Sukses

Konsumsi Jelang Pemilu Bakal Melesat 5 Persen, Ditopang Belanja Generasi Muda

Konsumsi jelang pemilihan umum (Pemilu) akan meningkat 5 persen. Selain itu, tingkat konsumsi kali ini yang menarik akan didorong generasi yang prosperity to consume yang tinggi.

Liputan6.com, Jakarta - Konsumsi jelang pemilihan umum (pemilu) disebut bakal meningkat sekitar 5 persen dibandingkan kondisi biasa. Vice President of Sales and Distribution PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk (AMOR), Felicia Iskandar menuturkan, kenaikan konsumsi pada pemilu kali ini utamanya digerakkan oleh generasi muda.

"Yang menarik, tingkat konsumsi kali ini akan digerakkan oleh generasi yang propensity to consume-nya tinggi, atau sederhananya generasi yang punya kecenderungan boros. Jadi seperti generasi yang lahir 1980 ke atas itu adalah generasi yang behave to consume-nya mudah tergoda. Jadi ini jelas membuat konsumsi akan lebih tinggi," ujar Felicia dalam Money Buzz, Selasa (28/3/2023).

Sebagai perbandingan, pada pemilu sebelumnya, mayoritas pemilih berasal dari generasi X (Gen X) dan baby boomer yang lahir sebelum 1980an. Menurut Felicia, generasi tersebut memiliki kecenderungan untuk lebih hemat atau ditabung jika mendapat stimulus dari gelaran pemilu.

Sehingga kenaikan konsumsi juga relatif lebih minim. berbeda dengan generasi setelahnya, atau milenial hingga gen-Z yang memiliki kecenderungan konsumtif lebih tinggi.

"Jadi kalau generasi orang tua yang baby boomers, cenderung kalau dikasih stimulus mungkin arahnya lebih ke saving. Tapi kalau generasi yang muda-muda, kecenderungannya dibelanjakan,” kata Felicia.

Di sisi lain, pemilu kali ini berbeda dari pemilu sebelumnya. Di mana kali ini pemilihan bukan hanya untuk Presiden dan Wakil Presiden. Melainkan pemilihan umum serentak meliputi pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, Gubernur, Walikota dan Bupati, DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kota/Kabupaten. Jadi bisa dibayangkan berapa belanja kampanye yang akan beredar pada pesta demokrasi kali ini.

"Karena pemilu maju di kuartal I 2024, kita melihat harusnya dua kuartal sebelumnya atau setelah Lebaran, sekitar September intensitas konsumsi akan sangat tinggi. Kalau kita lihat dari beberapa pemilu sebelumnya, rata-rata konsumsi naik 5 persen pada satu—dua kuartal jelang pemilu," ujar Felicia.

 

2 dari 3 halaman

Sektor Saham Keuangan dan Transportasi Angkat IHSG pada 20-24 Maret 2023

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat signifikan dalam sepekan tepatnya pada 20-24 Maret 2023. IHSG naik 1,2 persen ke posisi 6.762.

Mengutip PT Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Minggu (26/3/2023), IHSG menguat dari pekan lalu didorong sektor saham keuangan dan transportasi serta logistik. Masing-masing sektor itu berkontribusi 2,86 persen dan 2,28 persen.

Ashmore menyebutkan,pekan ini, ada sejumlah kabar yang hadir dari situasi bank dari otoritas di Amerika Serikat dan Eropa yang melanjutkan ambil tindakan secepatnya dan mengendalikan situasi. Di sisi lain, indeks VIX yang mengatur kecemasan investor naik menjadi 5,12 persen, lebih rendah setelah kabar Silicon Valley Bank kolaps.

Apa yang terjadi di pasar global?Baru-baru ini ada pengumuman UBS akuisisi Credit Suisse sekitar 3 miliar swiss franc (CHF) . Dengan kesepakatan ini akan ciptakan write off sekitar 16 miliar swiss franc untuk obligasi AT1, tetapi akan membantu melindungi deposan Credit Suisse.

Sementara itu, di Amerika Serikat (AS), the Fed baru-baru ini menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin seperti yang diharapkan secara luas meski nada untuk pertemuan berikutnya tetap ada tidak jelas. Pasar mengharapkan the Fed untuk berhenti menaikkan suku bunga segera setelah kekhawatiran atas sistem perbankan bertahan.

 

3 dari 3 halaman

The Fed Berada pada Posisi Sulit

Ini menempatkan the Fed berada pada posisi yang sulit karena memerangi inflasi membutuhkan suku bunga lebih tinggi sekaligus melindungi sistem perbankan membutuhkan lebih banyak likuiditas untuk deposan.

Tanpa memedulikan, keputusan the Fed berikutnya dalam enam minggu akan bergantung pada data ekonomi makro yang akan dirilis sebelumnya. Lebih dari USD 200 miliar dipindahkan dari Amerika Serikat dan Swiss ke Hong Kong dan Singapura sebagai ketidakpastian berlanjut di Amerika Serikat dan Eropa.

"Kami merekomendasikan untuk tetap investasi dalam pendapatan tetap terutama reksa dana sebagai instrumen lindungi nilai pada saat volatilitas pasar, karena likuid dan berkualitas tinggi,” ujar dia.

Adapun instrumen ini dinilai dapat memberikan keragaman sekaligus memberikan hasil yang menarik dalam lingkungan yang tidak pasti.