Sukses

Stock Split, Saham Bank Mandiri Resmi Diperdagangkan dengan Harga Baru

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) resmi melakukan pemecahan nilai nominal saham atau stock split dengan rasio 1:2.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) resmi melakukan pemecahan saham yang beredar atau stock split dengan rasio 1:2. Lewat aksi ini, saham BMRI pada perdagangan sesi I hari ini, Selasa 4 April 2023, sudah memakai harga baru. Harga baru saham BMRI berada di posisi Rp 5.250 per lembar saham.

Sebelumnya, saham BMRI tercatat berada di posisi 10.525 per lembar, naik sebesar 1,94 persen pada Senin, 3 April 2023. Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha menjelaskan, langkah stock split ini diambil perseroan guna meningkatkan likuiditas saham BMRI dan memperluas aksesibilitas investor untuk berinvestasi pada perusahaan.

Sebelum melakukan pemecahan, nilai nominal saham BMRI yakni sebesar Rp 250 per saham dengan jumlah saham 46,66 miliar lembar. Setelah pemecahan saham nilai nominal saham bank berlogo pita emas ini adalah Rp 125 per saham dengan jumlah saham sebesar 93,33 miliar lembar.

Sedangkan, jumlah saham BMRI dalam modal dasar juga akan bertambah dari semula 64 miliar lembar menjadi 128 miliar lembar setelah stock split.

"Untuk saham Seri A Dwiwarna akan tetap dipertahankan satu saham dan sisanya diperhitungkan menambah jumlah saham Seri B milik Negara Republik Indonesia dan tetap menjadi pemegang saham pengendali perseroan,” ujar Rudi dalam keterangan resmi, Selasa(4/4/2023).

Rudi menambahkan, keputusan stock split ini merupakan strategi perusahaan dalam menjaga stabilitas harga saham BMRI dan memberikan kesempatan lebih luas bagi investor untuk berpartisipasi di pasar modal. Pihaknya menilai, ke depan Bank Mandiri akan tetap fokus pada pertumbuhan bisnis dan peningkatan kinerja keuangan di tengah tantangan ekonomi.

 

2 dari 4 halaman

Investor Bakal Lebih Mudah Investasi

"Kami berharap dengan stock split ini, investor akan lebih mudah untuk berinvestasi pada saham BMRI dan turut mendorong pertumbuhan bisnis Bank Mandiri secara berkelanjutan,” tuturnya.

Pemecahan saham Bank Mandiri ini bukan menjadi yang pertama. Sebelumnya, Bank Mandiri pernah menggelar aksi serupa pada 13 September 2017 dengan rasio sebesar 1:2. Saat itu, saham BMRI yang diperdagangkan menjadi Rp 6.700 per lembar dari harga sebelum stock split di kuartal III 2017 sebesar Rp 13.400 per lembar.

Pada penutupan perdagangan saham Selasa, 4 April 2023, saham BMRI susut 0,95 persen ke posisi Rp 5.200 per saham. Saham BMRI dibuka stagnan di posisi Rp 5.250 per saham. Saham BMRI berada di level tertinggi Rp 5.300 dan terendah Rp 5.100 per saham. Total frekuensi perdagangan 19.537 kali dengan volume perdagangan 854.986 lot saham. Nilai transaksi Rp 448,7 miliar.

3 dari 4 halaman

Obligasi Global Bank Mandiri Alami Kelebihan Permintaan

Sebelumnya, Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) berhasil mengumpulkan pendanaan sebesar USD 300 juta atau sekitar Rp 4,5 triliun dari penerbitan Global Bond yang akan digunakan untuk pengembangan bisnis perseroan. Obligasi global tersebut memiliki tenor 3 tahun dengan kupon sebesar 5,5 persen.

Dalam penerbitan Global Bond ini, Bank Mandiri menunjuk HSBC, J.P. Morgan, Mandiri Securities, Citigroup, MUFG dan Standard Chartered Bank sebagai Joint Lead Managers.

Penerbitan Global Bond ini memperoleh lebih dari USD 3,1 miliar permintaan pada saat proses order book atau kelebihan permintaan (oversubscription) mencapai 10,3 kali dari jumlah yang diterbitkan. Angka itu merupakan oversubscription terbesar yang pernah dicapai oleh Bank Mandiri.

Pejabat Eksekutif Treasury dan International Banking Bank Mandiri, Eka Fitria menyampaikan tingkat oversubscription tertinggi dalam sejarah penerbitan Global Bond Bank Mandiri ini merupakan sebuah pencapaian dan bukti bahwa investor percaya kepada kinerja Bank Mandiri di tengah maraknya sentimen negatif pasar kepada sektor perbankan dan pasar global.

"Positifnya keyakinan investor juga terlihat dari rating yang diberikan kepada obligasi ini dari lembaga pemeringkat internasional yaitu Baa2 dari Moody’s dan BBB- dari Fitch,” kata dia dalam keterangan resmi, Rabu (29/3/2023).

Adapun, investor pada penerbitan Global Bond ini didominasi oleh fund manager dan asset manager dengan porsi kepemilikan sebesar 76 persen, diikuti dengan Bank sebesar 13 persen, dan pengelola dana pensiun sebesar 11 persen. Selain itu, sebagian besar investor berasal dari Asia sebanyak 78 persen dan Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA) sebesar 22 persen. Pasca proses penerbitan, obligasi ini akan dicatatkan di Bursa Efek Singapura (Singapore Exchange/SGX).

 

4 dari 4 halaman

Kinerja Keuangan 2022

Sebelumnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) berhasil mencatatkan laba bersih Rp 41,2 triliun sepanjang 2022. Raihan laba itu tumbuh 46,9 persen YoY. Sehingga memperkuat permodalan (capital) Bank Mandiri sebagai faktor utama untuk memiliki kemampuan dalam melakukan ekspansi bisnis, terutama mendukung fungsi intermediasi dalam menyalurkan kredit.

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menjelaskan, kinerja yang solid ini tak terlepas dari kondisi makroekonomi yang membaik, didukung oleh kebijakan strategis pemerintah dan regulator dalam menjaga stabilitas perekonomian.

"Sepanjang 2022, Bank Mandiri telah secara aktif menggarap segmen digital banking untuk mendukung transformasi digital sebagai bisnis yang berkelanjutan dengan menangkap peluang di seluruh sektor dan segmen potensial," ujarnya dalam keterangan resmi kinerja kuartal IV Bank Mandiri, Selasa (31/1/2023).

Dia menuturkan, pertumbuhan laba bersih tersebut turut ditopang oleh optimalisasi fungsi intermediasi perseroan yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang positif. Tercatat, hingga akhir 2022, kredit secara konsolidasi perseroan mampu tumbuh positif sebesar 14,48 persen YoY menjadi Rp 1.202,2 triliun.

Melihat pencapaian tersebut, Bank Mandiri optimis pertumbuhan kredit pada 2023 mampu tumbuh di kisaran 10-12 persen secara YoY. Tentunya, dengan tetap menekankan sisi kualitas, yakni fokus pada sektor-sektor yang prospektif, resilient, dan memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang.

"Selain dari perspektif sektoral, kami juga terus mengoptimalkan bisnis turunan dari ekosistem nasabah wholesale dan sektor unggulan di masing-masing wilayah," imbuh Darmawan.