Liputan6.com, Jakarta - Pendiri PT Kalbe Farma Tbk Boenjamin Setiawan tutup usia pada Selasa, 4 April 2023. Direktur Utama PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Vidjongtius pun memberikan pandangannya terhadap sosok almarhum Boenjamin Setiawan.
Vidjongtius menuturkan, Dr Boen, sapaan akrab Boenjamin Setiawan adalah seorang bersemangat sehingga mendorongnya mencari hal-hal baru termasuk dalam riset dan pengembangan.
“Dr Boen sosok seseorang bersemangat. Orang lain bisa, kita pasti bisa, sehingga beliau selalu berinovasi mencari hal-hal baru termasuk R&D,” ujar Vidjongtius saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat, ditulis Kamis (6/4/2023).
Advertisement
Ia menuturkan, ada nilai-nilai utama yang diingat dari sosok Dr Boen, yaitu nilai utama untuk menjadi manusia DJITU. Manusia DJITU yaitu disiplin, jujur, inisiatif, tanggung jawab dan ulet.
Vidjongtius pun membagikan cerita singkat saat hadapi krisis keuangan 1998 bersama Dr boen. Krisis keuangan 1998 yang terjadi juga berdampak terhadap Kalbe Farma terkait penyelesaian utang.
Hal itu seiring krisis keuangan 1998 menyebabkan mata uang rupiah yang merosot dan daya beli masyarakat melemah. Saat itu rupiah berada di kisaran 2.400 menjadi 15.000 per dolar AS sehingga menekan pengusaha.
“Saat itu, Dr Boen bersama direksi menghadapi para kreditur dengan terbuka untuk menunjukkan komitmen pendiri Kalbe tetap hadir untuk menyelesaikan masalah,” ujar Vidjongtius.
Mengutip Buku Ilmu Kunci Kemajuan: dr Boenjamin Setiawan PhD, karya Alberthiene Endah, dalam bab Mendayung di Tengah Ombak, Dr Boen menceritakan bagaimana Kalbe Farma dapat melewati krisis keuangan 1998.
Ketika itu indikator keuangan Kalbe menunjukkan tidak ada harapan dan situasi ekonomi yang tidak mendukung juga berdampak terhadap harga saham perseroan. Namun, dengan perjuangan yang sulit di tengah situasi ekonomi yang tidak mendukung tersebut manajemen Kalbe bersama Dr Boen fokus menyelesaikan masalah di area tanggung jawab masing-masing untuk memberikan kepercayaan kepada kreditur. Bahkan perseroan dapat kembali menyehatkan kondisi keuangan.
Mengenal 2 Emiten Besutan Boenjamin Setiawan
Sebelumnya, pendiri perusahaan farmasi PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Boenjamin Setiawan meninggal dunia, Selasa 4 April 2023. Boenjamin wafat dalam usia 90 tahun.
Boenjamin Setiawan bersama saudara-saudaranya mendirikan PT Kalbe Farma Tbk di sebuah garasi di Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada 10 September 1966. Awalnya Kalbe menggarap obat-obat etikal (obat dengan resep dokter), dan berlanjut memproduksi obat-obat bebas (over the counter/OTC).
Perusahaan itu belakangan berkembang menjadi Kalbe Group dan bertransformasi menjadi penyedia solusi kesehatan terintegrasi melalui empat kelompok divisi usahanya. Antara lain Divisi Obat Resep, Divisi Produk Kesehatan, Divisi Nutrisi, serta Divisi Distribusi and Logistik.
Keempat divisi usaha tersebut mengelola portofolio produk obat resep dan obat OTC yang komprehensif, minuman energi, produk-produk nutrisi dan alat-alat kesehatan, dengan dukungan jaringan distribusi yang menjangkau lebih dari satu juta outlet di seluruh kepulauan Indonesia.
Kalbe Farma menjadi perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) pada 30 Juli 1991. Saat itu, perseroan menerbitkan 10 juta saham baru dengan nilai nominal Rp 10 per lembar. Harga pelaksanaan dipatok sebesar Rp 7.800 per lembar. Sehingga perseroan mengantongi Rp 78 miliar dari IPO.
Pemegang saham perseroan saat ini antara lain PT Ladang Ira Panen 10,46 pesen, PT Gira Sole Prima dengan porsi 10,29 persen, dan PT Sentra Sehat Sanadi 10,07 persen.
Lalu PT Diptanala Bahana 9,5 persen, PT Lucasta Murni Cemerlang 9,47 persen, PT Bina Arta Charisma 8,2 persen. Sisanya 40,69 persen merupakan kepemilikan publik dan 1,32 persen merupakan saham treasury.
Advertisement
Mitra Keluarga Karyasehat
Selain Kalbe Farma, Dr. Boen, begitu dia dipanggil, juga mengendalikan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA), salah satu perusahaan yang bergerak pada sektor pelayanan kesehatan. Sejarah Mitra Keluarga diawali lebih dari 30 tahun yang lalu. Pada 1989, Mitra Keluarga Karyasehat mengoperasikan rumah sakit pertamanya, RS Mitra Keluarga Jatinegara.
Tempat ini merupakan rumah sakit bersalin sederhana berkapasitas 35 tempat tidur. Setelah berhasil memperluas jaringan rumah sakit di sejumlah daerah, pada Maret 2015 perseroan menjadi perusahaan publik dengan mencatatkan sahamnya di BEI.
Perseroan saat itu menerbitkan 261,91 juta saham baru dengan nilai nominal Rp 10 per saham dalam rangka penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Harga penawaran dipatok sebesar Rp 17.000, sehingga perseroan mengantongi Rp 4,45 triliun dari IPO.
Pemegang saham perseroan saat ini, mayoritas atau sebesar 62,14 persen dimiliki oleh PT Griyainsani Cakrasadaya. Sisanya 35,18 persen merupakan kepemilikan publik dan sekitar 2,38 persen merupakan saham treasury.