modal USD 2,25 miliar yang tidak berlangganan Rabu malam "tidak perlu" karena Silicon Valley Bank memiliki modal yang cukup jauh melebihi persyaratan peraturan, tetapi tidak perlu secara bersamaan mengungkapkan kerugian USD 1,8 miliar.

Pukulan satu-dua “dapat dimengerti memicu histeria yang meluas di tengah desakan untuk menarik simpanan,” tulis keduanya, serta menambahkan bahwa mereka dapat menunda pengumuman satu atau dua minggu dan mengurangi besarnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.