Sukses

Jam Perdagangan Bursa Kembali Normal Belum Kerek Transaksi Harian, Ini Penjelasan BEI

Nilai rata-rata transaksi harian (RNTH) Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai Rp 8,45 triliun meski jam perdagangan bursa kembali normal. Bagaimana tanggapan BEI mengenai hal tersebut?

Liputan6.com, Jakarta - Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) Bursa Efek Indonesia (BEI) menyentuh angka Rp8,45 triliun usai jam perdagangan bursa kembali normal seperti sebelum pandemi Covid-19.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menuturkan, normalisasi jam perdagangan tidak memberikan dampak langsung terhadap pertumbuhan RNTH. Bahkan, studi Bursa sebelum normalisasi jam perdagangan memperlihatkan pola perilaku investor tinggi pada awal dan akhir perdagangan alias transaksi tinggi pada waktu tersebut.

"Kami melihat pola perilaku investor kita itu memang akan tinggi di awal dan di akhir perdagangan atau berbentuk huruf U. Jadi memang normalisasi bukan tujuan utamanya untuk RNTH," kata Jeffrey kepada awak media di Batik Kuring, Jakarta, ditulis Selasa (4/3/2023).

Namun, dalam rangka meningkatkan RNTH, BEI tengah melakukan sejumlah strategi, salah satunya melakukan diskusi maupun literasi bagi investor lokal, institusi, dan juga asing. 

"Untuk investor ritel kita lakukan edukasi, inklusi, dan aktivasi. Kepada investor institusi berbeda, kami melakukan diskusi dengan investor institusi untuk melihat bagaimana pandangan investor dan strategi investasinya tahun ini," kata dia.

Selain itu, untuk investor asing, BEI telah melakukan roadshow beberapa kali dan berdiskusi dengan counterpart di bursa regional dalam mencari produk yang bisa dikembangkan untuk bisa meningkatkan transaksi di kedua bursa. Sehingga, atktivitas transaksi investor baik lokal institusi maupun asing diharapkan bisa meningkat.

"Tentunya investor terutama investor ritel sebaiknya adalah berinvestasi secara rasional, memperhatikan fundamental, dan tidak terperangkap dalam euforia. Sehingga investasi yang dilakukan adalah investasi yang baik," imbuhnya. 

Sosialisasi dan Edukasi Pasar Modal

Sementara itu, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, pihaknya berusaha meningkatkan RNTH dari sisi suplai. Bursa pun pergi ke daerah-daerah dengan melakukan sosialisasi dan edukasi pasar modal sebagai salah satu upaya menggenjot transaksi.

Tak hanya itu, BEI juga telah menjalin hubungan dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan dari sisi suplai Bursa."Yang kedua, relationship dengan berbagai pihak," kata Nyoman.

BEI memutuskan untuk mengembalikan jam perdagangan kembali normal seperti sebelum pandemi Covid-19 mulai Senin, 3 April 2023. Dengan demikian, jam perdagangan saham di BEI akan lebih lama dari sebelumnya. 

2 dari 4 halaman

OJK Sebut Ada 107 Rencana IPO di BEI Senilai Rp 123,83 Triliun

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan perkembangan di pasar modal sepanjang Maret 2023. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 31 Maret 2023 tercatat melemah sebesar 0,55 persen month to date (mtd) di tengah investor non-resident yang membukukan inflow sebesar Rp 4,12 triliun.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi menuturkan, secara year to date, IHSG turun 0,66 persen tetapi masih mencatatkan inflow investor non-resident sebesar Rp6,62 triliun.

Sementara, di pasar obligasi, indeks ICBI menguat 0,96 persen mtd (2,44 persen ytd) ke level 353,19. Untuk pasar obligasi korporasi, aliran dana keluar investor non-resident tercatat sebesar Rp384,04 miliar secara mtd dan Rp292,02 miliar secara ytd.  

Di pasar SBN, per 30 Maret 2023 non-resident baik secara mtd maupun ytd mencatatkan inflow sebesar Rp11,98 triliun dan sebesar Rp54,11 triliun. Adapun rata-rata yield SBN pada seluruh tenor secara mtd turun sebesar 4,34 bps dan secara ytd menurun sebesar 13,92 bps.

Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana per 30 Maret 2023 tercatat sebesar Rp502,8 triliun atau menurun 0,64 persen (mtd) dengan investor Reksa Dana membukukan net redemption sebesar Rp4,44 triliun (mtd). Secara ytd, NAB reksa dana terkontraksi 0,41 persen dan mencatatkan net redemption sebesar Rp2,86 triliun.

 

 

 

3 dari 4 halaman

Penghimpunan Dana di Pasar Modal

Penghimpunan dana melalui pasar modal melanjutkan pertumbuhan yang baik, hingga 31 Maret 2023 tercatat sebesar Rp54,24 triliun, dengan jumlah emiten baru tercatat sebanyak 24 emiten. 

"Di pipeline, masih terdapat 107 rencana penawaran umum dengan nilai sebesar Rp123,83 triliun," kata Inarno dalam RDK OJK, Senin (3/4/2023).

Sedangkan untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UMKM, telah terdapat 16 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 376 penerbit, 145.908 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar Rp817,68 miliar.

"Tren pertumbuhan jumlah investor juga terus berlanjut dengan jumlah investor pasar modal mencapai 10,76 juta investor per 30 Maret 2023," tandasnya.

 

4 dari 4 halaman

OJK Bidik Investor Pasar Modal Tembus 20 Juta SID pada 2027

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan jumlah investor mencapai 20 juta SID pada 2027. Angka itu naik sekitar dua kali lipat dibandingkan jumlah investor per akhir 2022 sebesar 10,3 juta SID.

"Jumlah investor pasar modal double. Sekarang 10,3 juta, nanti 2027 kita harapkan kita targetkan 20 juta,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Inarno Djajadi, Selasa (31/1/2023).

Bersamaan dengan itu, OJK mematok target kapitalisasi pasar mencapai Rp 15.000 triliun pada 2027 dan andil 70 persen terhadap PDB 2027. Inarno cukup optimistis target tersebut dapat tercapai dibarengi dengan campur tangan seluruh stakeholder pasar modal.

Sementara OJK target perusahaan tercatat termasuk saham atau obligasi dan sukuk sebesar 1.100 perusahaan. Rata-rata nilai transaksi harian diharapkan mencapai Rp 25 triliun dari tahun lalu sekitar Rp 15 triliun. Serta Nilai dana kelolaan industri pengelolaan investasi Rp 1.000 triliun.

Merujuk data PT Kustodian Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor pasar modal RI sampai dengan akhir tahun lalu mencapai 10,3 juta SID. Angka itu naik 37,68 persen dibandingkan posisi tahun sebelumnya sebanyak 7,4 juta SID.

Adapun jumlah investor saham dan surat berharga lainnya tercatat sebesar 4,4 juta SID, naik 28,64 persen dibanding 2021 sebanyak 3,4 juta SID. Investor reksa dana tumbuh 40,41 persen menjadi 9,6 juta SID dari 6,8 juta SID pada akhir 2021. Sedangkan jumlah investor surat berharga negara naik 36,05 persen menjadi 831.455 SID dari 611.143 SID.