Sukses

Begini Cara Menilai Kinerja Perusahaan Investasi Seperti Saratoga

Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan investor perlu memahami bagaimana menilai valuasi saham perusahaan investasi seperti Saratoga.

Liputan6.com, Jakarta Sentimen global terkait kebangkrutan sejumlah bank di Amerika Serikat seperti Silicon Valley Bank, Signature Bank dan Silvergate Bank, menjadi pemicu koreksi atas saham-saham bluechips.

Kondisi serupa terjadi di dalam negeri. Sejumlah saham top masih terkoreksi dalam perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Seperti pada saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) yang turun ke level Rp 1.900 per saham.

Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan investor perlu memahami bagaimana menilai valuasi saham perusahaan investasi seperti Saratoga.

"Kinerja Saratoga tidak hanya bisa dilihat dari aspek bottom line, laba atau rugi bersih. Karena fluktuasi harga saham portofolio akan mempengaruhi nilai investasi sehingga berdampak terhadap perhitungan laba. Jadi yang harus dilihat cashflow dan pertumbuhan asetnya, itu yang menjadi acuan menilai perusahaan investasi," ujar Alfred, Kamis (16/3/2023).

Itu karena strategi bisnis Saratoga adalah berinvestasi di perusahaan portofolio, bukan mengelola secara langsung operasional bisnis seperti korporasi pada umumnya.

Menurut Alfred, sumber utama keuntungan perusahaan investasi berasal dari pendapatan dividen dan kenaikan nilai saham dari portofolio investasi. Namun kenaikan nilai saham tersebut hanya dicatatkan dalam pos investasi di neraca dimana selisih yang dicatat sebagai laba masih unrealized.

Faktor inilah yang membuat laba perusahaan investasi seringkali mengalami fluktuasi. Berbeda halnya jika perusahaan melakukan divestasi atau penjualan terhadap portofolionya, sehingga keuntungannya bisa masuk ke kas perusahaan.

 

 

 

2 dari 3 halaman

Net Asset Value Saratoga

Sebelumnya Presiden Direktur Saratoga Michael William P. Soeryadjaya mengatakan pada tahun 2022 Saratoga mencapai Net Asset Value (NAV) sebesar Rp 60,9 triliun.

Nilai tersebut naik 8% dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp 56,3 triliun. Pertumbuhan NAV yang tetap positif di tengah berbagai tekanan faktor ekonomi sepanjang tahun lalu membuktikan soliditas dari strategi investasi dan kuatnya fundamental bisnis portofolio investasi Saratoga.

"Saratoga menutup tahun 2022 dengan dukungan modal yang solid, sehingga perusahaan memiliki ruang yang lebar dalam mengeksekusi strategi investasinya. Kami berharap peningkatkan portofolio investasi Saratoga akan terus berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan membuka lebih banyak lapangan kerja bagi Indonesia,” kata Michael melalui keterangan resmi Senin (13/3).

Pada tahun 2022 Saratoga membukukan perolehan dividen Rp 2,6 triliun atau naik 57% dibandingkan tahun 2021 menjadikan cashflow perusahaan juga semakin kokoh. Selain raihan deviden besar, pada tahun lalu Saratoga berhasil memangkas utang bersih hingga 80% menjadi Rp 688 miliar.

Sementara dari perspektif arus kas, sepanjang tahun lalu perusahaan menghasilkan arus kas masuk dari aktivitas operasi hingga mencapai Rp 3,7 triliun. Berbeda dengan tahun 2021 dimana arus kas keluar senilai Rp 362 miliar.

"Sebagai perusahaan investasi, paramater fundamental Saratoga bisa dilihat dari kekuatan cashflownya. Dengan raihan dividen yang tinggi dan cashflow yang solid selama tahun 2022 Saratoga akan semakin menarik bagi investor. Apalagi NAV perusahaan juga terus tumbuh ditengah ekonomi dan market yang penuh tekanan," jelas Alfred.

 

3 dari 3 halaman

Kata Analis Lain

Sementara itu analis Mirrae Asset Sekuritas Indonesia, Hariyanto Wijaya dan Rut Yesika Simak, dalam risetnya yang terbit pada 20 Januari 2023 menilai harga saham SRTG layak untuk dihargai lebih tinggi. Ada 4 alasan yang mendasari analisis Mirrae.

Pertama, NAV SRTG terus meningkat. Dengan harga saham saat ini, dimana kapitalisasi pasar SRTG sekitar Rp 27 triliun, mencerminkan diskon hingga 46% terhadap NAV.

Kedua, Mirrae menilai pengurangan utang membuat neraca SRTG jadi lebih sehat. Sementara faktor ketiga, kas bersih yang terus meningkat serta alasan keempat adanya potensi bagi SRTG untuk meraih pendapatan dividen yang lebih tinggi dalam enam bulan ke depan.

Namun Mirrae juga mengingatkan ada beberapa risiko yang dihadapi oleh Saratoga. Seperti pendapatan dividen dibawah perkiraan, penurunan harga komoditas seperti emas, tembaga, batubara dan nikel. Faktor negatif lainnya jika pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih rendah daripada proyeksi.

Sepanjang tahun ini saham SRTG di bursa pernah mencapai level tertinggi di harga Rp 2.550 per saham pada 4 Januari 2022.

Video Terkini