Sukses

IPO, Trimegah Bangun Persada Milik Grup Harita Incar Dana Segar hingga Rp 15,11 Triliun

PT Trimegah Bangun Persada Tbk, bergerak di bidang usaha pertambangan bijih nikel melepas 12,09 miliar saham ke publik atau initial public offering (IPO).

Liputan6.com, Jakarta - PT Trimegah Bangun Persada Tbk, bergerak di bidang usaha pertambangan bijih nikel akan menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) dengan melepas sebanyak-banyaknya 12.095.341.463 atau 12,09 miliar saham.

Mengutip laman e-ipo, Rabu (15/3/2023), nominal masing-masing saham tersebut sebesar Rp100 setiap saham, yang mewakili sebanyak-banyaknya sebesar 18 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO.

Adapun, harga penawaran  berkisar antara Rp 1.220-Rp1.250 per saham. Dengan demikian, Trimegah Bangun Persada bakal meraup dana Rp14,75 triliun sampai dengan Rp15,11 triliun.

Selain itu, calon emiten dengan kode NCKL akan mengalokasikan saham sebanyak-banyaknya sebesar 0,5 persen dari jumlah saham yang ditawarkan dalam penawaran umum perdana saham untuk program alokasi saham kepada karyawan perseroan (Employee Stock Allocation/ESA) sebanyak-banyaknya sebesar 60.477.463 saham, dengan harga pelaksanaan ESA yang sama dengan harga penawaran. 

Trimegah Bangun Persada menunjuk PT BNP Paribas Sekuritas Indonesia, PT Citigroup Sekuritas Indonesia, PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia, PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Sedangkan, PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia, PT OCBC Sekuritas Indonesia, dan PT UOB Kay Hian Sekuritas ditunjuk sebagai penjamin emisi efek.

Saat ini, saham Trimegah Bangun Persada dimiliki PT Harita Jayaraya sebanyak 99 persen dan PT Citra Duta Jaya Makmur 1 persen. Usai IPO, struktur pemegang saham perusahaan menjadi PT Harita Jayaraya sebesar 81,18 persen, PT Citra Duta Jaya Makmur sebesar 0,82 persen, masyarakat sebesar 17,91 persen, dan ESA 0,09 persen. 

Sementara itu, dana yang diperoleh dari penawaran umum perdana saham ini setelah dikurangi seluruh biaya-biaya emisi saham, akan dialokasikan sekitar 5,46 persen akan digunakan oleh Perseroan untuk pembayaran seluruh utang kepada PT Harita Jayaraya. Sekitar 6,05 persen akan digunakan oleh perseroan untuk pembayaran seluruh utang kepada PT Dwimuria Investama Andalan.

 

 

2 dari 5 halaman

Dana IPO

Lalu, sekitar 15,13 persen akan digunakan oleh perseroan untuk pembayaran seluruh utang kepada Oversea-Chinese Banking Corporation Limited (OCBC) dan PT Bank OCBC NISP Tbk (OCBC NISP). Sekitar 0,89 persen akan digunakan oleh perseroan  untuk pembayaran seluruh utang outstanding Fasilitas Term Loan 1 dan Fasilitas Term Loan 3 kepada OCBC NISP.

Tak hanya itu, sekitar 2,12 persen akan digunakan oleh perseroan untuk belanja modal (capital expenditure/capex), sekitar 32,27 persen untuk keperluan entitas anak dan entitas asosiasi yang akan disalurkan melalui setoran modal dan pinjaman serta sisanya sekitar 38,08 persen akan digunakan oleh perseroan untuk modal kerja (working capital).

Jadwal Sementara

  • Masa Penawaran Awal : 15 Maret - 24 Maret 2023
  • Perkiraan Tanggal Efektif : 3 April 2023
  • Perkiraan Masa Penawaran Umum Perdana Saham : 5 April – 10 April 2023
  • Perkiraan Tanggal Penjatahan : 10 April 2023
  • Perkiraan Tanggal Pengembalian Uang Pemesanan : 11 April 2023
  • Perkiraan Tanggal Distribusi Saham Secara Elektronik : 11 April 2023
  • Perkiraan Tanggal Pencatatan Efek di Bursa Efek Indonesia : 12 April 2023
  •  
3 dari 5 halaman

Produsen Nikel Grup Harita Bakal Incar Dana Rp 9 Triliun Melalui IPO, Ini Kata BEI

Sebelumnya, anak usaha Grup Harita milik orang kaya tertua di Indonesia Lim Hariyanto Wijaya Sarwono, PT Trimegah Bangun Persada (PT TBP) akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). 

Menanggapi hal tersebut, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengaku tidak bisa menyebut nama calon emiten yang akan tercatat di pasar modal. Akan tetapi, ia membenarkan ada perusahaan yang berhubungan dengan nikel dalam pipeline IPO di BEI.

"Yang berhubungan dengan mining nikel atau EV (electric vehicle) sudah ada di pipeline kita. Saya enggak ngomongin nama ya," kata Nyoman saat ditemui di BEI, Jumat (10/3/2023).

Dia bilang, BEI telah melakukan site visit dan meminta tahapan lebih lanjut. Dengan demikian, pihaknya tengah menunggu beberapa persetujuan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM).

"Kita tahapannya sudah site visit, sudah kita minta tahapannya lebih lanjut, dan kita menunggu ada beberapa persetujuan dari ESDM yang kita mintakan," kata dia.

Melansir Financial Times, Harita Nickel, anak perusahaan Grup Harita bakal menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) dengan mengincar dana USD 600 juta atau setara Rp 9,28 triliun (asumsi kurs Rp 15,472 per dolar AS) sebelum pembukuan pada Maret.

4 dari 5 halaman

IPO, Produsen Nikel Grup Harita Bakal Incar Dana Rp 9,27 Triliun

Sebelumnya, Harita Nickel dari Indonesia dikabarkan telah memulai roadshow kepada investor jelang penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). Harita Nickel dikabarkan incar dana USD 600 juta atau sektiar Rp 9,27 triliun pada akhir Maret 2023.

Dikutip dari mining-technology.com, ditulis Jumat (10/3/2023), ipo grup Harita Nickel sebagai langkah pertama untuk mempertahankan pengolahan nikel di Indonesia. Financial Times melaporkan, Harita Nickel, anak perusahaan dari Grup Harita berharap dapat meraih dana IPO Rp 9,27 triliun pada Maret 2023.

Selain anak usaha dari grup Harita, Merdeka Battery Materials juga merencanakan pencatatan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada semester I 2023.

Sebelumnya, Hillcon, produsen nikel yang melepas saham ke publik pekan lalu, saat ini harga sahamnya diperdagangkan 25 persen lebih tinggi dari harga penawaran awal.

Mining Tecnology melihat, investor tampak antusias seiring Indonesia berupaya menjadi pemain kunci dalam rantai pasokan kendaraan listrik (EV). Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia dan merupakan produsen terbesar. Indonesia memiliki sekitar 22 persen cadangan nikel dunia.

Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) berharap Indonesia menjadi pemain kunci dalam rantai pasokan kendaraan listrik global. Ia menuturkan, sekitar 60 persen mobil listrik akan bergantung pada baterai kendaraan listrik, 60 persen pangsa pasar dunia.

 

5 dari 5 halaman

Bangun Rantai Pasok di Indonesia

Pada 2019, Indonesia melarang ekspor nikel mentah untuk memperluas kemampuan pemrosesan hilirnya. Sebagai bagian dari proses yang dikenal sebagai hilirisasi, perusahaan luar negeri didorong membangun pabrik produksi di Indonesia sehingga berkontribusi terhadap ekonomi domestik.

Menyusul larangan itu, pabrikan kendaraan listrik asing telah  membuat rencana mengembangkan bisnis di negara tersebut. Perusahaan Korea Selatan LG Energy Solutions telah umumkan investasi USD 9,8 miliar di Indonesia untuk produksi kendaraan listrik. Pada 2021, LG Energy Solutions dan Hyundai Motor Group juga mulai pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik senilai USD 1,1 miliar di Bekasi, Jawa Barat.

Sementara itu, perusahaan kendaraan listrik China CATL telah investasi di industri Indonesia, sedangkan Tesla dan BYD sedang didekati pemerintah. Selain nikel, perusahaan logam lainnya juga akan gelar IPO. Amman Mineral International dikabarkan IPO hingga USD 1 miliar pada semester I 2023.

Â