Sukses

BTN Tebar Dividen 2022 Rp 609 Miliar, Catat Jadwalnya

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) atau disebut BTN akan memberikan dividen Rp 609 miliar. Dividen 2022 itu setara Rp 43,4 per saham.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) bakal bagikan dividen tunai senilai Rp 609 miliar atau Rp 43,4 per saham. Besaran dividen ini setara 20 persen laba bersih perseroan tahun buku 2022. Rencana pembagian dividen telah mendapat restu pemegang saham melalui rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan pada 16 Maret 2023.

Pembagian dividen merujuk pada data keuangan perseroan per 31 Desember 2022, di mana laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp 3,05 triliun. Laba tersebut naik 28,15 persen year on year dari 2021.

Peningkatan tersebut juga didukung oleh pertumbuhan kredit yang solid, perbaikan proses bisnis dan kualitas kredit, serta kenaikan simpanan. Bersamaan dengan itu, saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya tercatat sebesar Rp 3,2 triliun. Sementara ekuitas BTN tercatat sebesar Rp 25,91 triliun.

Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Minggu (19/3/2023), berikut jadwal pembagian dividen BBTN:

Jadwal:

  • Cum Dividen di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi: 28 Maret 2023
  • Ex Dividen di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi: 29 Maret 2023
  • Cum Dividen di Pasar Tunai: 30 Maret 2023
  • Ex Dividen di Pasar Tunai: 31 Maret 2023
  • Daftar Pemegang Saham (DPS) yang berhak atas dividen tunai: 30 Maret 2023
  • Pembayaran Dividen: 14 April 2023

 

Pada penutupan perdagangan Jumat, 17 Maret 2023, saham BBTN menguat 4,6 persen ke posisi Rp 1.235 per saham. Saham BBTN dibuka naik 15 poin ke posisi Rp 1.195 per saham. Saham BBTN berada di level tertinggi Rp 1.245 dan terendah Rp 1.190 per saham. Total frekuensi perdagangan 4.717 kali dengan volume perdagangan 322.526 lot saham. Nilai transaksi Rp 39,3 miliar.

2 dari 4 halaman

Siap-Siap Kantong Terisi, BTN Tebar Dividen Rp 609 Miliar

Sebelumnya, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) memutuskan membagikan dividen untuk tahun buku 2022 senilai Rp 609 miliar.

Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu menjelaskan, untuk penggunaan laba bersih perseroan tahun buku 2022 sebesar Rp 3,04 triliun, pemegang saham menyetujui sebesar Rp 609 miliar atau 20 persen dari laba bersih perseroan tahun buku 2022 dibagikan sebagai dividen.

Dengan jumlah tersebut setiap pemegang saham akan memperoleh dividen tunai sebesar Rp 43,394 per lembar saham. “20 persen laba bersih dibagikan sebagai dividen,” ujar Nixon dalam konferensi pers, Kamis (16/3/2023).

Sebelumnya, BTN mencatatkan kinerja positif dengan perolehan laba bersih mencapai Rp 3,04 triliun hingga 31 Desember 2022. Kredit pemilikan rumah (KPR) menjadi penggerak bisnis BTN.

Laba bersih perseroan per 31 Desember 2022 tercatat Rp 3,04 triliun atau naik 28,15 persen year on year dari 2021. Peningkatan tersebut juga didukung oleh pertumbuhan kredit yang solid, perbaikan proses bisnis dan kualitas kredit, serta kenaikan simpanan.

Capaian tersebut juga tidak terlepas dari racikan strategi manajemen BTN untuk berlayar di tengah kondisi pandemi.

Dia menyebutkan, BTN telah melakukan relokasi kantor sejak 2020 ke daerah potensial. Selain itu, perseroan berinovasi meluncurkan produk inovatif untuk menjawab kebutuhan pasar.

Ini seperti KPR BTN Rent to Own dan KPR BTN Gaess. Kemudian, BTN juga memaksimalkan lini ekosistem perumahan digital dengan berbagai aplikasi yang mudah digunakan.

 

 

 

3 dari 4 halaman

Kinerja 2022

Kredit dan pembiayaan yang tumbuh solid menjadi penopang perolehan laba bersih BTN. Laporan keuangan perseroan mencatat kredit dan pembiayaan tumbuh sebesar 8,53 persen yoy dari Rp 274,83 triliun menjadi Rp 298,28 triliun per 31 Desember 2022.

Kredit pemilikan rumah (KPR) masih menjadi motor terbesar pergerakan bisnis Bank BTN. Secara total, KPR di BTN tumbuh 9,23 persen yoy menjadi Rp233,68 triliun per 31 Desember 2022.

Di segmen ini, KPR Subsidi tumbuh 11,61 persen yoy menjadi Rp145,86 triliun pada akhir 2022. Dengan kinerja tersebut, BTN tercatat masih memimpin pasar KPR Subsidi dengan pangsa sebesar 83 persen.

Di samping akselerasi pada kredit, BTN juga berhasil meningkatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 8,77 persen yoy dari Rp295,97 triliun menjadi Rp321,93 triliun per 31 Desember 2022.

Peningkatan DPK tersebut didorong oleh kenaikan dana murah (current account savings account/CASA) perseroan sebesar 19,13 persen yoy menjadi Rp156,2 triliun pada akhir Desember 2022. Dengan peningkatan tersebut, biaya dana (cost of fund/CoF) perseroan turun 53 basis poin (bps) yoy dari 3,13 persen pada akhir 2021 menjadi 2,60 persen.

Penurunan biaya dana juga ikut mengerek turun beban bunga (interest expense) hingga 14,94 persen yoy pada akhir tahun lalu.

Dengan kinerja positif kredit dan DPK, aset bank yang berfokus pada pembiayaan rumah rakyat ini juga naik 8,14 persen yoy dari Rp 371,86 triliun menjadi Rp 402,14 triliun per 31 Desember 2022.

Adapun, dengan penambahan modal dari Pemerintah, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) tier 1 Bank BTN mencapai sebesar 16,13 persen atau naik 233 bps per 31 Desember 2022.

Kemudian, perbaikan proses bisnis turut menekan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross BTN sebesar 32 bps yoy menjadi 3,38 persen.

Rasio pencadangan (coverage ratio) Bank BTN pun tetap naik sebesar 1.383 bps yoy menjadi 155,65 persen per 31 Desember 2022.

Per 31 Desember 2022, loan to deposit ratio (LDR) Bank BTN juga tetap stabil di level 92,65 persen. Di samping itu, rasio kecukupan likuiditas (liquidity coverage ratio/LCR) berada di level yang sehat sebesar 238,50 persen.

 

 

 

4 dari 4 halaman

Unit Syariah

Sementara itu, bisnis unit usaha syariah (UUS) BTN juga melesat hingga akhir 2022. Laba bersih BTN Syariah tersebut tercatat naik 80,12 persen yoy menjadi Rp333,58 miliar per 31 Desember 2022 dari Rp185,20 miliar.

Kenaikan laba bersih UUS Bank BTN tersebut ditopang oleh peningkatan pembiayaan syariah dan perbaikan kualitas pembiayaan.

Pembiayaan syariah tercatat tumbuh sebesar 14,79 persen yoy menjadi Rp33,62 triliun dan non-performing financing (NPF) gross turun 101 bps yoy menjadi 3,31 persen per 31 Desember 2022.

DPK BTN Syariah juga ikut menanjak di level 18,38 persen yoy menjadi Rp34,64 triliun pada akhir 2022. Dengan kenaikan tersebut, aset BTN Syariah naik 18,18 persen yoy menjadi Rp45,33 triliun per 31 Desember 2022.