Sukses

Pendapatan Merosot, Kimia Farma Catat Rugi Rp 170 Miliar pada 2022

PT Kimia Farma Tbk (KAEF) mencatat pendapatan susut 25,29 persen menjadi Rp 9,61 triliun dan rugi Rp 170,05 miliar pada 2022.

Liputan6.com, Jakarta - PT Kimia Farma Tbk (KAEF) telah mengumumkan kinerja untuk tahun buku 2022 yang berakhir pada 31 Desember 2022. Pada periode tersebut, Kimia Farma membukukan pendapatan dari operasi yang dilanjutkan senilai Rp 9,61 triliun.

Raihan ini susut 25,29 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 12,86 triliun. Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (5/4/2023), perseroan berhasil menekan beban pokok penjualan pada 2022 menjadi Rp 8,46 triliun dari Rp 6,01 triliun pada 2021.

Meski begitu, laba kotor perseroan susut 18,28 persen menjadi Rp 3,6 miliar dari Rp 4,4 miliar pada 2021. Pada periode ini, perseroan membukukan laba usaha sebesar Rp 558,07 miliar, turun 43,38 persen dibandingkan laba usaha pada 2021 sebesar Rp 985,64 miliar. Bersamaan dengan itu, beban keuangan tercatat sebesar Rp 520,61 miliar dan penghasilan keuangan Rp 12,16 miliar.

Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan mencatatkan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 170,05 miliar. Padahal, pada tahun sebelumnya perseroan masih mengantongi laba Rp 302,27 miliar.

Aset KAEF sampai dengan Desember 2022 naik menjadi Rp 20,35 triliun dari Rp 17,76 triliun pada Desember 2021. Liabilitas naik menjadi Rp 11,01 triliun dari sebelumnya Rp 10,53 triliun. Sementara ekuitas hingga Desember 2022 justru naik menjadi Rp 9,34 triliun dari Rp 7,23 triliun pada Desember 2021.

Gerak Saham KAEF

Pada penutupan perdagangan Rabu, 5 April 2023, saham KAEF melemah 1,09 persen ke posisi Rp 910 per saham. Saham KAEF dibuka stagnan Rp 920 per saham. Saham KAEF berada di level tertinggi Rp 920 dan terendah Rp 910 per saham. Total frekuensi perdagangan 814 kali dengan volume perdagangan 3.296 saham. Nilai transaksi Rp 301,7 juta.

2 dari 4 halaman

Lepas Ketergantungan Impor, Kimia Farma Produksi 13 Item Bahan Baku Obat

Sebelumnya, Kimia Farma mendukung program Pemerintah dalam mencapai ketahanan industri farmasi nasional. Melalui anak usahanya, Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP) mengembangkan Bahan Baku Obat (BBO) sesuai dengan prioritas kebutuhan nasional.

Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk, David Utama mengatakan, hal ini sejalan dengan tujuan penurunan impor bahan baku farmasi dalam negeri.

“Melalui inovasinya diharapkan Kimia Farma dapat ikut berperan dalam menurunkan jumlah impor BBO atau Active Pharmaceutical Ingredients (API) di Indonesia, serta dapat terus mengoptimalisasi penggunaan BBO dalam negeri,” ungkap David dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (18/2/2023).

Direktur Utama KFSP, Pamian Siregar menyampaikan bahwa pada tahun 2022 KFSP telah berhasil memproduksi 13 item BBO yaitu simvastatin, atorvastatin, rosuvastatin, clopidogrel, entecavir, remdesivir, tenofovir, lamivudine, zidovudine, efavirenz, attapulgite, iodium povidone dan amlodipine.

“Komitmen Kimia Farma dalam menciptakan produk bahan baku obat dalam negeri sangat tinggi. Hal ini sejalan dengan fasilitas produksi KFSP yang telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Bahan Baku Aktif Obat yang Baik dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI dan sertifikat Halal dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) sehingga dihasilkan produk berkualitas dan berdaya saing,” tambah Pamian.

KFSP meraih penghargaan sebagai industri farmasi yang berpartisipasi aktif dalam mewujudkan kemandirian bahan baku obat nasional.

Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, Penny K. Lukito kepada Direktur Utama KFSP, Pamian Siregar. 

 

3 dari 4 halaman

Kimia Farma Kantongi Investasi Rp 1,86 Triliun untuk KFA

Sebelumnya, PT Kimia Farma (Persero) Tbk telah melakukan kesepakatan dengan dua investor yaitu PT Akar Investasi Indonesia (AII) yang merupakan anak perusahaan Indonesia Investment Authority (INA) dan CIZJ Limited yang merupakan anak perusahaan Silk Road Fund Co., Ltd. untuk berinvestasi pada anak usaha PT Kimia Farma Apotek (KFA).

Investasi secara langsung tersebut mencapai Rp1,86 triliun melalui pengambilalihan sebagian saham KFA milik KAEF senilai Rp460 miliar dan pengambilan saham baru KFA dengan nilai Rp1,4 triliun.

Dikutip dari Antara, Jumat (30/12/2022), investasi itu untuk mendukung modal kerja dan pengembangan bisnis di mana KFA akan melakukan pengembangan usaha ke depan melalui new bussiness model with digitalization, dengan melakukan kombinasi offline dan online store dengan strategi omnichannel, integrasi apotek-klinik-lab diagnostika, serta new digital channel.

Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk David Utama mengatakan, saat ini, jumlah outlet eksisting yang dimiliki adalah sebanyak 1.195 apotek, 410 klinik, dan 72 laboratorium klinik yang tersebar di seluruh Indonesia.

Menurut David, pengembangan layanan apotek dan klinik terus dilakukan dengan melihat peluang pasar yang ada.

"Kimia Farma menetapkan pelaksanaan pengembangan melalui Partnership Strategy dengan perusahaan rekanan bisnis seperti AII dan CIZJ yang dapat memberikan manfaat untuk dapat mengembangkan operational excellence & service experience dengan demikian KFA dapat menciptakan nilai keunggulan," ujar David.

 

4 dari 4 halaman

Pengembangan Bisnis

Dengan bergabungnya AII dan CIZJ dengan Kimia Farma, lanjut David, dapat mendukung pengembangan bisnis Kimia Farma agar terus memudahkan masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan yang berkualitas.

Penandatanganan akta jual beli itu sendiri merupakan lanjutan dari acara penandatangan Conditional Share Subscription and Purchase Agreement pada 13 November 2022 lalu.

Acara tersebut dihadiri oleh Direktur Utama Kimia Farma David Utama, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Kimia Farma Lina Sari, jajaran Direksi KFA, serta dari INA, AII, SRF dan CIZJ.