Liputan6.com, Jakarta - Kejatuhan yang mencengangkan dari Silicon Valley Bank (SVB) pada Jumat dimulai ketika para pelanggannya bergegas menarik akun mereka sekaligus, hal itu merupakan sebuah peristiwa destabilisasi yang dikenal sebagai bank run alias penarikan dana secara besar-besaran.
Melansir CNN, Jumat (17/3/2023), bank yang menyediakan pembiayaan bagi hampir setengah dari usaha AS untuk perusahaan teknologi dan perawatan kesehatan. Hal itu menjadi kegagalan terbesar bank AS sejak Washington Mutual pada 2008, selama resesi hebat.
Baca Juga
Meskipun kejatuhan bank berlangsung cepat selama 48 jam, ceritanya dimulai bertahun-tahun yang lalu dengan langkah-langkah yang diambil oleh bank sentral AS atau the Fed dan keputusan investasi oleh bank.
Advertisement
Berikut ini merupakan penyebab matinya bank komersial ASÂ yang masuk 20 Teratas ini:
1. Bank membeli aset investasi murah
SVB dan bank lain menginvestasikan miliaran dalam obligasi pemerintah AS yang biasanya andal ketika suku bunga mendekati nol.
2. Deposit menggelembung
Setoran SVB meningkat dari USD 62 miliar menjadi USD 198 miliar atau Rp 953,12 triliun (asumsi kurs Rp15.373 per dolar AS) dari akhir 2019 hingga akhir 2022, karena perusahaan rintisan yang berkembang pesat memarkir uang mereka di bank.
3.The Fed menaikan suku bunga
Untuk menjinakkan inflasi yang cepat, the Fed mulai menaikkan suku bunga secara agresif setahun yang lalu.
4. Portofolio obligasi anjlok nilainya
Harga obligasi turun saat suku bunga naik, sehingga membakar nilai portofolio obligasi SVB. Portofolio menghasilkan pengembalian rata-rata 1,79 persen minggu lalu, jauh di bawah imbal hasil 10-tahun sekitar 3,9 persen.
5. Pendanaan mengering
Sekarang biaya untuk meminjam uang lebih mahal, startup berada dalam kekeringan pendanaan modal ventura. Mereka terpaksa menarik dana yang dipegang Silicon Valley Bankuntuk mendanai operasi dan pertumbuhan.
Â
Â
Penarikan Dana Besar-besaran
6. Semuanya sekaligus tarik dana
Bank kemudian berada dalam kerugian obligasi yang belum direalisasi karena pelanggan melakukan lebih banyak penarikan.
7.SVB menjual sekuritas dengan kerugian
Untuk menopang neracanya, SVB mengumumkan pada Rabu pekan lalu mereka telah menjual aset portofolio tersebut dengan kerugian besar, dan juga akan menjual USD 2,25 miliar saham baru.
8. Perusahaan modal ventura panik
Perusahaan modal ventura utama panik dan dilaporkan menyarankan perusahaan mereka untuk menarik uang dari bank.
9. Saham anjlok
Saham SVB anjlok 60 persen pada Kamis pagi dan menyeret saham bank lain turun bersamanya. Wall Street mulai mengkhawatirkan krisis keuangan 2008 lainnya.
10. FDIC mengintervensi setelah penarikan dana besar-besaran
Perdagangan saham SVB dihentikan pada Jumat pagi pekan lalu. Regulator California mengintervensi dan menunjuk Federal Deposit Insurance Corporation sebagai penerima.
Advertisement
Gedung Putih Pelototi Semua Bank AS, Menyusul Kasus Silicon Valley Bank Kolaps
Sebelumnya, Gedung Putih kini memantau perkembangan bank-bank kecil di Amerika Serikat, salah satunya First Republic untuk melindungi para deposan menyusul keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB) pekan lalu.
Hal itu diungkapkan oleh seorang pejabat Gedung Putih.Â
Melansir Channel News Asia, Rabu (15/3/2023) pejabat tersebut menyebutkan bahwa sistem perbankan AS berada dalam "posisi yang jauh lebih baik saat ini" daripada jika tindakan tersebut tidak diambil.
Dia juga menghimbau para deposan untuk yakin bahwa dana mereka akan dilindungi.
"Kami mendedikasikan banyak waktu untuk memastikan bahwa kami melewati ini dengan baik," katanya.
Pejabat itu menambahkan, Gedung Putih terus berkomunikasi dengan Departemen Keuangan AS dan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) tentang potensi masalah di bank lain, yang kasusnya hampir sama dengan Silicon Valley Bank.
"Kami tentu memantau apa yang terjadi di First Republic. Mereka adalah salah satu bank yang sedikit lebih tertekan, tetapi kami tidak memiliki pengumuman saat ini tentang tindakan apa pun yang kami ambil," ujar pejabat Gedung Putih itu, yang enggan diungkapkan identitasnya.
Selain itu, Gedung Putih juga mengawasi kemungkinan adanya arus keluar uang ke bank-bank besar, dan tetap berkomitmen untuk memastikan persaingan yang kuat di sektor perbankan, beber pejabat itu.
Dilaporkan sebelumnya, sejumlah pelanggan di AS telah bergegas untuk memindahkan dana simpanan mereka ke raksasa perbankan, termasuk JPMorgan Chase & Co, Bank of America dan Citigroup sejak runtuhnya Silicon Valley Bank.
"Presiden memiliki agenda persaingan yang kuat. Kami ingin ada sektor perbankan yang berkembang dengan banyak bank kecil, banyak bank komunitas yang dapat masuk ke sana dan bersaing dengan perusahaan besar," imbuh pejabat tersebut.
"Penting bagi kami agar model bisnis dapat bertahan," tambah dia.
Â
Bos Baru Silicon Valley Bank Rayu Masyarakat Mau Balik Jadi Nasabahnya Lagi
CEO baru Silicon Valley Bank, Tim Mayopoulos kini mengajak para nasabahnya untuk kembali menggunakan layanan SVB, setelah bank tersebut resmi diambil alih regulator Amerika Serikat untuk mengamankan simpanan dana nasabah.
"Hal nomor satu yang dapat Anda lakukan untuk mendukung masa depan lembaga ini adalah membantu kami membangun kembali basis simpanan kami," kata Tim Mayopoulos dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Channel News Asia, Rabu (15/3/2023).
"Baik dengan meninggalkan simpanan di Silicon Valley Bank maupun mentransfer kembali simpanan yang tersisa selama beberapa hari terakhir," sambungnya.
Seperti diketahui, Silicon Valley Bank, pemberi pinjaman utama untuk start-up di seluruh AS sejak 1980-an kolaps dalam 48 jam setelah mengalami krisis modal.
Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) ditunjuk sebagai pengendali Silicon Valley Bank, melikuidasi aset bank dan membayar kembali pelanggannya.
"Kami melakukan semua yang kami bisa untuk membangun kembali, memenangkan kembali kepercayaan Anda dan terus mendukung ekonomi inovasi," lanjut Mayopoulos.
"Kami membuat pinjaman baru dan menghormati sepenuhnya fasilitas kredit yang ada," tambah dia.
Sebelumnya, Mayopoulos telah menyatakan bahwa Silicon Valley Bank masih membuka bisnis dan layanannya seperti biasa.
Melalui sebuah pesan surat kepada klien, Mayopoulos mengatakan pihaknya akan terus memberikan informasi menyusul kebangkrutannya.
"Saya berharap dapat mengenal klien Silicon Valley Bank...Saya juga datang ke peran ini dengan pengalaman dalam situasi seperti ini. Saya adalah bagian dari tim kepemimpinan baru yang bergabung dengan Fannie Mae setelah krisis keuangan. pada 2008-2009, dan saya menjabat sebagai CEO Fannie Mae dari 2012-2018," terangnya, mengutip US News.
Â
Advertisement