Sukses

Visa: 8 dari 10 Masyarakat Indonesia Menabung Lebih Besar Imbas Pandemi COVID-19

Visa Indonesia menyampaikan 8 dari 10 masyarakat Indonesia menabung lebih banyak lagi karena pandemi COVID-19. Masyarakat siapkan tabungan hadapi pandemi COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta - Visa Indonesia menjelaskan 8 dari 10 masyarakat Indonesia menabung lebih banyak bagi masa depan sebagai imbas pandemi COVID-19. Hal ini tercermin dari hasil survei terbaru Visa Indonesia.

Presiden Direktur Visa Indonesia, Riko Abdurrahman mengatakan, dampak positif dari pandemi Covid-19 mengajarkan masyarakat pentingnya untuk menabung. 

"Jadi pandemi itu sendiri kelihatannya cukup positif dalam hal ini mengajarkan kita menabung. Karena harus prepare ada kejadian kayak Covid-19 mau enggak mau harus ada tabungan," kata Riko dalam konferensi pers, dikutip Selasa (11/4/2023).

Bahkan, dia bilang, saat pandemi Covid-19 banyak orang yang kehilangan pekerjaan. Dengan demikian, orang-orang harus punya tabungan dan ini terbukti melalui survei dari Visa Indonesia. "Orang-orang harus punya tabungan, terbukti dari survei ini," kata dia.

Berdasarkan hasil survei, 52 persen dari 1.000 responden menyatakan bahwa mereka memutuskan meningkatkan tabungan mereka. Perilaku tersebut didominasi oleh 65 persen affluent, 60 persen Gen Y dan 53 persen Gen Z.

82 persen responden menyatakan sekarang menabung lebih banyak untuk masa depan. Kemudian, 81 persen responden menyatakan cenderung merencanakan dan meninjau pengeluaran bulanan dengan lebih teliti.

Selain itu, 78 persen responden menganggarkan lebih banyak untuk kebutuhan pokok termasuk makanan, kesehatan, dan lain-lain. 

Survei tersebut dilakukan oleh Visa Indonesia terhadap 1.000 responden pria dan wanita dengan usia 18-65 tahun, bekerja atau wirausaha, pendapatan pribadi minimal Rp 3 juta per bulan, dan juga berdomisili di Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Bekasi, Palembang, Tangerang, Makassar, Semarang, Bali.

2 dari 4 halaman

Generasi Muda Siap Hadapi Tantangan Keuangan

Menurut ia, generasi muda ingin lebih siap menghadapi tantangan keuangan yang tidak terduga dengan meningkatkan tabungan mereka. 

Di sisi lain, ia menyebut, masyarakat kini semakin beradaptasi dengan berbagai cara baru dalam bekerja, berbelanja, dan bersosialisasi. Banyak dari mereka yang beralih ke metode pembayaran digital, sehingga kesadaran akan manfaat transaksi nontunai semakin meningkat. 

"Kemudahan dan kenyamanan pembayaran digital juga memudahkan masyarakat untuk melacak pengeluaran mereka dan mengelola anggaran, sehingga meningkatkan literasi keuangan mereka. Visa berkomitmen terus untuk mendukung Indonesia dalam digitalisasi pembayaran dan keuangan, baik melalui produk dan solusi kami, serta melalui best practices sharing," pungkasnya.

 

 

3 dari 4 halaman

Visa: 2 dari 3 Masyarakat Indonesia Siap Tinggalkan Pemakaian Uang Tunai

Sebelumnya, Visa Indonesia merilis temuan dari Consumer Payment Attitudes Study terbarunya mengungkapkan pergeseran lebih lanjut dalam gaya hidup nontunai di Indonesia. Studi ini menunjukkan dua dari tiga (67 persen) masyarakat Indonesia bersiap-siap untuk meninggalkan uang tunai. 

Selain itu, dari mereka yang telah mencoba menggunakan pembayaran non-tunai, Gen Z (78 persen), Gen Y (74 persen), dan kalangan affluent (73 persen) menjadi yang terdepan. 

Presiden Direktur Visa Indonesia, Riko Abdurrahman mengatakan, masyarakat Indonesia kini semakin melangkah maju untuk meninggalkan uang tunai, seiring dengan meningkatnya adopsi metode pembayaran digital akibat pandemi. Pembayaran digital tidak hanya membuat transaksi keuangan menjadi lebih mudah diakses, lancar, dan aman, tetapi juga memberikan dampak positif bagi kehidupan sehari-hari masyarakat di era pascapandemi. 

Visa Indonesia melihat hal ini sebagai peluang untuk meningkatkan kerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan untuk memfasilitasi konsumen menggunakan pembayaran digital di setiap aspek kehidupan mereka. "Tunai sudah mulai kalah di beberapa sektor," kata Riko dalam konferensi pers, Senin (10/4/2023). 

Selain itu, Visa Indonesia juga terus bekerja sama dengan bank, merchant, fintech, dan mitra strategis lainnya untuk mendukung pembayaran digital dan mendorong pembayaran contactless sebagai fondasi pembayaran di masa kini dan masa depan.

Dengan demikian, ketika dunia menjadi semakin digital, generasi muda berada di garis depan menuju masyarakat nontunai atau cashless society. Kenyamanan dan keamanan menjadi dua faktor terbesar yang mendorong adopsi pembayaran digital. 

 

4 dari 4 halaman

Adopsi Gaya Hidup Digital

"Di era smartphone dan internet, kecepatan dan kemudahan pembayaran digital memiliki daya tarik yang besar, baik itu melalui dompet digital, QR, hingga kartu kredit contactless. Faktor-faktor ini menyebabkan penurunan penggunaan uang tunai dari 87 persen di tahun 2021 menjadi 84 persen di tahun 2022. Hal ini juga menjelaskan mengapa dompet seluler dan pembayaran QR telah lebih banyak digunakan dibanding uang tunai dengan tingkat penggunaan 93 persen, diikuti oleh kartu kredit dan kartu debit sebesar 80 persen," kata dia.

Seiring dengan semakin banyaknya orang yang mengadopsi gaya hidup digital, banyak pula yang menyadari kemudahan dan kenyamanan menggunakan pembayaran dengan kartu contactless di mana konsumen hanya perlu men-tap kartu untuk membayar. 

Hal ini berkontribusi pada penggunaan pembayaran kartu contactless, yang telah mendapatkan momentum sejak dimulainya pandemi. Studi ini melihat adanya peningkatan penggunaan kartu contactless yang sebagian besar digunakan oleh segmen affluent (51 persen), diikuti oleh Gen Y (41 persen) dan Gen X (32 persen). 

Temuan studi ini juga mencerminkan bahwa setidaknya 8 dari 10 orang Indonesia menabung lebih banyak untuk masa depan sebagai imbas pandemi. Generasi muda khususnya, ingin lebih siap menghadapi tantangan keuangan yang tidak terduga dengan meningkatkan tabungan mereka. 

Â