Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam jangka pendek dibayangi kekhawatiran masalah-masalah yang muncul di Amerika Serikat (AS), salah satunya krisis perbankan. Lantas, saham apa saja yang bisa dicermati?
Direktur Utama CSA Institut Aria Santoso mengatakan, prospek IHSG dalam jangka pendek dibayangi kekhawatiran dari sejumlah masalah di AS di antaranya krisis perbankan. Namun, hal tersebut bisa menjadi peluang bagi trader untuk mengoleksi saham.
Baca Juga
"Prospek IHSG dalam jangka pendek kekhawatiran dari problem-problem yang muncul di Amerika ini pukulan yang silih berganti, dalam jangka pendek yang mau trade silakan. Kalau ada sinyal sell saja profit taking, jadi ini traders time," kata Aria dalam webinar, Senin (20/3/2023).
Advertisement
Di sisi lain, Aria menyarankan agar para investor jangan terlalu agresif ketika melihat harga saham yang sedang terkoreksi dengan jumlah yang banyak.
"Ada strategi yang berbeda di pasar modal ada dua cara, beli yang murah, simpan untuk jangka panjang, itu tetap dilakukan. Indonesia pasti growth, itu bisa menghasilkan uang. Tapi, jangka pendek menengah kita lihat jika terjadi penarikan likuiditas dari emerging market maka di sini kita perlu menggunakan strategi yang berbeda melakukan beli jual, itu sebutnya trader time," ujar dia.
Sementara itu, Konsultan Teknikal Kuswara mengatakan, ketika investor merasa takut membeli saham, dirinya mengaku membeli saham dari sektor perawatan kesehatan, seperti PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). Menurut ia, Kalbe Farma ini menjaga ekuitas yang dimilikinya.
Saham Pilihan
"Saya melihat indeks kesehatan ini kemungkinan akan perform lagi," kata Kuswara.
Dia mengatakan, indeks keuangan masih memiliki prospek yang menarik dan indeks industri juga masih akan cerah. "Makanya kenapa teman-teman yang punya saham ANTM, MDKA, atau sejenisnya basic industry kok turun terus, karena memang performance sektoralnya sedang bearish," ujar dia.
Namun, untuk beberapa saham teknologi sedang mengalami tren bearish. Kemudian, menjelang Ramadan kemungkinan ada sentimen positif terhadap sektor yang siklusnya berkaitan dengan Ramadan dan Hari Raya Lebaran. "Saya bisa perhatikan ada di sektor non-cyclic seperti INDF, ICBP, kalau infrastruktur JSMR, komunikasi TLKM, ISAT, EXCL dan lainnya," kata dia.
Kuswara menyebutkan, hingga saat ini saham yang masih menjadi andalan di antaranya, KLBF, MIKA, BBRI, BBCA, dan BMRI.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
UBS Setuju Sepakat Beli Credit Suisse
Sebelumnya, UBS setuju membeli saingannya Credit Suisse dalam kesepakatan yang didukung pemerintah. Pengumuman Minggu malam, 19 Maret 2023 datang setelah pembicaraan darurat selama akhir pekan di Swiss antara dua bank dan regulator keuangan negara tersebut.
Dikutip dari BBC, Senin (20/3/2023), The Swiss National Bank atau bank sentral Swiss mengatakan, kesepakatan itu cara terbaik untuk memulihkan kepercayaan pasar keuangan dan mengelola risiko ekonomi.
Sementara itu, Bank of England mengatakan, pihaknya menyambut baik "serangkaian tindakan komprehensif”. Pemegang saham Credit Suisse kehilangan hak suara atas kesepakatan itu dan akan menerima satu saham di UBS untuk setiap 22,48 saham yang dimiliki. Nilai akuisisi sekitar 3 miliar Swiss francs atau sekitar USD 3,25 miliar atau sekitar Rp 49,98 triliun (asumsi kurs 15.378 per dolar AS). Diperkirakan kesepakatan dapat diselesaikan pada akhir 2023.
Pada penutupan perdagangan Jumat, 17 Maret 2023, valuasi Credit Suisse sekitar USD 8 miliar. Akan tetapi, kesepakatan itu telah mencapai apa yang diatur oleh regulator-mengamankan hasil sebelum pasar keuangan dibuka pada Senin, 20 Maret 2023.
Dalam pernyataan bank sentral Swiss mengatakan, “solusi telah ditemukan untuk mengamankan stabilitas keuangan dan melindungi ekonomi Swiss dalam situasi yang luar biasa saat ini”.
Pemerintah federal mengatakan untuk kurangi risiko apa pun bagi UBS, mereka akan memberikan jaminan terhadap potensi kerugian senilai USD 9,6 miliar atau sekitar Rp 147,63 triliun.
Bank sentral Swiss juga telah menawarkan bantuan likuiditas hingga USD 110 miliar atau sekitar Rp 1.690 triliun. Lembaga keuangan global dengan cepat memuji kesepakatan itu. Bank of England mengatakan, pihaknya menyambut baik “serangkaian tindakan komprehensif” yang ditetapkan oleh otoritas Swiss.
"Kami telah terlibat erat dengan mitra internasional selama persiapan pengumuman hari ini dan akan terus mendukung pelaksanaannya,”
Dikatakan sistem perbankan Inggris dimodali dan didanai dengan baik, tetap aman dan sehat.
Regulator Keuangan Global Sambut Baik
Departemen Keuangan Inggris juga mengatakan pihaknya menyambut baik merger itu dan pemerintah Inggris akan terus terlibat dengan Financial Conduct Authority (FCA) dan Bank of England “seperti biasa”.
FCA mengatakan, pihaknya ingin menyetujui pengambilalihan untuk mendukung stabilitas keuangan karena UBS dan Credit Suisse beroperasi di London. “FCA terus berhubungan erat dengan Inggris dan mitra regulator internasional untuk memantau perkembangan pasar,” kata pengawas itu.
Sementara itu, Presiden Bank Sentral Eropa, Christine Lagarde menuturkan, pihaknya menyambut “tindakan cepat” dari otoritas Swiss. “Mereka berperan penting untuk memulihkan kondisi pasar yang teratur dan memastikan stabilitas keuangan. Sektor perbankan kawasan euro tangguh dengan posisi modal dan likuiditas yang kuat,” ujar Lagarde.
Di sisi lain, Menteri Keuangan Janet Yellen dan ketua the Federal Reserve Jerome Powell mengatakan, pengumuman oleh otoritas Swiss mendukung “stabilitas keuangan”. “Posisi modal dan likuiditas sistem perbankan AS kuat dan sistem keuangan AS tangguh,” kata mereka.
Advertisement
Aset yang Bagus
Chairman UBS Colm Kelleher menuturkan, Credit Suisse adalah aset yang sangat bagus yang ingin dipertahankan. “Akuisisi ini menarik bagi pemegang saham UBS tetapi mari kita perjelas, sejauh menyangkut Credit Suisse, ini adalah penyelamatan darurat,” ia menambahkan.
Kelleher mengatakan, UBS akan menjalankan bagian perbankan investasi dari Credit Suisse. Ia menuturkan, “terlalu dini” untuk mengatakan apa yang akan terjadi tentang pekerjaan.
"Kita perlu melakukan ini dengan cara yang rasional dan bijaksana, ketika kita telah duduk dan menganalisis apa yang perlu kita lakukan,” ujar dia.
Adapun kesepakatan akhir pekan datang setelah bantuan darurat senilai USD 54 miliat dari bank sentral Swiss gagal meyakinkan pasar dan saham Credit Suisse anjlok 24 persen mendorong aksi jual saham di pasar Eropa. Bank berusia 167 tahun itu merugi dan hadapi serangkaian masalah dalam beberapa tahun terakhir, termasuk tuduhan pencucian uang.