Sukses

Apa Itu Investasi Hijau dalam Keuangan Syariah?

BEI menyatakan, investasi hijau di keuangan syariah berkaitan dua hal tentang investasi dan sesuatu yang berdampak terhadap lingkungan.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menjelaskan investasi hijau dalam keuangan syariah intinya setiap investasi yang memberikan dampak terhadap lingkungan.

"Bicara tentang investasi hijau di keuangan syariah, maka kita bicara dua hal kita bicara tentang investasi dan kita bicara tentang sesuatu yang berdampak terhadap lingkungan dalam konteks ini didefinisikan dalam green atau hijau," kata Kepala Pasar Modal Syariah BEI, Irwan Abdalloh dalam Webinar I: Investasi Hijau di Keuangan Syariah, Jumat (24/3/2023).

Dia bilang, lingkungan tersebut bisa saja untuk lokal atau lingkungan yang bersifat global. Definisi ramah lingkungan inilah yang menjadi hal yang dituangkan ke dalam kriteria-kriteria sehingga bisa dikategorikan bahwa sebuah investasi ini adalah termasuk  hijau.

Lantas, apa tujuan dari investasi hijau tersebut? 

Tujuannya agar instrumen investasi yang dipilih tidak memberikan dampak kerusakan lingkungan bahkan, jika memungkinkan, memberikan efek baik kepada kesejahteraan lingkungan.

"Kalau kita tarik ke syariah ujungnya cuma satu, maqasid syariah. Jadi semua hal berinvestasi yang berimpact terhadap lingkungan hidup secara syariah comply dengan syariah," kata dia.

Sebagaimana diketahui, maqasid syariah adalah menjaga keturunan (al-nasb) dan menjaga hidup (an-nafs). 

"Salah satu ikhtiar dalam menjaga keturunan dan hidup kita adalah bagaimana dengan memastikan bahwa kita menjaga lingkungan dengan baik dan mewariskan lingkungan yang sehat kepada keturunan kita," ujar dia.

Hal itu berkorelasi dengan definisi hijau yang sedang mencari bahan pembicaraan hangat. "Dalam konteks investasi kita bicara dua hal, kita bicara potensi dan risiko. Setiap hal yang bertujuan untuk usaha menghasilkan keuntungan siap-siap ada risiko. Jadi, dengan konsep investasi hijau bukan berarti mengurangi atau mengubah risiko," kata dia.

 

 

 

2 dari 5 halaman

Instrumen Investasi Hijau

Dia bilang, dalam investasi terdapat potensi keuntungan. Jika bicara mengenai keuntungan investasi saham, ada yang namanya capital gain atau kenakkan harga pasar atas produk investasi dibandingkan dengan harga pembelian. 

"Gampangnya untung dagang. Ada juga recurring income atau dividen. Tetapi, begiu bicara risiko ada yang harus diperhatikan green sebagai portofolio kita, investor perlu memperhatikan risiko dikana jika suatu produk investasi hijau keluar dari kategori hijau," ujarnya.

Adapun, sejumlah instrumen investasi hijau di pasar modal syariah, yakni Sukuk Hijau Pemerintah (Green Government Sukuk), green corporate sukuk, dan saham syariah dengan nilai ESG yang baik. 

Sementara itu, BEI akan meluncurkan Indeks Saham Syariah berbasis ESG dan kajian terkait indeks baru ini sudah rampung. Indeks tersebut mengukur kinerja harga saham syariah dengan likuiditas transaksi yang tinggi, kinerja keuangan yang baik, dan penilaian terhadap peringkat risiko ESG perusahaan.

"Dengan diluncurkannya indeks saham syariah berbasis ESG ini, nantinya akan muncul berbagai produk reksa dana dan ETF yang mengggunakan indeks tersebut sebagai underlying portofolio," ujar dia.

3 dari 5 halaman

Emisi Turun 40 Persen, Jerman dan China Jadi Contoh Sukses Investasi Hijau

Sebelumnya, Kementerian Investasi menyebut baru ada 2 negara yang sukses menerapkan investasi hijau di negaranya, yakni Jerman dan China. Pada tahun 2020, Jerman telah berhasil menurunkan emisi karbon hingga 40 persen dari yang selama ini dihasilkan.

"Jerman sudah sampai menurunkan emisi 40 persen pada tahun 2020 lalu," kata Deputi Perencanaan Invetasi, Kementerian Investasi, Indra Darmawan dalam pembukaan SPARK, IBF Summit 2023, Senin (27/2).

Sementara itu, yang dilakukan China dalam rangka menurunkan emisi karbon dengan menjadi memanfaat energi baru terbarukan. Hasilnya kini, China menjadi produsen energi bersih terbesar di dunia.

"China merupakan produsen energi terbarukan terbesar di dunia dan menghasilkan energi bersih yang mencapai 24 persen," kata dia.

Indra menjelaskan, banyak peluang yang bisa dikembangkan oleh perbankan dalam mendukung penurunan emisi karbon. Salah satunya dengan memberikan dukungan dalam pengembangan produk dan layanan hijau.

"Misalnya kredit investasi proyek green, green bond dan green insurance dan sebagainya," kata Indra.

Berbagai pengembangan produk ekonomi hijau tersebut sudah diakomodir Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan kebijakan taksonomi hijau.

Lalu Kementerian Keuangan dengan panduan Financing Lestari, dan kerja sama antara Bappenas dengan UNDP yang sudah terintegrasi.

"Jadi semua panduan pelaku usaha untuk kontribusi upaya pengurangan emsisi dan perbaikan lingkungan sekaligus memajukan ekonomi nasional sudah ada," kata dia mengakhiri.

4 dari 5 halaman

Jokowi Genjot Investasi Ekonomi Hijau

Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan, tahun ini diprediksi sebagai tahun yang sulit dan tahun yang sangat menantang oleh sejumlah kalangan. Namun, Jokowi mengajak semua kalangan untuk tetap optimistis dalam menghadapinya. 

"Tahun 2023 diprediksi oleh banyak kalangan sebagai tahun yang sulit dan tahun yang sangat menantang dalam situasi menantang ini saya mengajak semua kalangan untuk tetap optimis, pandemi telah memberikan banyak pelajaran, memaksa kita beradaptasi dan bertransformasi mengoptimalkan teknologi untuk mendorong inovasi," kata Jokowi dalam sambutan acara Saratoga Investment Summit 2023, Kamis (26/1/2023).

Dia menuturkan, Indonesia memiliki banyak potensi yang belum dimanfaatkan secara optimal. Selain itu, Indonesia juga memiliki banyak peluang untuk tumbuh lebih kuat.

"Kita juga sudah meletakkan fondasi yang kuat sebagai daya tarik investasi, pembangunan infrastruktur di berbagai daerah di luar Pulau Jawa, sehingga daerah-daerah luar Jawa semakin menarik sebagai tujuan investasi, investasi akan terus kita dorong, kita terbuka pada investasi yang meningkatkan nilai tambah, yang ramah lingkungan, yang berkelanjutan dan inklusif," kata dia.

Jokowi mengatakan, hilirisasi, sumber daya alam, merupakan salah satu prioritas investasi kita untuk menyambut ekonomi baru masa depan, mengambil peran dalam transisi energi bersih berkontribusi dan penurunan emisi karbon untuk mengurangi pemanasan global.

 

5 dari 5 halaman

Momentum G20 Ajang Rebut Peluang Investasi Ekonomi Hijau

"Muncul berbagai tantangan dalam hilirisasi, sumber daya alam kita, kita akan tetap tegak berdiri, kita tidak akan pernah goyah oleh tekanan-tekanan, kita telah menhentikan ekspor bahan mentah, seperti nikel, dan nanti timah tembaga, sehingga bisa memberikan nilai tambah yang tinggi dan menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak lagi bagi masyarakat kita," ujar dia.

Tak hanya itu, Jokowi menyebutkan, momentum G20 juga digunakan sebagai ajang dalam merebut peluang investasi ekonomi hijau, seperti pengembangan ekosistem energi listrik, energi baru terbaukan, kawasan industri hijau dan industri hemat energi yang ramah lingkungan.

"Kita bersyukur dalam pertemuan G20 di Bali mendapatkan kepercayaan komitmen ini digunakan di untuk merebut peluang investasi ekonomi hijau, seperti pengembangan ekosistem energi listrik, energi baru terbaukan, kawasan industri hijau dan industri hemat energi yang ramah lingkungan, saya mengundang para investor agar tidak ragu menanamkan investasinya di Indonesia, berkolaborasi mewujudkan kemajuan Indonesia," ujar dia.

Â